Ditulis Oleh: Irse Wilis
Jika memperhatikan sebuah charger, apa yang terlintas di benak Anda? Charger adalah sebuah perantara untuk mengantarkan arus listrik ke dalam tempat penyimpanan daya listrik yang disebut baterai. Tanpa Charger, mustahil sebuah baterai akan terisi daya listrik. Itulah sebabnya antara charger dan baterai adalah dua hal yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan. Charger tanpa baterai ibarat barang rongsokan yang tidak ada fungsinya.
Jika diri kita dianalogikakan sebagai sebuah charger dan manusia lain sebagai baterai, maka kehidupan kita tidak akan ada artinya jika tidak bermanfaat/mendatangkan hal baik bagi sesama. Jika Tuhan dianalogikakan sebagai arus listrik, maka bagi charger (diri kita) atau baterai(orang lain) sangat membutuhkan arus listrik (Tuhan) tersebut agar dapat berfungsi dengan baik/mendatangkan kebaikan bagi sesama.
Jika baterai tidak mengandung arus listrik, apakah fungsinya bagi perangkat lain? Jika manusia tanpa Tuhan di dalam dirinya, bagaimana manusia tersebut dapat mendatangkan kebaikan bagi alam sekitarnya? Demikian juga jika charger, tidak melekat pada arus listrik, apa yang akan dialirkan charger tersebut? Manusia tanpa hubungan akrab dengan Tuhan/tidak terhubung dengan sumber arus listrik, tidak akan sanggup mengisi kebaikan dalam hidup orang lain artinya tidak akan sanggup membagikan cinta Tuhan karena dia sendiri tidak memiliki daya listrik(cinta Tuhan) dalam dirinya.
Sebagai charger yang adalah alat penyalur cinta Tuhan, setiap manusia hendaknya bertindak TIDAK berdasarkan kepentingannya. Dalam pelayanan di lingkungan gerejapun hendaknya selalu berdasarkan kehendak Tuhan, agar hasilnya nampak nyata dalam kehidupan yang lebih baik dari orang-orang yang ada di sekeliling yang menerima arus listrik (Cinta Tuhan) tersebut. Jika lingkungan sekitar tidak mengalami perubahan, maka perlu dipertanyakan apakah pelayanan tersebut murni karena kehendak Tuhan atau karena kepentingan pribadi seseorang?!.
Karena jika charger bertugas untuk menyalurkan daya listrik, maka daya baterai akan bertambah; sama seperti jika kita melakukan suatu misi dari Tuhan maka orang-orang di sekitar akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut memakan waktu dan proses yang tidak cepat, sama seperti baterai ketika di cash dengan charger tidak akan langsung 100% terisi dayanya, begitu juga dengan sebuah perubahan positif yang tidak akan seinstant makanan cepat saji, yang jika diseduh dengan air panas akan langsung berubah menjadi sebuah makanan.
Jika, charger telah berfungsi dengan baik, telah tersambung dengan arus yang tepat, tapi kapasitas baterai tidak bisa full, mungkin baterai tersebut tidak layak pakai alias sudah rusak; sama seperti suatu pelayanan yang tidak berhasil bukan karena kesalahan dari penyampai kabar baik, melainkan karena penerima berita baik tersebut adalah bukan berasal dari orang-orang pilihan Allah/bukan kawanan domba Allah. Dalam hal ini, kita tidak perlu berkecil hati dan teruslah berseru kepada Tuhan agar mencurahkan kerahimanNya pada orang yang bersangkutan; namun jika masih tidak berhasil juga maka segeralah beralih ke baterai lain yang siap untuk diisi dayanya.
Demikianlah, antara charger, listrik dan baterai adalah tiga hal yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan untuk menghasilkan manfaat bagi perangkat lain, bagi dunia dimana kita berada saat ini.