Tentang Mukjizat

Ditulis Oleh: Irse Wilis 

Sadar atau enggak sadar, di dalam kehidupan ini sering sekali terjadinya mukjizat. Mukjizat itu adalah sesuatu  hal baik, yang terjadi di luar akal sehat dan ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Jika tidak ada campur tangan Tuhan, maka hal tersebut dipandang sebagai suatu hal yang kebetulan saja. Dalam mukjizat; kesaksian seseorang memegang peranan penting dalam pewartaan hal yang luar biasa tersebut. Karena hanya orang yang sudah merasakannya; yang akan mengaminkan suatu peristiwa mukjizat.

Beberapa hari belakangan ini, saya mengalami mukjizat yang menurutku sangat membantu perkembangan imanku yang membuatku semakin sadar bahwa Tuhan itu sungguh hadir di dalam keseharian hidup manusia.

 Akhir bulan September 2016, cuaca di kota Medan sungguh teramat buruk. Hujan badai, yang menyebabkan banjir dan pohon tumbang dimana-mana. Kejadian paling parah tepatnya pada hari rabu 28-09-2016 & kamis 29-09-2016.

Tanggal 30-09-2016 (hari Jumat) akan diadakan misa pembukaan bulan Rosario di gereja Kristus Raja (KR) Medan, tanggal 01-10-2016 (hari Sabtu) saya selaku anggota Legio Hati Maria Tak Bercela (HMTB) diundang untuk menghadiri rapat OMK untuk berdoa rosario bersama.

Sejak hari Kamis; saya sudah memiliki kegiatan di seputaran gereja KR-Medan. Saya berdoa dalam hati agar pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu nanti; semoga tidak terjadi hujan badai seperti yang telah terjadi pada hari Rabu tgl 28-09-2016 yang lalu. Saya percaya, Tuhan akan mendengar doa saya, sekalipun tidak didengar; saya akan tetap menghadiri devosi Kerahiman Ilahi pada hari Kamis 29-09-2016 pkl 17.30 demikianlah sebagian isi doa yang saya panjatkan mulai Kamis pagi.

Dan hasilnya, sampai devosi selesai sekitar pkl 18.30 langit yang terang tiba-tiba gelap gulita, pertanda hujan akan segera turun. Tak sedikitpun saya kecewa karena malam ini akan turun hujan lagi. Dan puji Tuhan, sampai di rumah; saya tidak basah kuyup seperti hari-hari sebelumnya ketika saya terkena hujan badai. Besoknya, hari Jumat 30-09-2016; doa yang sama saya ucapkan lagi, memohon kemurahan hati Tuhan supaya hujan tidak badai sehingga perarakan patung Bunda Maria  dari luar gereja boleh berjalan dengan lancar. Saya yang bertugas menjadi pembagi lilin dan penjaga pintu gereja; tidak mengikuti perarakan sehingga bisa leluasa mondar mandir memperhatikan langit di sore itu. 

Dan doaku seperti tidak terjawab lagi; langit sudah penuh dengan gulungan awan pekat seperti kejadian pada hari-hari sebelumnya. Dalam hati, saya ketar ketir sendiri; "gimana ya; seandainya hujan turun di saat doa rosario sedang berlangsung selama perarakan di luar gereja tersebut??!!!". Saya ngoceh sendiri sambil memandang gulungan awan di langit, "hush..awan-awan..pergi lah menjauh!!!, hujannya bawa ke tempat lain saja", seruku sambil berdoa dalam hati untuk mohon pertolongan Tuhan agar perarakan dan doa rosario dapat berjalan lancar. Dan luar biasa, angin yang kencang tidak menurunkan butiran hujan, sehigga perarakan selesai dan misapun berjalan dengan tenang dan lancar. Sayapun sampai di rumah dengan selamat dan tidak basah karena hujan turun sekitar sejam setelah misa selesai.

Ajaib benar dan nyata benar kuasa Tuhan pada Jumat sore tersebut. Aku merasa hal ini mukjizat karena Tuhan mendengarkan dan mengabulkan doaku. 

Mukjizat kedua tentang doa mohon beatifikasi hamba Allah Frank Duff yang merupakan pendiri Legio Maria. Sejak menjadi auksilier legio HMTB (Mei 2016), sampai saya menjadi anggota aktif mulai Juli 2016 sampai sekarang; saya tetap mendoakan doa Tessera lengkap sampai doa Beatifikasi hamba Allah Frank Duff. Di doa permohonan ini; saya terus menerus meminta agar Tuhan menambahkan anggota legio kami; supaya semakin banyak generasi penerus legio ini, dan semoga anggota aktif semuanya boleh sungguh-sungguh menjadi legioner sejati; yang rajin ikut rapat dan aktif dalam pelayanan. Doa ini terus menerus saya panjatkan dan pada hari Minggu tanggal 02-10-2016; doa tersebut terjawab dan terkabul.

Anggota baru dari antah berantah berkunjung hari Minggu tanggal 25-09-2016. Biasanya, anggota legio sudah saling kenal. Misalnya, si x menjaring temannya si z untuk ikut legio ini, dan demikian seterusnya; sehingga kebanyakan anggota legio HMTB sudah saling kenal. Tapi, tamu spesial tanggal 25-09-2016 adalah tidak berasal dari teman-teman internal legio HMTB. Seorang tamu yang langsung menyatakan keinginannya untuk menjadi anggota aktif legio HMTB. Sekedar info; saya sendiri memerlukan waktu yang cukup lama (sekitar sebulan) dalam memutuskan apakah ingin menjadi anggota aktif di kelompok kategorial ini, atau tidak.

Tanggal 02-10-2016 pada rapat legio berikutnya, tamu spesial pada minggu lalu datang lagi dan menunjukkan bahwa dia beneran niat join dengan kelompok legio kami dan secara ajaib semua anggota aktif legio HMTB berkumpul untuk ikut rapat bersama; bahkan eks anggota juga turut hadir meramaikan rapat legio pada minggu ini. Puji Tuhan, saya merasa hal ini di luar akal saya dan semua karena campur tangan Tuhan sehingga semua hal ini dapat terjadi. Mungkin bagi orang lain hal ini adalah hal biasa-biasa saja; tapi buat saya; hal ini adalah mukjizat karena Tuhan menjawab doa saya dengan waktu dan prosesNya.

Yang ingin saya sampaikan adalah pekalah melihat kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari; karena Tuhan selalu menjawab doa-doa kita walaupun terkadang jawabanNya adalah "TIDAK". Doa merupakan sarana untuk merasakan mukjizat seperti yang telah saya alami.


Jangan berhenti berdoa, karena doa adalah nafas bagi orang yang percaya pada Yesus.

"Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! "


"Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" (Matius 12:48)

Ditulis Oleh: Irse Wilis


Kita dilahirkan di dunia ini tentunya memiliki anggota keluarga, entah itu ayah, ibu atau saudara-saudari kandung dan kerabat keluarga lainnya dari pihak bapak atau pihak ibu. Keluarga yang dimaksud adalah mereka yang memiliki hubungan darah dengan diri kita. Sewaktu hidup di dunia, Yesus juga memiliki anggota keluarga kandung dan kerabat keluarga lainnya. Tetapi mengapa pada Matius 12:46-50 perikop “Yesus dan sanak saudaraNya”; Yesus menampilkan kesan tidak sopan seolah-olah tidak menghargai kedatangan anggota keluargaNya yang berusaha menemui Dia? (Matius 12:46).

Setelah merenungkan perikop ini, saya menemukan hal menarik dalam perjalanan iman mengikuti Yesus. Dimana yang menjadi anggota keluarga Allah adalah lebih menekankan IMAN dan PERBUATAN yang sesuai dengan ajaran Yesus dibandingkan hubungan darah dengan anggota keluarga di dunia. Tuhan Yesus TIDAK mengajarkan untuk menjadi anak durhaka yang lupa akan keluarga, orangtua dan sanak saudara, karena Yesus sendiri sangat mengasihi keluargaNya, misalnya sewaktu mengadakan mukjizat pada pesta perkawinan di Kana dimana Yesus mengikuti kehendak ibu kandungNya.

Yang Tuhan Yesus inginkan adalah iman yang melebihi hubungan keluarga; dimaksudkan agar setiap insan lebih mengutamakan Tuhan dibandingkan kepentingan diri/atau keluarga yang bersangkutan. Contohnya: ketika seseorang ditugaskan untuk menjadi pemazmur pada perayaan Ekaristi, dan pada saat yang bersamaan ibunya meminta dia untuk mengantarkannya ke rumah saudara, maka “dia” haruslah lebih bijak dalam memilih hal terpenting bagi sesama.

Perlu dikaji, apakah ibu tersebut mengunjungi saudara hanya untuk ngobrol biasa atau ada tujuan penting lainnya? Apakah rencana tersebut tidak bisa digeser ke waktu lain sehingga jam pelayanan “dia” di gereja tidak terganggu? Apakah ada pihak yang menggantikan posisi pemazmur tersebut semisalnya “dia” tidak bertugas. Dan pertimbangan lainnya. Yang dalam hal ini tentunya harus lebih memilih kepentingan umat Tuhan dibandingkan kepentingan diri sendiri/keluarga.

Tuhan menginginkan setiap manusia menjadi beriman adalah bukan hanya sekedar menjadi pengagum yang tidak melaksanakan ajaran dan kehendakNya dalam hidup ini. Karena di zaman sekarang ini, santapan rohani sudah sangat berlimpah sementara pekerja di ladang Tuhan atau yang berbuat sesuai kehendakNya sangat sedikit bahkan nyaris habis. Dimanakah generasi penerus gereja? Yang harus meneruskan karya pelayanan Yesus bagi dunia ini? agar dunia selamat?

Renungkanlah perkataan Yesus tentang Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" maka diharapkan setiap orang percaya pada Yesus kembali menjadi pelaku Firman dan menyadari perannya dalam tugas pewartaan kerajaan Allah dengan terlibat aktif dalam kegiatan yang ada di gereja paroki masing-masing.

Hal lainnya yang saya temukan dalam perkataan Yesus ini adalah: bahwa menjadi keluarga Allah adalah terbuka bagi semua orang dan tidak dibatasi oleh hubungan darah/ ras/ suku tertentu. Tuhan tidak terbatas sehingga tidak membatasi setiap insan untuk mendekat kepadaNya. Semua manusia diundang untuk menjadi warga kerajaan Allah namun hanya sedikit yang terpilih; karena untuk memasuki kerajaan Allah itu harus melalui pintu yang sempit dan sesak. (Matius 17:13: Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; Matius 17:14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya).

Setiap manusia terpanggil untuk memperoleh keselamatan, namun hanya sedikit yang memperolehnya karena hanya sedikit yang bertahan dalam iman dan pengharapan. Apakah Anda termasuk yang sedikit itu?

Kesimpulan: Menjadi pengikut Yesus adalah menjadi pelaku firman, meneladan hidup Yesus, bersahabat akrab dengan Yesus sehingga kita layak menjadi saudara-saudariNya dan layak menjadi ahli waris kerajaan Allah.

Kenangan Komuni Pertamaku

Ditulis Oleh: Irse Wilis


Membaca topik yang dilempar di grup tanggal 28 Mei 2016 yang lalu, ikut membangkitkan kenangan saya akan komuni pertama yang rasanya sudah sejak lama saya terima. Komuni pertama adalah saat pertama sekali menyambut Tubuh dan Darah Tuhan Yesus Kristus dalam rupa Hosti yang sudah diberkati.

Berhubung surat-surat saya banyak yang hilang akibat gempa tahun 2005 yang lalu, maka saya benaran lupa tanggal saat saya menerima Komuni Pertama. Yang saya ingat adalah Penerimaan komuni pertama terjadi sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tepatnya sekitar kelas 4. Sebelum menerima Komuni Pertama banyak sekali persiapan yang harus dilakukan seperti pembelajaran dan termasuk menerima sakramen tobat.

Menghafal doa tobat adalah salah satu momen yang sangat mendebarkan. Jadi, selama ngaku dosa yang teringat adalah doa tobatnya, sementara dosa yang mau diakui terlupakan begitu saja karena sangat gugup, takut doa tobatnya terlupakan. Hahahaha :D

Kejadian lain yang saya ingat adalah saya begitu semangat untuk menerima Hosti Kudus yang sudah lama saya idam-idamkan. Sewaktu mama atau papa terima komuni, saya selalu minta bagian karena sangat penasaran, gimana sih rasanya tubuh Kristus? Apakah seperti daging ayam goreng kesukaanku? Atau seperti roti bakar manis kesukaanku? Begitulah anak-anak yang belum mengerti benar akan hakikat Hosti Kudus tersebut.

Mengingat masa kecil, membuat saya berfleksi sejenak betapa jauhnya perjalanan iman yang telah saya lalui. Dari yang dulunya tidak paham, kini semakin paham dan menghayati akan Hosti Kudus yang disambut setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi Kudus. Keinginan saya untuk menerima Hosti Kudus bagaikan minum air setiap harinya dimana ketika dalam sepekan tidak mengadakan perayaan Ekaristi, rasanya seperti dehidrasi dan kosong. Tapi, ketika mengikuti perayaan Ekaristi, menyambut tubuh Tuhan dan menghayati misteri wafat dan kebangkitanNya, semakin mampu menguatkan kaki saya yang kadang letih untuk melangkah maju.

Begitulah secuil kisah komuni pertama saya dan kesaksian iman saya tentang tubuh Kristus yang beneran sanggup memulihkan keadaan buruk sekalipun. Karena sesaat setelah tubuh Kristus masuk ke tubuh jasmani saya, maka saya merasa dikuatkan, semangat Kristus membakar semangat pelayanan dan rela berkorban dalam diri saya, kasih Kristus membakar saya untuk semakin mengasihi kehidupan, sesama dan alam sekitar, begitu banyak keajaiban yang saya dapatkan dari Hosti Kudus kecil yang bagi orang yang tidak mengimaninya hanyalah sekeping roti hambar yang tidak mengenyangkan.

Jika, Hosti Kudus tidak memiliki khasiat apa-apa di dalam diri seseorang, apakah itu salah Hosti? Menurut saya sih enggak! Karena kasih Allah merata bagi semua manusia. Reaksi/Iman manusialah yang menentukan terjadinya mukjizat atau tidak dibalik sekeping roti kecil tersebut. Jadi, alangkah mirisnya jika mendengar sesama katolik yang mengimani Hosti tersebut sebagai roti biasa. Karena imannya-Lah yang menentukan Hosti tersebut berkhasiat untuk mendatangkan mukjizat seperti kekuatan, kesembuhan, pemulihan, dan sebagainya.

Merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tanggal 29 Mei 2016 yang lalu selain mengingatkan saya akan masa penerimaan Komuni Pertama, juga sebagai momen untuk bersyukur lebih dalam lagi tentang kasih Tuhan yang sungguh nyata hadir dalam Hosti Kudus yang saya terima setiap merayakan perayaan Ekaristi. Saya merasa sebagai manusia yang beruntung yang memiliki Tuhan yang rela datang ke dalam hidup saya dan memulihkan saya lewat Hosti Kudus yang selalu saya sambut setiap merayakan perayaan Ekaristi.


Bagi saya, hosti kudus adalah benar-benar tubuh dan darah Tuhan dan bukan hanya simbol untuk mengenangkan sesuatu. Ayat berikut adalah kutipan ucapan Yesus yang menegaskan sendiri bahwa roti yang dipecah-pecahkanNya adalah tubuhNya sendiri, dan BUKAN simbol dari tubuhNya.

1Korintus 11:24: dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"



Analogi Tirai Jendela & Tanggul

Ditulis Oleh: Irse Wilis


Kamarku memiliki sebuah jendela yang akan selalu mendapat sinar matahari ketika pagi hari telah menyapa. Jika cuaca sedang terik, biasanya cahaya matahari akan memasuki ruangan kamarku, tentunya setelah tirai jendelanya di buka. Jika tidak dibuka, maka sinar matahari tidak akan mampu menembus ruangan kamarku karena terhalang oleh tirai tersebut.

Demikian juga sebuah hati yang tertutupi begitu banyak sampah. Entah itu sampah kebencian, kemarahan, kesedihan, kekecewaan, dan luka batin lainnya yang hanya berbentuk seperti kain pembatas/tirai yang menghalangi sinar kemuliaan Tuhan utk memasuki hati dan hidup kita.

Sebenarnya, kehidupan ini sarat dengan masalah dan cobaan bukanlah tanpa arti. Sama seperti emas yang membutuhkan api untuk memurnikan dirinya, demikianlah masalah atau cobaan menerpa manusia adalah untuk memurnikan cinta manusia kepada Tuhan, apakah manusia sungguh tergantung pada Tuhan? Atau malah cenderung tergantung pada kemampuan diri sendiri? Semua masalah dan cobaan tersebut adalah proses yang harus dihadapi untuk meraih mahkota surgawi.

Kain pembatas jendela di kamarku berwarna kuning keemasan, warna yang sangat ceria sebanding dengan paparan sinar matahari yang selalu menyentuhnya di setiap harinya. Kain pembatas jendela adalah alat yang berguna agar segala sesuatu yang terdapat di dalam ruangan, tidak dapat dilihat dari luar ruangan. Bisa dibayangkan bukan, jika harta karun seseorang dapat dilihat dengan jelas dari luar? maka akan menimbulkan keinginan pihak lain untuk memilikinya juga. Jadi, kain pembatas jendela tidak selalu berarti buruk, sama seperti hati seseorang yang tertutup karena sesuatu alasan, hal ini tidak dapat diartikan 100% salah/buruk, karena terkadang keadaan seseorang mengharuskan dia menutup diri dulu untuk mencegah kerusakan hati dan perasaan yang lebih parah.

Kain pembatas jendela tersebut juga mirip seperti sebuah tanggul. Ketika hati seseorang tertutup maka hal itu diperlukan untuk mencegah banjir, entah itu banjir amarah, banjir air mati, banjir kekecewaan, banjir sakit hati dan banjir bandang lainnya. Tanggul itu diperlukan untuk mencegah meluapnya banjir tersebut dan mencegah rembesan air kotor kemana-mana. 

Sama seperti sebuah tanggul yang tidak diperlukan setiap hari, karena tanggul lebih efektif dibutuhkan saat banjir/musim penghujan, demikianlah hati yang tertutup tidak diperlukan terus menerus. Ada saatnya, hati tersebut harus dibuka lebar untuk dapat merasakan rahmat Tuhan, untuk dapat dipulihkan dari luka batin, agar mampu mengalami kedewasaan iman. Tanpa pembukaan diri dan hati, maka mustahil kesembuhan akan diperoleh, mustahil mengalami perubahan ke arah yang lebih baik yang mampu mendekatkan seseorang dengan sumber kebahagiaan sejati.

Untuk itu, marilah pahami keadaan diri kita masing-masing, dan terlebih-lebih mereka yang sedang mengalami banjir bandang, agar selaku sesama saudara dalam iman, kita mampu mengingatkan sesama kita kapan perlu memakai tanggul, kapan perlu membuka tirai jendela dan kapan perlu menutupnya, karena kehidupan ini sungguh dinamis dan memerlukan penyesuaian diri yang terus menerus agar mampu bertahan sampai pertandingan akhir.

Cerita Tentang Ban yang Bocor

Ditulis Oleh: Irse Wilis


Kendaraan beroda dua, tiga atau empat tidak akan asing dengan kehadiran ban yang berada di sisi bawah sebuah kendaraan. Jika melihat sebuah ban, yang terlintas dalam pikiran adalah tentang sebuah karet yang berbentuk bulat dan menjadi salah satu sarana penting untuk mengerakkan suatu kendaraan. Tanpa kehadiran ban, maka kendaraan apapun akan teronggok diam dan merupakan pajangan semata.

Siang itu, ketika berjalan menuju tempat usaha bosku, ban motorku mendadak kempes. “Duh bakal telat nih untuk sampai ke toko bos” pikirku dalam hati. Sambil ngos-ngosan melawan panas terik di siang itu, aku mendorong motorku ke arah tukang tambal ban yang berada di seputaran Jl.Gajah Mada yang sedang ku lewati. Sesampainya di tempat tambal ban tersebut, aku pun duduk di dekat motorku, menunggu montir yang bekerja untuk menambal ban tersebut.

Selama di pinggir jalan raya tersebut, aku sibuk memperhatikan orang-orang yang lalu lalang dengan tidak sabaran. Terlihat juga beberapa pedagang buah yang sibuk berinteraksi dengan beberapa pembeli buah dipinggir jalan gajah mada tersebut. Teringat olehku akan penghasilanku yang tidak kunjung bertambah, ada rasa marah, kecewa dan kesal kepada bos di tempat aku bekerja saat ini. “Mengapa ya..orang kaya cenderung kikir dan menahan berkat buat sesama? Padahal karyawan juga merupakan asset yang harus dijaga perusahaan?” Demikian secuil isi pikiran yang menemaniku di siang itu.

Ban motorku yang sedang aku pandangi, memberi gambaran tentang kehidupan di dunia ini yang harus seimbang. Jika kehidupan seseorang diibaratkan dengan ban motor, maka jika ban tersebut terlalu penuh dengan angin maka motor tersebut akan gampang bocor akibat tekanan yang diterima dari luar begitu kuat, dan tekanan dari dalam juga begitu kuat menolak sehingga, sisi bagian dalam dari ban dalam akan menipis dan menjadi semakin menipis akibat perbedaan tekanan tersebut; yang pada akhirnya akan menimbulkan kebocoran dan kerusakan pada ban dalam tersebut.

Begitu juga dalam kehidupan ini, jika sesuatu masalah dipandang terlalu logis maka akan mengikis rasa percaya akan pertolongan Tuhan yang sungguh nyata lewat mukjizat yang tidak terduga; demikian sebaliknya jika suatu masalah terlalu dipandang dari sisi agama, maka akan menyurutkan semangat untuk maju yang di dukung oleh peningkatan ilmu pengetahuan dan motivasi untuk meraih kesuksesan. Masalah gaji di atas adalah sebuah contoh kecil yang kerap dialami karyawan yang sering menjadi bumerang bagi diri sendiri. Jika, seseorang terlalu logis menyikapi masalah tersebut maka, pintu untuk korupsi akan terbuka lebar, persaingan tidak sehatpun menjadi terbentuk, manusia mungkin bisa jadi, membenci Tuhan yang tidak adil dalam berkat yang diterimanya yang akhirnya menjauhkan manusia dari hakikatnya sebagai makhluk yang secitra dengan Allah. Sebaliknya, jika masalah gaji tersebut dipandang dari sisi agama maka seseorang tersebut akan cenderung pasrah dan tidak berusaha untuk mencari tempat kerja lain yang bisa mendukung peningkatan jenjang karirnya. Rasa syukur yang dibaluti dengan pasrah tapi tidak meningkatkan kemampuan diri sendiri adalah tindakan salah yang tidak rasional yang akan menjadikan seseorang tersebut menjadi pribadi pasif yang tidak kreatif dan dinamis.

Perlu keseimbangan antara intelektual dan rohani, agar tubuh, jiwa dan roh manusia berkembang dengan baik seturut dengan kehendak Allah. Tanpa keseimbangan diantaranya, maka kehidupan manusia sama seperti ban yang bisa rusak akibat tekanan berlebihan dari dalam atau luar ban tersebut.

Dalam kehidupan ini, jalan yang dilalui tidak selalu mulus, perlu tekanan angin yang pas agar ban dalam tidak gampang bocor; perlu keseimbangan intelektual dan rohani agar seorang manusia tahan terhadap berbagai guncangan yang mungkin akan timbul seiring berjalannya waktu.

Begitulah, hasil refleksi yang ku dapat dari tempat tambal ban di siang itu, yang menambah wawasan dan imanku tentang menjalani kehidupan ini.

Anak adalah Investasi

Ditulis Oleh: Irse Wilis 



Kalimat di atas adalah salah satu bagian dari topik obrolan kami di siang itu, tepatnya dengan istri abang sepupuku. Aku tidak ingat topik obrolan kami di siang itu tentang apa, tapi kalimat tersebut mengalir begitu saja dari mulut kakakku. Kalimat itu sungguh mengusik pikiranku ketika salah seorang teman baruku, tidak setuju dengan kalimat tersebut; berbanding terbalik dengan aku yang menganggap kalimat tersebut adalah hal yang masih masuk akal dan tidak berarti jelek.

Jika melihat background keluarga kami yang mayoritas pedagang dan sering berkutat dengan barang, uang dan perekonomian, adalah hal yang wajar untuk membicarakan suatu investasi. Namun, ketika anak dijadikan investasi, kalimatku itu sungguh mengusik teman baruku di grup WA yang baru aku ikuti, dimana dia tidak menyetujui kalimatku tersebut. Aku bisa mengerti ketidaksetujuannya, namun dalam hati dan pikiran terdalamanku, ketidaksetujuannya tersebut membuat suatu gejolak dalam batinku; ibarat gelombang air laut yang perlahan menghempas di dasar sanubariku.

Melihat defenisi investasi tersebut yang sangat identik dengan nilai ekonomi yang berhubungan dengan uang, hal ini dianggap sebagai suatu ajang mendukung penjualan manusia dimana manusia tersebut dilahirkan untuk dijadikan harta, yang kemudian di atur dan dikelola sedemikian rupa sehingga meningkatkan keuntungan bagi orangtua yang memiliki harta tersebut; dimana harta yang dimaksud adalah kehadiran anak dalam keluarga. Pikiran seperti inilah; yang mungkin muncul dalam benak teman baruku tersebut sehingga, dia tidak menyetujui kalimat aku diatas.

Hasil permenunganku tentang kalimat di atas menyadarkan aku betapa kompleksnya pengertian manusia terhadap satu kalimat. Karena pengertian seseorang terhadap suatu hal akan dipengaruhi oleh backgroundnya juga, misalnya: latar belakang pendidikan, agama, suku, kebudayaan dan lain-lain. Hal inilah yang memicu perbedaan pandangan di antara sesama manusia. Perbedaan tersebut adalah hal yang wajar, tidak untuk dipertentangkan, namun cukup dijadikan tambahan pengertian sehingga membuat pengertian kita terhadap sesuatu hal semakin kaya karena berasal dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Bagi aku sendiri, anak adalah investasi artinya bahwa kehadiran anak merupakan suatu penanaman modal dalam kehidupan ini. Menanam modal sebagai tanggung jawab terhadap panggilan hidup berkeluarga yang harus menghasilkan buah. Anak adalah investasi juga dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan makna/nilai kehadiran anak dalam keluarga tersebut; yang membuat anak tersebut menjadi sangat berarti, sangat bernilai, sangat istimewa berbeda dengan jenis investasi lainnya. Sekalipun investasi ini unik, namun prinsipnya adalah sama dengan jenis investasi pada umumnya, yang harus dijaga dan dikelola dengan baik, untuk meningkatkan nilai dari harta tersebut. Hal ini TIDAK berarti untuk menjadikan anak sebagai barang atau robot yang harus di setting sedemikian rupa; karena jaga dan kelola yang aku maksud adalah membentuk anak menjadi pribadi yang mengenal penciptaNya yang merupakan sumber kekayaan sejati. Misalnya, menjaga perilaku anak sejak usia dini, dimana asupan hal positif sangat diperlukan agar si anak bertumbuh menjadi manusia seutuhnya. Ibarat tanaman yang harus dipupuk dengan rajin, diberi tanah yang baik dan gembur, serta disiram dengan rajin dan teratur, demikianlah maksud menjaga anak.

Sementara mengelola yang aku maksud adalah mengarahkan anak kepada sumber kehidupan sejati yang akan menjadikan anak sebagai manusia seutuhnya yang sadar akan panggilannya sebagai seorang manusia, sebagai laki-laki atau perempuan. Jadi menjaga dan mengelola bukan merupakan sistem pingitan yang membatasi ruang gerak anak, namun lebih kepada mendidik anak untuk menjadikan nilai kemanusiaannya semakin meningkat; yang pada akhirnya akan menguntungkan orangtua artinya membuat orang tua bangga dan bahagia.

Anak adalah investasi merupakan suatu bentuk realisasi tanggung jawab dari orang tua terhadap kehidupan pernikahannya; dimana masing-masing orangtua terpanggil untuk menjaga dan mengelola harta (anaknya) agar nilai dari harta tersebut semakin tinggi dan pada akhirnya akan menguntungkan orangtua juga. Sebagaimana investasi harus dijaga agar tidak sampai turun nilainya, demikian juga kehadiran anak dalam keluarga agar tidak menjadi beban, tidak menjadi masalah dalam kehidupan pernikahan sehingga orangtua sadar akan peranan dan tanggungjawab masing-masing sebagai seorang bapak atau ibu.

Namun, penting untuk mengingat bahwa anak adalah titipan Ilahi, hasil dari anugerah Tuhan dari pernikahan kedua orangtua sehingga orangtua TIDAK boleh seperti kacang yang lupa akan kulitnya, lupa akan Tuhan yang menciptakan manusia baru tersebut (anak). Jika, manusia tersebut ingat akan Tuhannya, maka tidak ada alasan bagi orangtua untuk mengekang buah hatinya sebagai harta yang harus dikuasai dan dikelola sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Karena jika hal ini terjadi, maka kehidupan di keluarga tersebut dapat dipastikan tidak sehat dan akan membentuk anak-anak yang miskin cinta Tuhan, karena cinta yang diperoleh dari orang tua adalah miskin cinta Tuhan. Karena cinta Tuhan adalah cinta yang bebas, setia, total dan berbuah, dimana keempat prinsip ini harus ada dan menjadi satu kesatuan.

Bagi aku, anak adalah investasi adalah bagian dari perjalanan hidup ini dimana dalam kehidupan ini kita harus menghasilkan buah, dimana buah tersebut nampak dari hasil akhir investasi kita tersebut yang harus menghasilkan sesuatu yang baik bagi diri kita sendiri terlebih bagi lingkungan di sekitar kita. Jika buah pelayanan kita belum terlihat ke lingkungan luar, minimal buah tersebut dapat terlihat dari anggota keluarga kita yang semakin cinta Tuhan.

Mengapa cinta Tuhan merupakan tolak ukur kesuksesan investasi di dunia? Jawabnya, karena tanpa Tuhan dalam kehidupan ini, maka kehidupan ini tidak akan pernah ada artinya baik bagi diri sendiri atau bagi orang lain.

Yohanes 15:5 "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa"







Analogi Charger

Ditulis Oleh: Irse Wilis
Jika memperhatikan sebuah charger, apa yang terlintas di benak Anda? Charger adalah sebuah perantara untuk mengantarkan arus listrik ke dalam tempat penyimpanan daya listrik yang disebut baterai. Tanpa Charger, mustahil sebuah baterai akan terisi daya listrik. Itulah sebabnya antara charger dan baterai adalah dua hal yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan. Charger tanpa baterai ibarat barang rongsokan yang tidak ada fungsinya.

Jika diri kita dianalogikakan sebagai sebuah charger dan manusia lain sebagai baterai, maka kehidupan kita tidak akan ada artinya jika tidak bermanfaat/mendatangkan hal baik bagi sesama. Jika Tuhan dianalogikakan sebagai arus listrik, maka bagi charger (diri kita) atau baterai(orang lain) sangat membutuhkan arus listrik (Tuhan) tersebut agar dapat berfungsi dengan baik/mendatangkan kebaikan bagi sesama.

Jika baterai tidak mengandung arus listrik, apakah fungsinya bagi perangkat lain? Jika manusia tanpa Tuhan di dalam dirinya, bagaimana manusia tersebut dapat mendatangkan kebaikan bagi alam sekitarnya? Demikian juga jika charger, tidak melekat pada arus listrik, apa yang akan dialirkan charger tersebut? Manusia tanpa hubungan akrab dengan Tuhan/tidak terhubung dengan sumber arus listrik, tidak akan sanggup mengisi kebaikan dalam hidup orang lain artinya tidak akan sanggup membagikan cinta Tuhan karena dia sendiri tidak memiliki daya listrik(cinta Tuhan) dalam dirinya.
Sebagai charger yang adalah alat penyalur cinta Tuhan, setiap manusia hendaknya bertindak TIDAK berdasarkan kepentingannya. Dalam pelayanan di lingkungan gerejapun hendaknya selalu berdasarkan kehendak Tuhan, agar hasilnya nampak nyata dalam kehidupan yang lebih baik dari orang-orang yang ada di sekeliling yang menerima arus listrik (Cinta Tuhan) tersebut. Jika lingkungan sekitar tidak mengalami perubahan, maka perlu dipertanyakan apakah pelayanan tersebut murni karena kehendak Tuhan atau karena kepentingan pribadi seseorang?!.

Karena jika charger bertugas untuk menyalurkan daya listrik, maka daya baterai akan bertambah; sama seperti jika kita melakukan suatu misi dari Tuhan maka orang-orang di sekitar akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut memakan waktu dan proses yang tidak cepat, sama seperti baterai ketika di cash dengan charger tidak akan langsung 100% terisi dayanya, begitu juga dengan sebuah perubahan positif yang tidak akan seinstant makanan cepat saji, yang jika diseduh dengan air panas akan langsung berubah menjadi sebuah makanan.

Jika, charger telah berfungsi dengan baik, telah tersambung dengan arus yang tepat, tapi kapasitas baterai tidak bisa full, mungkin baterai tersebut tidak layak pakai alias sudah rusak; sama seperti suatu pelayanan yang tidak berhasil bukan karena kesalahan dari penyampai kabar baik, melainkan karena penerima berita baik tersebut adalah bukan berasal dari orang-orang pilihan Allah/bukan kawanan domba Allah. Dalam hal ini, kita tidak perlu berkecil hati dan teruslah berseru kepada Tuhan agar mencurahkan kerahimanNya pada orang yang bersangkutan; namun jika masih tidak berhasil juga maka segeralah beralih ke baterai lain yang siap untuk diisi dayanya.

Demikianlah, antara charger, listrik dan baterai adalah tiga hal yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan untuk menghasilkan manfaat bagi perangkat lain, bagi dunia dimana kita berada saat ini.

Dunia Suka Dibohongi, tapi Saya Tidak!

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Apa sih pentingnya penampilan?
Apa sih pentingnya berpakaian mewah, rapi dan cantik?

Pengalaman hari ini mengajarkanku betapa pentingnya suatu penampilan. Hari ini aku mengalami dua kejadian yang sangat membuatku jengkel. Manusia yang ku jumpai beneran tidak seperti manusia seutuhnya dan cenderung melihat sesamanya secara objektif. Hal ini sungguh membuatku jengkel, karena respon "dia" terhadapku sangat tidak bersahabat, tidak profesional dan tidak manusiawi sekali.

Aku yang terbiasa dengan pakaian casual cenderung sepele dengan penampilan, tidak makeup, tidak pakai sepatu bermerek, dan tidak mengendarai mobil yang mewah. Malah mirip seorang sales dengan kaos oblong, celana jeans dan sandal gunung lengkap dengan jaket gombrong kesukaanku. Sales Counter di toko jam yang ku kunjungi siang ini sungguh tidak profesional dan menganggap sepele kehadiranku. Saat aku bertanya ini dan itu dengan ciri khas para penggila diskon yang suka barang murah, hal itu membuat "dia "semakin menyepelekanku. Jam telah menunjukkan hampir jam 12 siang dan hal itu membuat cacingku berdemo ria sehingga membuat emosiku menjadi tidak stabil.

Adapun percakapan kami di siang tadi, sebagai berikut:
 "Kak, jam yang lagi promo di deal medan, barangnya apa ada di sini?", tanyaku. Dengan sedikit malas kakak itu menuju counter jam POLICE incaranku. "Yang mana kak jam yang kamu maksud?" dia balik bertanya padaku. "Aduh, sebentar ya aku buka hp dulu karena aku lupa-lupa ingat bentuk dan model jamnya" sambil berusaha membuka hp. Tiba-tiba seorang rekannya datang dan mencari sesuatu. "Dia" bertanya ke rekannya tersebut dan kemudian dia paham akan jam yang ku maksud. "Dia" menunjukkan jam tersebut padaku. Lantas aku bilang "keluarin dong, aku kan mau lihat barangnya, kalo aku suka jamnya; hari ini langsung ku beli" seruku masih dengan antusias. Disaat itu, ekspresi wajahnya sudah berubah entah karena lapar atau karena malas atau entah lah.

Aku memperhatikan dengan detail jam tersebut, sepertinya barang pajangan dan aku mau yang lebih baru lagi. Lantas aku bertanya "Apa ada barang lainnya?" tanpa menjelaskan maksud pertanyaanku. "Dia" mulai gusar dan menjawab dengan ketus "barangnya cuman itu kak" jawabnya dengan nada tinggi. "Kalo yang ini, aku gak mau" jawabku. "Masa kalian cuman punya satu stok aja? sementara ini lagi promo loh, dan pasti banyak peminatnya" sambungku. " Tidak ada kak" jawabnya dengan malas dan masih dengan nada tinggi. "Selain jam ini, ada lagi gak? jam police yang promonya mirip dengan jam police yang ada di deal medan?" tanyaku berusaha mencari tau manatau ada jam police tipe lain yang lebih kece dan murah. "Kakak lihat sendiri kan di website deal medan kan hanya satu jenis ini yang promo, yang lain tidak ada" jawabnya ketus. Dalam hitungan detik, tensiku langsung naik dan mengembalikan jam yang hampir ku beli itu sambil berkata "cara ngomongmu gak enak kali, ini lah jamnya, gak jadi ku beli" jawabku dengan suara yang bergetar. Bergetar karena aku menjaga supaya tidak lepas kendali; karena kalau lepas kendali, nanti pasti bisa heboh karena aku bisa ngomong sekasar-kasarnya yang bisa melukai harga dirinya. Makanya, aku coba redam amarahku dan berlalu pergi dan segera menyelesaikan transaksiku di deal medan yang kantornya terletak di  situ juga.

Pembicaraan kami tadi, tidak sesingkat seperti yang ku tuliskan di tulisanku ini. Ada kata-kata dan bahasa tubuhnya yang menganggap aku hanya pembeli bohongan. Mungkin karena penampilanku yang biasa-biasa ini , dia menyepelekan kemampuan daya beliku. Dan sebagai balasannya, aku tidak memaki "dia", aku tidak melaporkan "dia" ke bosnya, cukuplah aku tidak belanja di tempat "dia" yang tidak menghormatiku sebagai calon pembeli.

Dalam dunia bisnis, penampilan selalu nomor satu. Tak peduli, apakah yang wah itu belanja dengan kartu kredit atas namanya sendiri atau dengan kartu kredit atas nama orang lain. Sebenarnya tidak salah jika memperhatikan seseorang dari penampilan; yang salah adalah ketika kita menjudge seseorang dari penampilannya. Karena seseorang yang mampu tidak selalu berpakaian wah dan seseorang yang wah tidak selalu mampu membeli dengan kemampuannya sendiri. Dunia penuh dengan kebohongan dan manusia suka sekali dibohongi terutama di bohongi oleh penampilan. Ini pelajaran berharga buatku, untuk tidak menjadi seperti "dia" agar bisnis apapun yang ku jalani menjadi berkat bagi orang lain, alias berdampak baik bagi sesama dan bukan malah memperburuk keadaan/suasana hati orang lain.

Aku membalas tindakan buruk "dia" dengan belanja di tempat lain yang lebih profesional melayani calon pembeli; sekalipun calon pembelinya bertampang gembel seperti aku. Kalau mereka jeli sedikit memperhatikan barang-barang yang ku pakai; itu tidak semurah pikiran mereka dan aku selalu membeli dengan tunai dan tanpa kredit. Bukan untuk pamer, tapi cukuplah "dia" yang mirip dengan siapapun di dunia maya yang luas ini berhenti untuk menjudge seseorang dari penampilan dan belajarnya menjadi ramah, menjadi manusiawi yang penuh cinta, damai dan toleransi dengan manusia dalam bentuk apapun.

Kejadian kedua adalah Bank yang tidak perlu ku sebutkan namanya, dimana prosedur dalam bank itu terkesan bertele-tele dan tidak masuk akal dan sungguh memancingku untuk berbohong soal identitas, namun dasar orang jujur yang gak pandai nipu, dengan polosnya aku jawab rekening tujuan tempat duit setoranku siang ini adalah bukan milikku; dan dengan tegasnya mereka menyuruh mengisi formulir dan macam-macam deh. Niat baikku untuk membantu temanku untuk setor duit nyaris luntur, namun ku pertahankan demi pencapaian misi di siang ini. Bela-belain deh ngisi formulir, tidak cetak buku tabungan, dan bayar parkir mahal walau duit yang disetor cuman sejuta doang.

Inilah efek pencucian uang yang berimbas ke orang kecil seperti aku, yang dicurigai maksud dan setoran duitnya di siang ini. Kadang peraturan yang dibuat manusia sungguh tidak efektif dan efisien sehingga membuat orang-orang kecil khususnya aku, jadi malas nabung di bank yang punya segudang peraturan yang memusingkan seperti bank yang ku kunjungi di siang ini.

Peraturan ada untuk dilanggar, itu terjadi jika peraturan tersebut tidak tepat sasaran; seperti yang ku rasakan siang ini yang nyaris membuat aku menjadi pembohong, tapi untunglah suara hatiku lebih kuat dibanding logikaku. 

Kejadian hari ini, sungguh merupakan gambaran dunia yang sudah sangat jahat dengan pola perilaku yang menyusahkan orang lain; semoga semakin banyak manusia, jujur, bijak dan pemberani seperti Gubernur DKI Ahok, yang bisa menjadi contoh dan teladan nyata dalam dunia di zaman sekarang ini.

Don't judge by cover &
Buatlah peraturan yang tepat sasaran

Itulah dua pesan yang ku dapat lewat kejadian yang ku alami di siang ini.



Sosok Kartini yang Nyata Dalam Kehidupanku

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Ada sebuah lagu yang selalu berhasil membuat aku menangis. Karena di lagu ini, aku masih mendengar suara almh mamaku dengan sangat jelas, dengan suara yang pas-pasan tapi ekspresinya begitu tenang, begitu indah sebagai seorang perempuan dengan beban yang tidak biasa. Lagunya adalah: Ku mau cinta Yesus, selamanya... Ku mau cinta Yesus selamanya... meskipun badai silih berganti dalam hidupku, ku tetap cinta Yesus selamanya.

Seperti siang ini, disaat aku yang begitu mencintai kesunyian tiba-tiba memutar musik dari hpku dan mendengar lagu tersebut, dan bisa ditebak! aku menangis lagi..! Aku merasa begitu rindu dengan sosok beliau, "duh beginikah cara orang meninggal menyampaikan salam rindunya dengan cara yang tiba-tiba?!" pikirku dalam hati. Aku hanya bisa berdoa untuk beliau semoga tenang dan damai bersama Yesus yang dicintainya.

Di hari Kartini ini, sebenarnya tidak ada yang begitu spesial sampai lagu itu memberikan kesan spesial di hati dan pikiranku. Teringat sosok perempuan yang mengajariku banyak hal tentang iman dan tentang kehidupan ini. Mama seorang yang tidak tamat SD tapi mampu mengejar mimpinya menjadi orang  yang sukses. Darinya aku belajar tentang keteguhan dan kesetiaan serta tanggung jawab dan tentang Tuhan yang dia sembah.

Tak bisa dipungkiri, kalau sejarah kehidupan imanku dimulai dari baptisan bayi saat aku belum mengerti apa-apa. Namun, seiring berjalannya waktu; cerita tentang Yesus yang ku dengar di sekolah minggu, dan di gereja serta yang ku baca dari buku cerita Alkitab anak yang diberikan papa; terjelma nyata lewat sosok yang begitu penuh kasih, murah hati dan ramah, dia adalah mamaku. Mamaku begitu mengimani Yesus, dia menjadi teladanku dalam menjalani hidup ini. Salah satu contoh teladan sederhana yang diajarkannya adalah membiasakan diri berdoa, sebelum memulai aktivitas dan setelah mengakhiri hari sebagai ritual kebersamaan kami berdua. Ya, cuman kami berdua yang sangat mencintai rutinitas sebagai sesuatu yang menghidupkan, sama seperti makan yang merupakan rutinitas untuk tetap bertahan dalam menjalani kehidupan yang tidak gampang ini.

Apakah iman hanya rutinitas belaka? Perjalanan hidup menunjukkan betapa rutinitas itu membuat dia mampu melewati setiap masalah dengan kacamata iman, dengan berdoa, dengan sharing bersama kakak rohaninya, dengan mempersembahkan penderitaannya lewat persembahan kasih dan pelayanan. Dari rutinitas tersebut, timbul kebiasaan yang baik, yang perlahan menimbulkan kecintaan dan akhirnya pengharapan dalam penantian akan keselamatan yang dijanjikan oleh Dia; yang memberi harapan keselamatan kekal bagi yang percaya padaNya.

Mamaku adalah sosok Kartini yang nyata dalam kehidupanku karena dia, memberi contoh tentang keteguhan sekalipun badai yang dilaluinya sangat menguras tenaga, hati, pikiran dan tubuhnya. Hanya iman, kasih dan harapan pada Yesus yang mampu membuat dia bertahan pada pernikahannya; yang membuat dia sadar akan perannya sebagai istri sampai akhir perjalanannya di dunia ini. Darinya, aku belajar tentang pelangi setelah hujan, tentang Tuhan yang tidak terlihat namun dapat dirasakan kehadiranNya, tentang perjuangan sebagai manusia yang harus mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain, dan masih banyak hal lainnya yang tidak mungkin ku sebutkan satu per satu. Mama, telah memulai pendidikan dasar kehidupan dan iman sejak aku masih anak-anak. Dan itu, sungguh membekaliku dalam perjalanan kehidupan ini, sekalipun tanpa kehadiran fisik yang nyata darinya.

Mama sama seperti perempuan lainnya yang memiliki fisik yang lemah dan terbatas, tapi merupakan pejuang yang tangguh dalam kehidupan ini. Banyak kisah perempuan tangguh lainnya yang bisa digoogling sendiri sebagai pembuktian akan ketangguhan para perempuan; yang tujuannya bukan untuk merendahkan lelaki tapi, sekedar mengingatkan kembali bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki yang harus dijaga dan dikasihi.

Semoga para perempuan menyadari akan kodratnya dan berusaha tetap setia dan teguh pada perannya, entah sebagai ibu rumah tangga, mama mertua, mama kandung, kakak, saudari, adik dan lain-lain. Kalian adalah sumber inspirasi bagi mereka yang mengagumi kalian secara diam-diam, sama seperti aku yang begitu mengagumi ibu yang telah melahirkanku di dunia ini.

Sekalipun tubuh tak dapat bertemu, tapi aku percaya jiwa kami dapat bertemu dalam doa pada Tuhan yang kami imani bersama.

Terimakasih mama, terimasih atas segala cintamu padaku

Selamat Hari Kartini bagi para perempuan di seluruh dunia, tetaplah menjadi perempuan seutuhnya dan tetaplah kuat

Modesty/Kesopanan

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Ketika trend fashion sudah semakin trendy, hal ini ikut mempengaruhi kebiasaan berpakaian manusia di zaman sekarang ini yang lebih menyukai pakaian yang lebih terbuka. Bagi kebanyakan manusia yang hidup di zaman ini, memperlihatkan sebagian dari bagian tubuh adalah hal yang indah dan termasuk dalam seni atau trend fashion yang harus diikuti. Namun, menurut gereja Katolik hal berbusana seperti ini adalah tidak pantas dan tidak layak. Alasannya:

Katekismus Gereja Katolik : 2521,2522
2521 : Kemurnian menuntut sikap yang sopan. Ini adalah bagian hakiki dari pengekangan diri. Sikap yang sopan memelihara hal-hal pribadi manusia. Ia menolak membuka apa yang harus disembunyikan. Ia diarahkan kepada kemurnian yang perasaan halusnya ia nyatakan. Ia mengatur pandangan dan gerakan sesuai dengan martabat manusia dan hubungan di antara mereka.
2522 : Sikap sopan melindungi rahasia pribadi dan cinta kasihnya. Ia mengundang untuk bersabar dan mengekang diri dalam hubungan cinta kasih; ia menuntut, bahwa prasyarat-prasyarat untuk ikatan definitif dan penyerahan timbal balik dari suami dan isteri dipenuhi. Dalam sikap sopan itu termasuk pula kerendahan hati. Ia mempengaruhi pemilihan busana. Di mana ia mengira bahwa ada bahaya sikap ingin tahu yang tidak sehat, di sana ia berdiam diri dan bersikap hati-hati. Ia menjaga keintiman orang lain.

Ada sebuah opini yang pernah saya dengar tentang: “Pemerkosaan terjadi karena kesalahan pria dalam memandang pakaian wanita” Statement tersebut terkesan menghakimi kaum pria tanpa pernah berpikir realistis bahwa, siapapun itu akan dapat tergoda dan terangsang jika melihat sesuatu yang pribadi (sebagian dari bagian tubuh) di perlihatkan di hadapan publik. Jika tidak memiliki gejolak batin seperti itu, maka yang bersangkutan dapat dipertanyakan kenormalannya sebagai manusia, yang memang tercipta dengan gejolak birahi yang bisa timbul ketika melihat sesuatu yang pribadi seperti itu. Ingat kembali kisah Adam dan Hawa setelah diusir dari Taman Eden, disaat itulah manusia mulai memandang sesamanya dengan objektif. Jadi, pakaian yang dikenakan seseorang sangat menentukan respek manusia lainnya terhadap dia (dia yang berpakaian).

Jika masing-masing orang mengejar kemurnian dalam mencintai Tuhan, maka sudah seharusnya setiap orang menjaga kesopanan dalam berbusana. Karena martabat seseorang dapat dilihat dari penampilannya (pakaian yang di kenakannya) sehari-hari. Pakaian yang dikenakan seseorang menunjukkan betapa pentingnya melindungi bagian pribadi yang tidak seharusnya di pamer di hadapan publik; karena apabila sering dipamer seperti itu; dimana letak berharganya?

Manusia memiliki bagian-bagian pribadi yang sudah seharusnya dijaga dan dirawat dengan baik; sebagai bukti syukur kepada Pencipta yang telah menciptakannya dengan begitu sempurna. Berbusana yang sopan akan menghadirkan respek yang baik dari lawan jenis karena mereka mampu melihat kodrat dan martabat seseorang dari cara berbusana yang sopan.

Jadi, jika kita hendak mengurangi tingkat kejahatan maka sudah seharusnya setiap orang memilih untuk berpakaian yang sopan  agar masing-masing orang memancarkan nilai berharga yang dimilikinya lewat penampilannya setiap hari.

Berpakaian sopan tidak harus mengenakan pakaian branded, pakaian mewah dan mahal. Cukup kenakan pakaian yang nyaman dipakai dan sesuai dengan kodratnya serta tidak menonjolkan bagian tubuh yang pribadi; dengan demikian maka kesopanan dapat terpenuhi.

Allah Berbelas Kasih Namun Tidak Meniadakan Hukuman

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Pagi ini, satu topik dari sebuah gambar yang dipostkan di sebuah grup dunia maya yang aku ikuti, menggelitik pikiranku. Kejadian nyata yang terjadi di Paroki Santo Antonius, Jl Hayam Wuruk Medan. Dimana beberapa pelaku adalah oknum dalam gereja yang melakukan tindakan yang salah tersebut. Ada beberapa komentar teman yang membela, ada yang menjudge, dan ada yang menceritakan kisah serupa yang terjadi di gereja dan paroki lainnya. 

Satu pendapat yang sungguh menggelitik pikiranku adalah tidak setuju jika pelaku menerima hukuman dari kepolisian setempat. Dari kejadian ini, dalam benakku timbul bayangan Allah yang berbelas kasih; dan hati serta pikiranku bertanya: "apakah kasih Allah tersebut akan meniadakan hukuman atas setiap dosa yang diperbuat manusia?" Menurut Kisah Ananias dan Safira dalam Kitab Suci, pada Kisah Para Rasul 5:1-11, kedua jemaat tersebut adalah bagian dalam persekutuan jemaat pada awal mulanya, tapi mereka melakukan dosa yang melawan kehendak Allah dengan berbohong atas penjualan tanah yang telah mereka lakukan, jika Allah berbelas kasih, mengapa mereka tidak dibiarkan hidup? Dan memulai hidup baru dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama?

Beberapa tokoh di Alkitab juga mengalami hukuman dari Allah namun tidak sampai kehilangan nyawanya, contohnya Raja Daud. Raja Daud adalah orang yang sangat dikasihi Tuhan namun karena dosa mengambil istri saudaranya, Daud mengalami hukuman dari Allah, mulai dari kematian akan anak yang dikandung Batsyeba sampai kepada hidup dalam pelarian karena dikejar oleh musuh-musuhnya. Allah berbelas kasih dengan tidak mengambil nyawa Daud, dan menuntun Daud dan menguatkan Daud sehingga Daud dapat bermazmur bagi Tuhan, sekalipun dalam keadaan takut dan menderita.

Jadi, jangan salah kaprah dengan belas kasih dari Tuhan yang TIDAK berarti bahwa Tuhan meniadakan hukuman atas setiap perbuatan jahat yang telah dilakukan oleh manusia. Hukuman tetap diperlukan sebagai suatu sarana untuk mendewasakan kehidupan rohani manusia karena tanpa hukuman, manusia seperti anak manja yang tidak pernah merasa bersalah dan tidak pernah kapok ketika berbuat hal yang jahat, yang merugikan orang lain dan berdampak tidak baik bagi kesehatan jiwa dan rohaninya. Allah sungguh melimpahi kasihNya bagi manusia namun tidak meniadakan hukuman ketika manusia telah melakukan dosa.

Mungkin saja, hukuman itu terjadi untuk menyadarkan si pendosa untuk kembali ke jalan Allah, seperti hukuman yang dialami oleh Daud yang membuat dia kembali sadar akan dosanya, dan juga hukuman atas Ananias dan Safira yang menjadi pelajaran bagi jemaat yang lainnya untuk tidak melakukan tindakan dosa yang bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah belas kasih Tuhan nampak dalam bentuk hukuman yang mendatangkan keselamatan bagi jiwa-jiwa umat lainnya yang mungkin sedang tergoda untuk melakukan hal yang jahat.

Tuhan maha pengampun dan tak pernah mengingat-ingat kesalahan kita dengan catatan, kehidupan baru telah kita mulai dan telah kita jalani. Jika hari ini tobat, besok kumat (tobat kumat=tomat) maka sesungguhnya hal itu sedang mempermainkan rahmat pengampunan dan belas kasih Tuhan yang pasti akan mendatangkan hukuman dan dosa yang lebih besar lagi.

Demikianlah menurut permenungan saya bahwa belas kasih Tuhan tidak meniadakan hukuman bagi para pendosa; mengenai kapan dan bagaimana bentuk hukumannya, hanya Tuhanlah yang mampu menjawabnya, biarlah yang salah tetap menjalani hukuman yang sudah sepatutnya dia terima, marilah mewujudkan belas kasih Tuhan dengan tidak menghina atau menyebar fitnah dan kebencian pada orang yang bersangkutan (pendosa).

Saya percaya, Tuhan akan mengampuninya dengan catatan kehidupan baru harus dimulai dan dijalani dengan taat dan setia.

Kisah Tamparan Pertamaku

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Siang ini, ditemani hujan gerimis yang tak diundang dan udara sejuk yang menggoda, aku teringat sebuah kisah lama, yang terjadi pada suatu pagi di kelas 2A di salah satu Sekolah Menengah Pertama di kampungku, tempatku menuntut ilmu. Di pagi itu, sifat kepoku tak terbendung dan aku menjadi radio yang terus berbunyi di sepanjang jam pelajaran sejarah yang sedang berlangsung.

Aku dan teman baikku terlalu asik bercerita sampai tak sadar akan sorot mata pak guru yang sedang mengamatiku. Tiba-tiba sebuah kapur tulis mendarat tepat di kepalaku dan langsung menghentikan obrolan kami saat itu. Tiba-tiba darahku berdesir seperti baru selesai lomba lari. Dan tidak memerlukan waktu yang lama, aku segera di panggil ke depan kelas lantaran terlalu ribut dan mengganggu jam pelajaran tersebut. Sakitnya sih gak seberapa, tapi malunya itu loh...banget deh!. 

Aku mulai berdiri seperti orang bego di depan kelas, tak sanggup menatap wajah teman-teman yang sudah mulai memperhatikanku dan tak segan untuk menertawakanku. Tidak lama kemudian, setelah aku berdiri manis di depan kelas, teman baikku ke luar ruangan dengan alasan mau ke kamar mandi. Sesampainya di luar kelas, dengan bahasa tubuhnya dia mulai mengkode aku. Katanya: “Kasihan deh lu”, sambil menjulurkan lidah dan tertawa cekikikan. Aku yang gak tau diri (gak sadar sedang dihukum dan berada di depan kelas) terlalu terburu-buru menanggapi omongannya yang mengejek tersebut, lantas menanggapinya dengan bahasa tubuh yang hendak menjotos dia di saat jam istrahat nanti. Gerakan tubuhku di depan kelas tersebut, sontak menarik perhatian guru yang sedang mengajar di jam tersebut. Dia mendekatiku dan Plaaak...! sebuah tamparan keras mendarat di pipiku, membuat kulit pipiku menjadi merah merona seperti terkena blush on.

Aku yang merasa tak berdosa mulai terisak-isak di depan kelas disaksikan oleh teman-teman yang lain. Sebelum melanjutkan pengajarannya, pak guru sejarah itu menjelaskan dengan bijaksana mengapa dia menamparku saat itu. Aku yang penuh dengan amarah dan kesedihan tidak dapat menerima alasan apapun yang disampaikan oleh guru tersebut, dan berniat untuk melaporkan kejadian itu kepada Bapakku; dengan harapan guru tersebut mendapat teguran dari kepala sekolah terkait tindakan kekerasan yang dilakukannya padaku.

Aku tak bisa menghentikan air mataku dan masih terus menangis, lantaran ini adalah tamparan pertama yang mendarat di pipiku. Saat jam istrahat berdentang, aku masih harus menghadap Pak Guru di ruangan guru tempat markas besar para guru berkumpul. Aku diam seribu bahasa karena tidak menerima alasan apapun dari pak guru tersebut. Kejadian itu sungguh membekas dalam ingatanku dan membuatku selalu menjaga jarak dengan pak guru tersebut.

Teman baikku berusaha menghiburku dan menenangkanku yang ku balas dengan rajukan seolah-olah semua yang terjadi adalah karena kesalahannya. Di sisa akhir jam pelajaran pada hari itu, ku lewati dengan berdiam diri dan berpikir cara membalas dendam ke guru tersebut.

Tapi, dasar masih polos dan takut akan nilai jelek (takut nilai terancam ketika melaporkan guru tersebut) maka niatku untuk melapor ke Bapakku, batal ku laksanakan. Aku menyimpan kisah ini dan menikmati sendiri akibat ulah bodohku yang menjadi penyiar radio di saat jam pelajaran berlangsung.

Masa sekolah penuh dengan kenangan indah, walaupun kisah ini merupakan kejadian buruk bagiku namun, aku  mendapat suatu pelajaran berharga yaitu harus mampu menahan diri untuk tidak ribut dan menjadi pendengar yang baik, ketika guru sedang bercerita di depan kelas sekalipun dia adalah guru yang sangat membosankan. Daripada kena tamparan lagi...lebih baik aku belajar diam dan menghargai keberadaan orang lain terutama dia yang lebih tua dari aku.

Buat kamu yang suka ngomong tanpa kenal waktu, tempat dan keberadaan orang lain, hati-hatilah jangan sampai kena tamparan seperti yang pernah aku alami. Semua ada waktunya, termasuk ngomong tuh ada waktunya juga; jadi marilah belajar untuk menahan diri.

Analogi Rujak Dalam Kehidupan Manusia

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Rujak adalah makanan yang pas jika dikonsumsi disaat hari terasa terik dan gerah. Rujak banyak jenisnya, namun jenis yang sangat familiar adalah rujak manis, dimana bumbunya terdiri dari kacang goreng, gula merah, buah sirsak, dan cabe rawit. Walaupun rujak banyak jenisnya, namun satu hal yang sama diantara semua jenis rujak ini adalah memiliki berbagai jenis buahan. Ada yang manis, seperti jambu, pepaya, semangka, melon dan ada yang asam seperti nenas, mangga, kendondong, belimbing, dan lain sebagainya.

Melihat seporsi rujak mengingatkan saya kepada sosok manusia yang memiliki banyak mood, perasaan, sikap dan sifat. Manusia tidak pernah sama, tidak pernah ada yang abadi dalam diri manusia karena semua yang ada dalam diri manusia cenderung dinamis dan berubah-ubah. Semenit bisa tertawa, menit berikutnya bisa marah dan menit berikutnya bisa bahagia lagi. Banyak kejadian yang terjadi dan bisa mengubah kondisi kejiwaan/perasaan seseorang.

Jika seorang manusia diibaratkan seperti sepiring rujak, berarti seorang manusia sudah seharusnya terdiri dari berbagai jenis sifat, sikap dan perilaku; dan hendaknya kita sebagai sesama manusia, mampu menikmati rujak tersebut (lebih toleran terhadap perbedaan yang ada). Karena, sama seperti sepiring rujak yang tidak akan enak jika terdiri dari satu jenis buah doang (misalkan buah manis doang), begitu juga seorang manusia yang tidak akan pernah manis (sikap/tindakan) selamanya. Ada saatnya, manusia menjadi sedih, gelisah, semangat, putus asa, bahagia, marah, kecewa, dan lain-lain. Sebagai bagian dalam masyarakat yang majemuk hendaknya perilaku orang lain, tidak menjadi bensin yang membakar habis semua kebaikan dalam diri kita.

Jangan biarkan keburukan orang lain mengotori niat baik kita untuk berteman dan bersosialisasi dengan siapapun. Marilah lebih toleran terhadap perbedaan sikap, sifat dan perilaku manusia lainnya; sebagai sebuah warna warni yang indah di dalam kehidupan ini.

Marilah menikmati sepiring rujak dengan berbagai rasa buah yang terkandung di dalamnya yang pastinya akan menambah kenikmatan, ketika bumbu rujaknya (kasih dalam diri kita) melimpah ruah dan menenggelamkan berbagai jenis rasa asam, manis, dan asin tersebut.

Ketelanjangan Asali (Original Nakedness)

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Selain aspek kesendirian asali dan kebersatuan asali; manusia masih memiliki aspek ketiga sebagai akhir dari kisah penciptaan dalam kitab kejadian 2; dimana manusia memiliki aspek ketelanjangan asali. Kejadian 2:25: …Mereka, keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tapi tidak merasa malu”.
Santo Yohanes Paulus 2 merefleksikan kata telanjang dan tidak merasa malu dan menemukan suatu pengertian baru tentang tubuh manusia yang sungguh agung dan ilahi. Tubuh manusia sangat indah dan berharga dimana manusia pada awalnya melihat sesamanya sebagai subjek, lebih melihat ke pribadi seorang manusia sehingga menjadikan keduanya tidak merasa malu.

Berbeda halnya jika manusia memandang sesamanya sebagai objek maka, pasti akan tersirat rasa malu karena salah satu pihak akan merasa dimanfaatkan dan dijadikan sebagai objek/alat pemuas nafsu bagi manusia lainnya. Manusia awalnya diciptakan tidak seperti itu, manusia awalnya diciptakan dengan sempurna dan mampu melihat manusia lainnya sebagai subjek; sehingga tidak ada perasaan malu karena keduanya sungguh memiliki pesona yang indah yang patut untuk disyukuri dan dihargai.

Namun, karena dosa yang dilakukan oleh manusia pertama; manusia pada zaman sekarang ini tidak mampu bersikap dan bertindak seperti aspek ketelanjangan asali ini. Setiap manusia selalu melihat objektif terhadap sesamanya, sehingga hal ini menimbulkan kejahatan serius dan membuat manusia gagal untuk menampilkan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Dosa membuat manusia melupakan aspek ketelanjangan asali, sehingga lewat teologi tubuh yang digagaskan oleh Santo Yohanes Paulus 2; manusia diharapkan kembali sadar akan hakikatnya sebagai manusia yang secitra dengan Allah, dan berusaha untuk memandang seseorang sebagai subjek dan bukan sebagai objek/barang. Sehingga diharapkan agar tubuh sesama dipandang sebagai sesuatu yang agung dan ilahi karena; merupakan cerminan kehadiran Allah di dunia ini.

Aspek ketelanjangan asali ini tidak membenarkan nudisme yang suka bertelanjang bulat di depan umum. Karena manusia zaman ini sudah tercemar dosa sehingga cenderung memandang sesama manusia sebagai objek, sehingga dengan budaya nudisme malah membuat dosa semakin bertambah banyak; karena tubuh tidak dihargai dan dicemarkan dengan dipertontonkan di hadapan publik seperti sesuatu yang tidak berharga.

Manusia awalnya adalah telanjang karena tidak tercemar dosa, berbeda dengan manusia setelah pengusiran dari taman Eden, dimana manusia sudah tercemar dosa, sehingga ketelanjangan setelah keberdosaan ini akan membuka pintu dosa lainnya (jika manusia tidak kembali ke aspek ketelanjangan asali). Kita yang hidup di zaman sekarang ini perlu menyadari akan aspek ketelanjangan asali untuk mencegah dan mengurangi dosa akibat penyalahgunaan tubuh manusia; sehingga setiap kita diharapkan mampu untuk melihat manusia lainnya sebagai pribadi yang memiliki Allah dalam dirinya masing-masing (memandang manusia sebagai subjek).

Demikianlah ketiga aspek dasar penciptaan manusia di dunia ini oleh Sang Pencipta (Allah) yang menjadikan manusia sungguh unik, berharga, agung dan ilahi sehingga, sudah sepantasnya untuk dicintai bukan untuk digunakan demi kepentingan diri sendiri.

Marilah menjadi manusia seutuhnya seperti rancangan yang telah ditetapkan Allah bagi diri kita masing-masing sebagai manusia yang memiliki tubuh.

Kebersatuan Asali (Original Unity)

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Setelah Allah menempatkan manusia di tengah taman Firdaus tersebut, TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). Ketika manusia melihat alam di sekitarnya dan tidak menemukan suatu makhluk yang sepadan dengan dia; Allah yang mengetahui isi hati manusia tersebut menjadikan penolong bagi manusia pertama tersebut. Mulai dari ayat 21-24 (Kejadian 2:21-24), diceritakan bagaimana manusia kedua tercipta dan merupakan bagian dari manusia yang pertama -> Kejadian 2:23" Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.".


Manusia pertama yang dinamakan Adam melihat manusia kedua tersebut sebagai seseorang yang memiliki pesona, dan mampu melengkapi kesendiriannya, sehingga pada Kejadian 2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Karena rasa ketertarikan itu, maka Adam memiliki hasrat untuk bersatu dengan hawa sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan pada Kejadian 2:24.

Atas dasar kisah inilah, Santo Yohanes Paulus 2 menegaskan bahwa dalam diri manusia terdapat keinginan untuk bersatu dengan orang lain. Karena dalam kebersatuan tersebut manusia akan berhasil memperlihatkan apa yang tidak kelihatan; artinya manusia mampu menampilkan Allah ketika kedua manusia tersebut bersatu. Santo Yohanes Paulus II mengatakan: “…manusia menjadi sebuah gambar Allah baik dalam saat-saat kesendirian maupun dalam saat persatuan…” (TOB 9:3; 14 Nopember 1979).

Tidak ada seorang manusiapun yang mampu hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya; karena jika manusia terus menerus sendiri dan tidak bersosialisasi dengan manusia lainnya, maka dalam diri yang bersangkutan akan mengalami masalah yang berdampak pada pola perilaku yang tidak lazim; yang jauh dari karakter manusia awal; yang telah dirancang dan diciptakan Allah untuk hidup bersama dengan manusia lainnya.

Karena aspek kebersatuan asali inilah, makanya manusia senang dan selalu berhasrat untuk berkumpul dan bersama dengan manusia lainnya; karena lewat kebersamaan dan kebersatuan dengan orang lain, Allah sungguh hadir dan menjadi pemersatu diantaranya. Aspek kebersatuan asali juga erat kaitannya dalam hubungan persetubuhan antara pria dan wanita yang harus menghadirkan Allah; dengan cara menjadikan tindakan tersebut sebagai sesuatu yang kudus (sadar akan makna dan tujuan) dan bukan sebagai ajang untuk mengumbar nafsu.

Demikianlah aspek kebersatuan asali sebagai salah satu aspek dasar manusia dalam hidup di dunia ini; yang tidak pernah bisa sendiri dan cenderung memiliki ketertarikan untuk bersatu dan bersama dengan manusia lainnya.

Bersambung...ke aspek ketiga yaitu Ketelanjangan Asali...

Kesendirian Asali (Original Solitude)

Ditulis Oleh: Irse Wilis

Dalam Teologi Tubuh yang digagaskan oleh Santo Yohanes Paulus 2, memuat 3 aspek penting dalam diri seorang manusia yang menjadi dasar penciptaan manusia tersebut di dunia ini. Ketiga aspek yang dimaksud adalah kesendirian asali (original solitude), kebersatuan asali (original unity) dan ketelanjangan asali (original nakedness) [1].

Sebelum membahas ketiga aspek di atas, kita akan melihat bagaimana Santo Yohanes Paulus II pada awalnya; ketika membaca dan merenungkan Injil Matius 19:8 yang berbunyi: Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian”. Santo Yohanes Paulus II merenungkan tentang kalimat terakhir dari ayat tersebut, yang membawanya memasuki kisah penciptaan dunia pertama sekali untuk mencari tau apa arti sejak semula tidaklah demikian.

Dalam Kitab Kejadian pasal 1 dan 2 merupakan gambaran kisah penciptaan dunia pertama sekali oleh Allah yang maha Agung. Dalam dua versi kisah penciptaan tersebut, Santo Yohanes Paulus 2 melihat betapa sempurnanya hasil ciptaan Allah pada awal mulanya, sehingga benarlah yang Yesus katakan bahwa sejak semula tidaklah demikian. Mari kita lihat dan baca Kitab Kejadian pasal 1 (1:1-31) klik dan dilanjutkan pasal 2  (2:1-25) klik

Dalam pasal 1 dari Kitab Kejadian diceritakan tentang kisah penciptaan dunia dan segala isinya mulai dari hari pertama sampai hari yang terakhir. Pada ayat ke 27 (Kejadian 1:27), Allah mulai membentuk manusia secitra dengan Dia. Kisah penciptaan manusia lebih detail di jelaskan di pasal kedua dari Kitab Kejadian mulai dari Kejadian 2:7 “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Manusia pertama kali dibentuk adalah seorang diri saja. Kemudian lanjut ke ayat berikutnya, dimana Allah menempatkan manusia pertama itu di tengah taman hasil ciptaanNya yang sempurna (Kejadian 2:15).

Pada bagian awal kisah penciptaan ini, Santo Yohanes Paulus 2 menangkap makna bahwa manusia memiliki aspek kesendirian asali dimana manusia itu diciptakan pertama sekali dalam keadaan sendiri dan istimewa, karena merupakan gambaran rupa Allah dan memiliki nafas kehidupan Allah dalam dirinya. Seorang manusia akan memiliki sisi kesendirian yang masih terbawa sampai saat ini, di dunia modern sekarang ini. Contohnya, seorang aktivis kampus yang gemar kegiatan sosial dan organisasi begitu menyukai kegiatan yang padat, aktif dan memiliki banyak teman akan membutuhkan suatu waktu dalam hidupnya, untuk menyendiri dan jauh dari kebisingan dan aktivitas rutinitasnya. Dalam diri manusia tersimpan sisi kesendirian yang erat kaitannya dengan aspek lahiriah yang merupakan dasar penciptaannya yang memang pada awalnya diciptakan sendiri.

Lebih jelasnya, dapat terlihat dalam diri seorang manusia yang terdampar di suatu pulau/tempat karena suatu bencana/kecelakaan, maka manusia tersebut akan mampu bertahan hidup sendiri karena dibekali dengan aspek kesendirian asali yang istimewa yang berbeda dibanding makhluk lainnya yang menjadikan manusia tersebut mampu bertahan hidup meskipun dalam keadaan seorang diri.

Dalam aspek pertama ini, Santo Yohanes Paulus 2 menemukan salah satu dasar manusia yang kiranya akan mampu membuat kita mengerti, mengapa dalam kehidupan ini terkadang kita merasa berada dalam kesendirian, menyukai kesendirian, yang semuanya itu pertanda bahwa diri kita sedang membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa kesendirian tersebut. Maka aspek kedua setelah kesendirian asali adalah kebersatuan asali.

Bersambung...

Sumber:
[1] Penjelasan ini disarikan dari buku Christopher West, Theology of The Body for Begginers. A Basic Introduction to Pope John Paul II’s Sexual Revolution, West Chester. PA: Ascension Press, 2004, hal. 19-30. Selain itu dari buku Deshi Ramadhani, SJ, Lihatlah Tubuhku, Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hal. 50-70

Beberapa Godaan Setan yang Sering Berkamuflase

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Di zaman sekarang ini, kebanyakan godaan setan tidak dalam bentuk yang menakutkan seperti mitos dan film horor yang sering terlihat di tv. Godaan setan cenderung hadir dalam hal-hal yang tidak kita sadari, yang jelas merupakan penolakan kita terhadap undangan Allah.

Banyak orang yang sukses dan rajin menyumbang di dalam suatu lingkungan gereja bahkan, mereka rutin menyumbang sebagai ucapan syukur atas kemurahan Tuhan yang telah memberinya rezeki berlimpah. Tapi, ketika gereja memerlukan dana untuk suatu kegiatan tertentu misalnya bantuan dana untuk retret, seminar, pembangunan gereja, renovasi gereja, mereka pada umumnya sering lupa, kalaupun ada niat mau nyumbang; terselip juga keinginan untuk mendapat balasan seperti membeli kupon bazaar dimana, sebagian dana bazar tersebut akan disumbangkan untuk kegiatan tertentu. Hal ini, mengingatkan saya pada Markus 10:25 :"Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah"; hal ini dapat diartikan betapa terikatnya manusia tersebut kepada hartanya; yang menjadikannya hamba dari harta tersebut yang membuat dia, begitu menyayangi harta tersebut sehingga membuat dia sukar masuk ke dalam kerajaan surga.

Godaan lainnya adalah ketika seseorang telah menjadwalkan untuk mengikuti kegiatan ibadah namun pada hari h tiba-tiba yang bersangkutan kebanjiran job sehingga, dia lebih memilih menikmati berkat Tuhan dibandingkan mengucap syukur kepada si Pemberi berkat tersebut. Tuhan telah ditukar keberadaannya dengan segala aktivitas, kenikmatan atau kemewahan dunia.

Tanpa sadar manusia berulang kali menolak undangan Tuhan dalam bentuk undangan untuk doa bersama, doa lingkungan, perayaan Ekaristi/Misa, kegiatan krk, retret, seminar yang bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan Sang Pencipta. Manusia lebih memilih kegiatan duniawi dibanding, berada dekat Tuhan dan menimba air kehidupan dari sumber Air kehidupan sejati.

Kepandaian manusia malah membuat manusia jatuh ke dalam kesombongan yang seolah-olah mampu membedakan panggilan surgawi dan panggilan duniawi, yang justru sering menjatuhkan manusia ke dalam tipu muslihat si jahat yang menyulap kegiatan duniawi seakan-akan menjadi kegiatan surgawi. Contohnya, ketika seorang anak sibuk dengan gadget ketika misa berlangsung, dengan tujuan agar update status untuk menegaskan yang bersangkutan sedang beribadah kepada Tuhan, dengan harapan orang muda lainnya dapat tergerak untuk misa bareng, atau mengikuti jejaknya yang teratur/rajin beribadah. Mungkin bagi dirinya, kegiatan promosi iman tersebut adalah baik adanya, karena bertujuan untuk mengajak rekan muda lainnya untuk ikut aktif dalam kegiatan gerejani namun, dia lupa bahwa dia sedang berada di rumah Tuhan yang kudus dan seharusnya jauh dari gadget yang dapat mengganggu kekhusyukan misa.

Contoh lainnya adalah, ketika seseorang sibuk mengadakan acara sosial untuk menjamu anak yatim atau orang kurang mampu lainnya. Bagi dia, kegiatan sosial ini adalah untuk kemuliaan Tuhan, namun disatu sisi dia enggan untuk terlibat dalam kegiatan gerejani yang juga membutuhkan tambahan dana dari umat yang berkecukupan. Disini, timbul tanda tanya yang besar apakah niat sesungguhnya dari kegiatan amal yang dilakukannya apakah murni untuk kemuliaan Tuhan, atau sekedar pamer bahwa yang bersangkutan peduli dengan kemanusiaan yang juga membutuhkan bantuan dana.
 
Godaan dari si jahat di zaman sekarang ini sungguh sangat cerdik dan menggoda. Kita sering tidak mampu membedakan yang mana yang merupakan kehendak Tuhan dan yang mana yang merupakan kehendak si jahat. Manusia sering jatuh ke dalam pencobaan lantaran terlalu mengandalkan diri sendiri dan lupa untuk menjalin persahabatan yang intim dengan Tuhan yang merupakan sumber kebijaksanaan. Akibatnya, manusia sering jatuh ke dalam kehendak setan/dunia dibandingkan dengan kehendak Tuhan.

Seperti nelayan yang sudah berteman akrab dengan keadaan laut, angin, kondisi kapal dan cuaca; hendaknya setiap manusia pekah terhadap tanda-tanda kehadiran Allah yang sering tersembunyi dalam diri orang miskin, rendah dan hina. Hendaknya, setiap orang percaya senantiasa menimba kasih Tuhan setiap harinya lewat ibadah harian, guna meningkatkan kepekaan hati nurani terhadap kehendak Tuhan sehingga, kita tidak gampang terkecoh dengan kehendak setan yang sungguh ingin memisahkan kita dari kasih Bapa di surga.