"Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" (Matius 12:48)

Ditulis Oleh: Irse Wilis


Kita dilahirkan di dunia ini tentunya memiliki anggota keluarga, entah itu ayah, ibu atau saudara-saudari kandung dan kerabat keluarga lainnya dari pihak bapak atau pihak ibu. Keluarga yang dimaksud adalah mereka yang memiliki hubungan darah dengan diri kita. Sewaktu hidup di dunia, Yesus juga memiliki anggota keluarga kandung dan kerabat keluarga lainnya. Tetapi mengapa pada Matius 12:46-50 perikop “Yesus dan sanak saudaraNya”; Yesus menampilkan kesan tidak sopan seolah-olah tidak menghargai kedatangan anggota keluargaNya yang berusaha menemui Dia? (Matius 12:46).

Setelah merenungkan perikop ini, saya menemukan hal menarik dalam perjalanan iman mengikuti Yesus. Dimana yang menjadi anggota keluarga Allah adalah lebih menekankan IMAN dan PERBUATAN yang sesuai dengan ajaran Yesus dibandingkan hubungan darah dengan anggota keluarga di dunia. Tuhan Yesus TIDAK mengajarkan untuk menjadi anak durhaka yang lupa akan keluarga, orangtua dan sanak saudara, karena Yesus sendiri sangat mengasihi keluargaNya, misalnya sewaktu mengadakan mukjizat pada pesta perkawinan di Kana dimana Yesus mengikuti kehendak ibu kandungNya.

Yang Tuhan Yesus inginkan adalah iman yang melebihi hubungan keluarga; dimaksudkan agar setiap insan lebih mengutamakan Tuhan dibandingkan kepentingan diri/atau keluarga yang bersangkutan. Contohnya: ketika seseorang ditugaskan untuk menjadi pemazmur pada perayaan Ekaristi, dan pada saat yang bersamaan ibunya meminta dia untuk mengantarkannya ke rumah saudara, maka “dia” haruslah lebih bijak dalam memilih hal terpenting bagi sesama.

Perlu dikaji, apakah ibu tersebut mengunjungi saudara hanya untuk ngobrol biasa atau ada tujuan penting lainnya? Apakah rencana tersebut tidak bisa digeser ke waktu lain sehingga jam pelayanan “dia” di gereja tidak terganggu? Apakah ada pihak yang menggantikan posisi pemazmur tersebut semisalnya “dia” tidak bertugas. Dan pertimbangan lainnya. Yang dalam hal ini tentunya harus lebih memilih kepentingan umat Tuhan dibandingkan kepentingan diri sendiri/keluarga.

Tuhan menginginkan setiap manusia menjadi beriman adalah bukan hanya sekedar menjadi pengagum yang tidak melaksanakan ajaran dan kehendakNya dalam hidup ini. Karena di zaman sekarang ini, santapan rohani sudah sangat berlimpah sementara pekerja di ladang Tuhan atau yang berbuat sesuai kehendakNya sangat sedikit bahkan nyaris habis. Dimanakah generasi penerus gereja? Yang harus meneruskan karya pelayanan Yesus bagi dunia ini? agar dunia selamat?

Renungkanlah perkataan Yesus tentang Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" maka diharapkan setiap orang percaya pada Yesus kembali menjadi pelaku Firman dan menyadari perannya dalam tugas pewartaan kerajaan Allah dengan terlibat aktif dalam kegiatan yang ada di gereja paroki masing-masing.

Hal lainnya yang saya temukan dalam perkataan Yesus ini adalah: bahwa menjadi keluarga Allah adalah terbuka bagi semua orang dan tidak dibatasi oleh hubungan darah/ ras/ suku tertentu. Tuhan tidak terbatas sehingga tidak membatasi setiap insan untuk mendekat kepadaNya. Semua manusia diundang untuk menjadi warga kerajaan Allah namun hanya sedikit yang terpilih; karena untuk memasuki kerajaan Allah itu harus melalui pintu yang sempit dan sesak. (Matius 17:13: Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; Matius 17:14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya).

Setiap manusia terpanggil untuk memperoleh keselamatan, namun hanya sedikit yang memperolehnya karena hanya sedikit yang bertahan dalam iman dan pengharapan. Apakah Anda termasuk yang sedikit itu?

Kesimpulan: Menjadi pengikut Yesus adalah menjadi pelaku firman, meneladan hidup Yesus, bersahabat akrab dengan Yesus sehingga kita layak menjadi saudara-saudariNya dan layak menjadi ahli waris kerajaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar