Ditulis Oleh: Irse Wilis
Melihat seporsi rujak mengingatkan saya kepada sosok manusia yang memiliki banyak mood, perasaan, sikap dan sifat. Manusia tidak pernah sama, tidak pernah ada yang abadi dalam diri manusia karena semua yang ada dalam diri manusia cenderung dinamis dan berubah-ubah. Semenit bisa tertawa, menit berikutnya bisa marah dan menit berikutnya bisa bahagia lagi. Banyak kejadian yang terjadi dan bisa mengubah kondisi kejiwaan/perasaan seseorang.
Jika seorang manusia diibaratkan seperti sepiring rujak, berarti seorang manusia sudah seharusnya terdiri dari berbagai jenis sifat, sikap dan perilaku; dan hendaknya kita sebagai sesama manusia, mampu menikmati rujak tersebut (lebih toleran terhadap perbedaan yang ada). Karena, sama seperti sepiring rujak yang tidak akan enak jika terdiri dari satu jenis buah doang (misalkan buah manis doang), begitu juga seorang manusia yang tidak akan pernah manis (sikap/tindakan) selamanya. Ada saatnya, manusia menjadi sedih, gelisah, semangat, putus asa, bahagia, marah, kecewa, dan lain-lain. Sebagai bagian dalam masyarakat yang majemuk hendaknya perilaku orang lain, tidak menjadi bensin yang membakar habis semua kebaikan dalam diri kita.
Jangan biarkan keburukan orang lain mengotori niat baik kita untuk berteman dan bersosialisasi dengan siapapun. Marilah lebih toleran terhadap perbedaan sikap, sifat dan perilaku manusia lainnya; sebagai sebuah warna warni yang indah di dalam kehidupan ini.
Marilah menikmati sepiring rujak dengan berbagai rasa buah yang terkandung di dalamnya yang pastinya akan menambah kenikmatan, ketika bumbu rujaknya (kasih dalam diri kita) melimpah ruah dan menenggelamkan berbagai jenis rasa asam, manis, dan asin tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar