Ditulis Oleh: Irse Wilis
Membaca topik yang dilempar di grup tanggal 28 Mei 2016 yang lalu, ikut membangkitkan kenangan saya akan komuni pertama yang rasanya sudah sejak lama saya terima. Komuni pertama adalah saat pertama sekali menyambut Tubuh dan Darah Tuhan Yesus Kristus dalam rupa Hosti yang sudah diberkati.
Berhubung surat-surat saya banyak yang hilang akibat gempa tahun 2005 yang lalu, maka saya benaran lupa tanggal saat saya menerima Komuni Pertama. Yang saya ingat adalah Penerimaan komuni pertama terjadi sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tepatnya sekitar kelas 4. Sebelum menerima Komuni Pertama banyak sekali persiapan yang harus dilakukan seperti pembelajaran dan termasuk menerima sakramen tobat.
Menghafal doa tobat adalah salah satu momen yang sangat mendebarkan. Jadi, selama ngaku dosa yang teringat adalah doa tobatnya, sementara dosa yang mau diakui terlupakan begitu saja karena sangat gugup, takut doa tobatnya terlupakan. Hahahaha :D
Kejadian lain yang saya ingat adalah saya begitu semangat untuk menerima Hosti Kudus yang sudah lama saya idam-idamkan. Sewaktu mama atau papa terima komuni, saya selalu minta bagian karena sangat penasaran, gimana sih rasanya tubuh Kristus? Apakah seperti daging ayam goreng kesukaanku? Atau seperti roti bakar manis kesukaanku? Begitulah anak-anak yang belum mengerti benar akan hakikat Hosti Kudus tersebut.
Mengingat masa kecil, membuat saya berfleksi sejenak betapa jauhnya perjalanan iman yang telah saya lalui. Dari yang dulunya tidak paham, kini semakin paham dan menghayati akan Hosti Kudus yang disambut setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi Kudus. Keinginan saya untuk menerima Hosti Kudus bagaikan minum air setiap harinya dimana ketika dalam sepekan tidak mengadakan perayaan Ekaristi, rasanya seperti dehidrasi dan kosong. Tapi, ketika mengikuti perayaan Ekaristi, menyambut tubuh Tuhan dan menghayati misteri wafat dan kebangkitanNya, semakin mampu menguatkan kaki saya yang kadang letih untuk melangkah maju.
Begitulah secuil kisah komuni pertama saya dan kesaksian iman saya tentang tubuh Kristus yang beneran sanggup memulihkan keadaan buruk sekalipun. Karena sesaat setelah tubuh Kristus masuk ke tubuh jasmani saya, maka saya merasa dikuatkan, semangat Kristus membakar semangat pelayanan dan rela berkorban dalam diri saya, kasih Kristus membakar saya untuk semakin mengasihi kehidupan, sesama dan alam sekitar, begitu banyak keajaiban yang saya dapatkan dari Hosti Kudus kecil yang bagi orang yang tidak mengimaninya hanyalah sekeping roti hambar yang tidak mengenyangkan.
Jika, Hosti Kudus tidak memiliki khasiat apa-apa di dalam diri seseorang, apakah itu salah Hosti? Menurut saya sih enggak! Karena kasih Allah merata bagi semua manusia. Reaksi/Iman manusialah yang menentukan terjadinya mukjizat atau tidak dibalik sekeping roti kecil tersebut. Jadi, alangkah mirisnya jika mendengar sesama katolik yang mengimani Hosti tersebut sebagai roti biasa. Karena imannya-Lah yang menentukan Hosti tersebut berkhasiat untuk mendatangkan mukjizat seperti kekuatan, kesembuhan, pemulihan, dan sebagainya.
Merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tanggal 29 Mei 2016 yang lalu selain mengingatkan saya akan masa penerimaan Komuni Pertama, juga sebagai momen untuk bersyukur lebih dalam lagi tentang kasih Tuhan yang sungguh nyata hadir dalam Hosti Kudus yang saya terima setiap merayakan perayaan Ekaristi. Saya merasa sebagai manusia yang beruntung yang memiliki Tuhan yang rela datang ke dalam hidup saya dan memulihkan saya lewat Hosti Kudus yang selalu saya sambut setiap merayakan perayaan Ekaristi.
Bagi saya, hosti kudus adalah benar-benar tubuh dan darah Tuhan dan bukan hanya simbol untuk mengenangkan sesuatu. Ayat berikut adalah kutipan ucapan Yesus yang menegaskan sendiri bahwa roti yang dipecah-pecahkanNya adalah tubuhNya sendiri, dan BUKAN simbol dari tubuhNya.
1Korintus 11:24: dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan
berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini
menjadi peringatan akan Aku!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar