Perempuan Seutuhnya

Ditulis Oleh: Irse Wilis

Perempuan dikodratkan sebagai penolong kaum Adam. Apakah ini lantas berarti bahwa kita bebas menjadikan perempuan sebagai pembantu? Kan penolong identik dengan pembantu?

Perempuan adalah makhluk Tuhan yang indah sama seperti lelaki. Walaupun lemah dalam hal kekuatan fisik, namun perempuan mempunyai hati yang kuat jika dia mampu menyadarinya. Buktinya, banyak para janda yang membesarkan anaknya sendiri, banyak perempuan yang bisa bertahan dalam pernikahannya yang penuh dengan KDRT, banyak perempuan yang mampu memaafkan sekalipun tersakiti dengan teramat dalam, dan lain-lain.

Perempuan yang seperti itu mungkin kelihatan bodoh. Mengapa masih bertahan jika suami suka memukul? Mengapa bisa memaafkan kalo ternyata suaminya berselingkuh lagi? Kok bodoh kali ya?! Mungkin masih banyak yang menilai perempuan sebagai makhluk yang lemah dan bodoh. Meskipun sekarang ini emansipasi wanita sudah kuat berdengung, banyak perempuan tangguh yang sukses jadi entrepreneur dan banyak tokoh perempuan sukses lainnya, tidak serta merta menghilangkan opini publik tentang kerapuhan  seorang perempuan.

Perempuan membuat dirinya menjadi tidak berharga ketika perempuan tersebut hanya menjadikan tubuhnya sebagai objek kepuasannya sendiri. Hal-hal duniawi dikejar dan melupakan hal-hal surgawi yang seyogyanya menjadi sumber kekuatan dasar dalam diri seorang perempuan. Lihatlah Bunda Maria, betapa kuat dan suci hatinya. Kekuatannya berasal dari Allah, sehingga dia dipilih menjadi Bunda Penebus dunia. Kekuatan hatinya memampukan dia bertahan menghadapi kenyataan bahwa anaknya dibunuh dengan kejam. Hatinya tegar sekalipun keinginan hatinya mungkin bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ibu mana sih..? yang rela melahirkan dan membesarkan anak kalo toh ujungnya akan dibunuh demi penebusan manusia? Seorang ibu pasti memiliki harapan untuk bisa hidup dan tinggal lebih lama dengan anaknya dan melihat anaknya tumbuh dewasa dan beranak cucu (maksud dari keinginan hati yang bertentangan dengan kehendak Tuhan). Tapi Bunda Maria sungguh menghadirkan Allah dalam dirinya sehingga dia mampu memikul salibnya dengan melahirkan, membesarkan dan menerima kembali jasad Yesus di pangkuannya. Inilah contoh kerendahan hati, ketaatan yang penuh pada kehendak Tuhan sehingga hidup Bunda Maria sungguh kuat dan tegar.

Sebagai perempuan yang dikodratkan untuk menjadi seorang penolong, hendaknya setiap perempuan sadar bahwa menjadi perempuan adalah menjadi penolong bukan menjadi pemimpin (dalam konteks kehidupan berumah tangga). Penolong tidak sama dengan pembantu. Penolong adalah seseorang yang memiliki kesetaraan dengan pihak yang ditolongnya. Penolong melengkapi kekurangan dan kelebihan orang yang ditolongnya, sehingga penolong ini merupakan suatu hal yang penting yang tidak bisa terlupakan apalagi terabaikan. Karena tanpa penolong, maka Adam sama seperti Adam yang pada mulanya hanya seorang diri dan tidak memiliki penolong yang setara dengannya. Penolong memiliki sifat yang setia untuk tetap mendampingi karena ketergantungan dengan pihak yang ditolong. Penolong juga akan bertahan sekalipun pihak yang ditolongnya mengacuhkan atau mengabaikan dirinya, karena penolong memiliki kasih yang besar kepada pihak yang ditolongnya.

Jadi, emansipasi wanita bukan berarti mendorong setiap perempuan untuk bertingkah diluar kodratnya dengan menjengkali kaum Adam, seakan-akan kuat berdiri sendiri; tanpa Adam sang pemimpin yang menjadi wakil Kristus di dunia ini. Wanita yang terlalu independen akan mengakibatkan dirinya terluka sendiri karena mengikari sebuah kenyataan bahwa dia membutuhkan pemimpin yang mampu menolong dia ketika dia sedang lemah dan jatuh.

Baik laki-laki atau perempuan tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa kerjasama diantara keduanya. Karena persekutuan antara keduanya merupakan tanda kehadiran Allah yang menghidupkan, menguatkan dan memberi harapan bagi manusia lainnya. Karena Allah sungguh hadir di dalam diri laki-laki atau perempuan yang taat kepadaNya.

Jika ingin keluar dari opini publik yang menjatuhkan harkat dan martabat perempuan, sudah seharusnya para perempuan kembali ke kodrat asalnya sebagai penolong yang menghidupi Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. Kristuslah yang akan menuntun perempuan menjadi seperti bundaNya yang kuat dan setia kepada Allah; sehingga mampu bertahan meskipun badai kehidupan begitu kuat menerjang.

Lelaki yang Seutuhnya

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Masih menyangkut pembahasan di rumah makan keluarga yang saya ceritakan kemarin, paman saya mulai bercerita tentang pertualangan cintanya. Mendengar ceritanya, membuat mata saya berbinar-binar seolah melihat sebongkah berlian murni. Indah! dan Kuat!

Paman saya terlahir di keluarga yang sangat sederhana. Sebenarnya, mereka adalah keluarga yang sangat kaya. Namun karena kebiasaan judi, maka kakek dan nenek saya jatuh ke dalam kemiskinan. Kepahitan menjadi menu dalam kehidupan mereka sehari-hari. Makan saja susah, boro-boro dapat beli baju baru dan sepatu baru untuk sekolah. Mama saya adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Dia termasuk generasi yang sudah merasakan pahitnya mencari uang. Mama saya tidak tamat SD lantaran mesti hemat dan harus lebih mengutamakan pendidikan buat adik-adiknya yang masih muda. Salah satunya, yah.. paman saya ini.

Paman saya anak ke delapan. Anak bungsu cowok yang sangat bandel, urakan dan tidak bersahaja. Masa mudanya dihabiskan dengan bekerja serabutan, kerja di bengkel, jadi nelayan, apapun dikerjakannya untuk menghasilkan uang. Paman saya sosok lelaki yang tangguh. Semangatnya tinggi, jiwa kepemimpinannya tinggi dan bisa diandalkan.

Saat dia melamar tante saya, saat itu dia belum mapan. Banyak saudara yang mendukung dia dan mulai mengumpulkan uang untuk membuka usaha bagi si bungsu ini. Paman saya sadar betul bahwa kehidupan menikah itu tidak gampang, sehingga dia tidak buru-buru menikah dengan tante saya. Dengan tegas dan jelas dia mendoktrin tante: “Kalau lu mau nikah sekarang, saya belum sanggup ya, karena saya mesti cari uang untuk kehidupan kita setelah menikah nanti”, demikianlah sebagian kisah cinta mereka, yang penuh penantian namun pada akhirnya berujung pada pernikahan yang bahagia.


Melihat paman saya tercinta saya teringat akan cerita di kitab kejadian yang menuliskan bahwa laki-laki diciptakan secitra dengan Allah (Kejadian 1:27a Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya) . Dia adalah manusia pertama yang mempunyai nafas kehidupan langsung dari Allah di dalam dirinya. (Kejadian 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup). Sedangkan wanita, adalah manusia yang menerima nafas hidup Allah yang disalurkan oleh Adam.

Karena menerima langsung dari Allah, maka setiap laki-laki harus memunculkan karakter Allah dalam kehidupan sehari-hari supaya kehidupannya lebih bahagia dan maksimal. Jika tidak, maka daya tahan manusia itu akan terbatas karena tanpa kasih Allah, seorang manusia tidak akan sanggup melewati lautan penderitaan yang ada di dunia ini.

Laki-laki yang berkarakter Allah adalah mereka yang menjalin hubungan mesra dengan Allah, sehingga keduanya dapat bersatu. Ketika laki-laki telah bersatu dengan Allah maka laki-laki itu dapat memancarkan yang tidak kelihatan (Allah) dalam tubuhnya yang kelihatan nyata. Seorang lelaki sejati akan berperan sesuai kodratnya untuk menciptakan, menguasai dan memelihara segala yang dititipkan Allah pada dirinya.

Contoh: jika seorang laki-laki memiliki seorang istri, maka laki-laki tersebut wajib menghadirkan Kristus dalam keluarga mereka, agar Kristus meraja diantara mereka, sehingga setiap pergumulan dan masalah dalam kehidupan rumah tangga, akan dapat dilewati dengan mengandalkan kacamata iman. Jika Kepalanya baik dan berfungsi maksimal maka dapat dipastikan anggota keluarga lainnya akan turut memancarkan kasih Kristus bagi dunia ini.

Laki-laki sejati tidak akan mudah menyerah karena karakter Allah yang kuat ada dalam diri setiap laki-laki. Laki-laki yang sebenarnya akan mampu bertahan mengarungi samudera walaupun hanya bermodalkan kapal butut dan kompas. Karena Allah yang ada dalam dirinya akan membuat sejuta ide brilian dalam otaknya sehingga mampu untuk bertahan hidup.

Laki-laki sejati akan menjaga dan memelihara sama seperti Allah menciptakan kehidupan dan memelihara kehidupan itu sampai sekarang, demikian seorang lelaki akan mampu menjaga keluarganya tak kala ancaman dan marabahaya mengancam, dan serta mampu memelihara keluarganya dengan semangat mencari uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Laki-laki sejati tidak akan merusak diri demi kenikmatan sesaat karena dia sadar betul memegang peran penting dalam sejarah kehidupan manusia. Laki-laki adalah wakil Kristus yang mengepalai segala jenis makluk hidup. Makanya, kepemimpinan dalam gereja Katolik kebanyakan pria adalah karena pria adalah citra Allah yang nyata. Sementara wanita hanya sebagai penolong bagi pria. (Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia). Bukan membedakan tinggi rendahnya derajat antara laki-laki dan perempuan, yang mau saya sampaikan adalah perbedaan dari sisi kodratnya.

Laki-laki adalah makhluk yang indah dan sangat sempurna jika dia mampu menghadirkan Kristus dalam hidupnya sehari-hari. Dia akan menjadi harapan ketika segala sesuatu tampak tidak ada harapan. Karena Laki-laki sejati sama seperti Kristus yang membawa harapan bagi semua yang percaya kepadaNya. Laki-laki yang berkarakter Kristus akan mampu memberi terang ketika kegelapan melingkupi keluarganya. Laki-laki yang berkarakter Kristus BUKAN BERARTI yang bersangkutan sama dengan Kristus. Karena Tuhan Yesus Kristus cuman satu dan lelaki yang menyerupai Dia adalah para wakilNya yang bertugas untuk menjaga dan memelihara kehidupan ini.

Laki-laki di zaman sekarang ini kebanyakan tidak memancarkan Kristus. Mereka berjuang sendiri tanpa menghadirkan Kristus dalam keluarganya. Sehingga dapat dilihat sendiri betapa banyak keluarga muda/lelaki single yang hidupnya berantakan lantaran menganut pola hidup seperti itu. Karena tanpa Kristus, manusia ibarat katak yang terus menerus mengisi perutnya dengan air, dimana suatu ketika air itu akan meledakkan perutnya yang sudah pasti terbatas dalam menampung cairan. (Tuhan memberikan pertimbangan yang baik dalam hati dan pikiran manusia, sehingga membantu manusia untuk lebih bijak dalam menjalani hidup, tanpa Tuhan maka kelakuan manusia tersebut ibarat seekor katak).

Laki-laki pada dasarnya tidak jahat. Banyak faktor yang menjadikan seseorang itu menjadi jahat. Namun ketika dia memilih untuk tidak melakukan kejahatan, maka dia sedang berproses untuk menjadi lelaki sejati yang sesuai dengan kodratnya. Laki-laki yang ideal adalah para lelaki yang secitra dengan Kristus yang tindak tanduknya sesuai dengan kodratnya sebagai manusia yang menerima mandat Tuhan  sebagai wakilNya di dunia ini.

Wahai lelaki.. sadarilah bahwa Anda begitu berharga.

Serba Serbi Kehidupan Single(Jomblo) dan Selibat

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
Bukan hal yang basi bagi seorang perempuan berusia 30 tahun atau lebih 30 tahun, pas ketemu sodara pasti ditanyain..”Lo kapan merid?”. Ya ampun di zaman canggih gini, masih ada aja ya orang kepo yang ngurusin kehidupan orang?! , berusaha menghibur diri walopun dalam hati pasti sebalnya setengah mati.

Begitulah sebagian cerita dari para jomblo yang merasa tertekan dengan status kejombloannya. Di tulisan ini, saya mau berbagi cerita tentang diri saya yang menurut orang-orang saya adalah seorang jomblo abadi.

Kisah ini bermula saat saya lagi ngumpul dengan sodara-sodari saya, tepatnya paman saya yang lagi jalan-jalan ke kota Medan. Kami ngumpul di salah satu restoran keluarga yang baru opening bulan Desember 2015. Di rumah makan ini kami tertawa cekakak cekikik melepas kerinduan setelah sekian lama tak bersua. Maklum lah, saya jarang pulang kampung lantaran ongkos mahal sementara gaji masih pas-pasan.

Entah bagaimana paman saya tercinta mulai menginterogasi saya, “Win, kapan lo nikah?” tanyanya dengan wajah penasaran, saya yang sok alim tersenyum manis menjawab: “Gak akan deh paman..soalnya jodoh saya tuh di surga”, masih berusaha tenang walo dalam hati sudah mulai timbul percikan api, ibarat api yang berasal dari korek mancis.

“Lo gak takut jadi perawan tua? Si cece X aja uda nikah lo, dan sekarang dia ada yang jagain, ada teman hidup, gak kesepian lagi..mengapa lu gak seperti dia aja? Tanya paman dengan sedikit menasehati. Saya yang mulai kebakaran jenggot jadi terpancing untuk berceramah di malam yang berbahagia itu, “Paman, jalan hidup setiap orang beda-beda loh! Ada yang emang terpanggil untuk hidup berkeluarga dan ada yang memilih untuk selibat”, jawabku seolah menggurui pamanku sendiri. “Jadi, lu mau jadi suster ya? Aduh, sayang banget ya...” sahut paman yang kemudian dilanjutkan dengan perdebatan panjang soal hidup menikah dan hidup selibat.

Menjadi single buat saya adalah saat yang tepat untuk mengisi tangki cinta saya dengan cinta Tuhan. Saat sendiri, saya seperti emas yang dilebur dengan berbagai masalah kesendirian, misalnya: sendiri menanggung kelaparan ketika uang sudah menipis karena keasyikan shoping, makan dan tidur sendiri tanpa ada yang nemenin, kerja sendiri membersihkan rumah tanpa ada yang bantuin, berangkat dan pulang kerja sendiri tanpa ada yang jemput, tertekan karena masih sendiri, malu karena masih sendiri, ke pesta sendirian rasanya sesuatu banget, ibarat kucing yang berada dalam kawanan Harimau yang siap-siap menelan si kucing, dan masalah lainnya.

Melalui perasaan dan masalah yang kurang nyaman tersebut, saya dibentuk menjadi emas murni karena masalah-masalah di waktu sendiri pasti akan muncul setelah kita menikah/hidup selibat. Masalah sewaktu single membentuk saya menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam berpikir dan bersikap sehingga membuat saya semakin mengerti arah dan tujuan hidupku.. Tidak semua orang loh bisa menerima kesendiriannya. Banyak yang menjadi jomblo ngenes dan akhirnya terpaksa nikah karena umur sudah hampir expired (dalam hidup bekeluarga).

Ajaran teologi tubuh oleh St.Yohanes Paulus II banyak mengubah konsep pemikiran saya soal single. Single bukan suatu kutukan melainkan suatu anugerah, suatu kesempatan untuk berbenah diri menjadi seseorang yang siap untuk dicintai dan mencintai. Harus memenuhi diri sendiri dulu dengan cinta yang melimpah, barulah terjun ke percintaan yang sesungguhnya. Bagi single yang memilih untuk selibat, perlu disadari bahwa kehidupan selibat itu bukan karena takut kawin (trauma), bukan karena tidak laku, bukan sebagai topeng untuk menyembunyikan sesuatu. Kehidupan selibat adalah karena kesadaran bahwa diri ini menjadi pengantin perempuan milik Yesus sang mempelai lelaki sejati. Jadi,dalam kehidupan selibat prinsip perkawinan tetap berlaku.

Sekilas tentang prinsip perkawinan (karakteristik cinta) adalah: Bebas, Setia, Total dan Berbuah. Selibat yang bebas adalah seseorang yang tidak terikat oleh hal apapun yang mampu bergerak bebas untuk melakukan hal (kehendak, pikiran dan tindakan) yang baik. Bebas yang dimaksud bukan bebas yang lepas dari tanggung jawab melainkan kebebasan dalam melakukan kehendak baik. Contoh jomblo yang ingin menjadi misionaris akan bebas dari perasaan bersalah karena meninggalkan keluarga untuk menjadi pewarta Firman di mana dia ditempatkan, sementara jika dia merasa takut untuk meninggalkan keluarga berarti dia belum bebas dalam memutuskan dan melakukan kehendak baik yang diinginkan Allah. John Paul II said: “freedom consists not in doing what we like, but in having the right to do what we ought”

Selibat yang setia adalah seseorang yang komit dan konsisten melakukan sesuatu yang diinginkan yang selaras dengan hakikatnya sebagai manusia yang secitra dengan Allah. Ada perjuangan yang harus dilakukan guna bertahan sampai akhir. Contoh: seseorang yang ingin menjadi pewarta Firman akan berusaha mengisi dirinya terus menerus dengan ilmu dan cinta Tuhan, di dalam kehidupan setiap hari membawa misi Tuhan walaupun mungkin penolakan dan caci maki harus diterimanya. Sebaliknya jika, seseorang dengan mudah berbalik arah ketika dia mengalami masa pemurnian maka prinsip setia tidak ada dalam hidupnya.

Selibat yang total adalah sesorang yang memberikan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan yang dicintaiNya. Tidak ada yang tersembunyi yang tidak diberikannya kepada Tuhan yang dicintai. Contoh: seseorang yang rela mengabdikan diri demi terselenggaranya sebuah acara yang berhubungan dengan kemuliaan nama Tuhan. Tidak ada hitung-hitungan waktu, materi dan tenaga yang dicurahkan demi terlaksananya acara tersebut. Sementara jika seseorang masih memberlakukan kalkulator untuk menghitung untung dan rugi, maka dimana letak totalitasnya?!

Selibat yang berbuah adalah seseorang yang menghasilkan buah dari hasil kehidupannya bersama Tuhan. Bisa dalam bentuk karya, anak,saudara/saudari rohani, atau sesuatu yang berguna bagi kehidupan orang lain yang merupakan ciptaan Tuhan (misalkan:rumah singgah untuk anak jalanan, rumah retret, gedung serba guna, dll). Sementara jika seseorang tersebut tidak menghasilkan buah-buah rohani berarti selibat yang dilakukannya bukan untuk Tuhan dan lebih cocok jika dia disebut single/jomblo tanpa embel-embel selibat.

Jadi, sudah jelas bahwa kehidupan selibat bukan seperti kehidupan orang-orang yang memilih hidup sendiri untuk dirinya sendiri. Contoh dari kelompok single dan tidak selibat adalah: para single fighter, tidak menikah, yang bekerja giat, sebagian workholic, menikmati hidup sebagai motto hidupnya yang nampak dari hobi jalan-jalan, shoping kemana saja sesuai keinginan pribadi. Kelompok inilah yang sering dikategorikan sebagai jomblo ngenes. Mengapa? Karena mereka sebenarnya melarikan diri dari kenyataan hidup, berusaha menghindari sesuatu yang buruk dengan jalan mengingkari keinginan hati untuk menikah. Mereka yang berada dikelompok ini rentan dengan penyakit depresi dan stres karena kehidupan sendiri tanpa berbagi dengan orang lain hanya akan membuat diri sendiri menjadi sakit dan terluka. Karena hakikat manusia adalah memberi dan menerima cinta, jadi; jika tidak seimbang maka KETIDAKBAHAGIAANLAH sebagai hasil akhirnya.

Selibat sendiri terdiri dari dua yaitu: selibat awam dan selibat religius. Selibat awam adalah seperti yang saya ceritakan di atas, sedangkan selibat religius adalah para kaum berjubah yang terikat pada suatu ordo/tarekat, yang menjalankan visi dan misi tempat mereka mengabdikan diri. Mereka adalah para imam, suster, frater dan bruder. Jadi, dalam kehidupan selibat seseorang menyadari betul akan hakikat perkawinan surgawi yang mempersiapkan dirinya seutuhnya untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki yaitu Yesus Tuhan Raja yang sejati. Setiap kaum selibat tidak hidup untuk dirinya sendiri melainkan hidup bersama dengan mempelai lelakinya dalam membina kehidupan rumah tangga seperti yang dikehendaki bersama. Jadi, selibat TIDAK SAMA dengan jomblo yang hidup untuk dirinya sendiri.

Malam itu, saya dan paman tidak membahas detail tentang kehidupan selibat, karena dari mereka sendiri merasa sudah mengenal kehidupan selibat itu seperti apa. Obrolan kami dilanjutkan dengan sejarah percintaan paman dan tante yang ideal menurut saya, dan akan saya bahas di tulisan lainnya.

Jadi, jangan pernah mengisi kesendirian kita dengan tangki cinta yang kosong karena, jika tangki kita kosong, dimanakah letak kelayakan kita untuk menjadi pasangan?

Hal yang Terlupakan di Zaman Sekarang Ini

 Ditulis Oleh: Irse Wilis

Waktu saya remaja, tindakan bully tidak begitu sering terjadi karena anak-anak pada zaman saya memiliki kehidupan sosial yang baik. Interaksi dengan sesama manusia begitu terasa nyata dan akrab. Berbagai permainan kampungpun menjadi sarana pembentukkan psikologi yang manusiawi karena berhubungan dengan kerjasama, kekompakkan, pertemanan, kompetisi, dan hiburan. Contoh permainannya: kelereng, congklak, ular tangga, layangan, dsb.


Berbeda dengan anak zaman sekarang yang kurang berinteraksi dengan sesama manusia. Terutama di lingkungan keluarga aristokrat yang mana papa dan mama sibuk bekerja seharian, demi mengumpulkan harta yang berlimpah. Manusia mengalami gangguan psikologi entah karena terlalu dikekang (kasih berlimpah) atau karena kurangnya perhatian dan kasih dari keluarga. Rata-rata masalah kenakalan remaja terjadi karena KASIH yang tidak seimbang yang dialami oleh remaja yang bersangkutan.

Pelaku bully juga memiliki masalah yang sama, akibat kekurangan atau kelebihan kasih yang diperolehnya, sehingga mendorong mereka untuk berperilaku TIDAK MANUSIAWI terhadap sesama manusia. Dan korban bully pun perlu dinilai apakah memang terlihat sebagai manusia sejati atau malah terlihat seperti manusia yang lemah, yang menjadi sasaran empuk para PENCARI JATI DIRI dengan cara yang salah.

MANUSIA remaja perlu dibina agar kedepannya tidak semakin salah langkah. Perlu kembali berinteraksi dengan sesama manusia, untuk mengfungsikan kembali saraf-saraf kemanusiaan yang telah rusak akibat ketidakseimbangan kasih. Untuk itu, perlu wadah pertemanan yang tepat untuk menjadi manusia yang berkarakter KUAT.

Komunitas di kalangan gereja, hadir untuk menjadi tempat bertumbuh di dalam iman kepada Yesus Kristus, seorang Pribadi yang berkarakter KUAT, yang bisa MENGAMPUNI ketika ditolak, dihina, disiksa, disakiti, yang bisa BERTEMAN dengan siapa saja, dan tidak hanya berteman dengan para petinggi saja, buktinya: Yesus berteman dengan semua orang..!!! yang sakit, yang miskin dan yang berdosa (pemungut cukai, perempuan samaria, dll, yang penuh KASIH terhadap semua yang ada di dunia ini.

Manusia ketika kehilangan cinta.. akan berusaha mencari cinta, entah itu cinta murahan (jual diri), cinta yang menghanguskan (pertemanan, pacaran, hubungan yang tidak sehat), cinta yang salah (homoseksual), cinta yang aneh (kekerasan, bully,dll). 

Ketika Saya dan Anda mencari-cari cinta...mengapa tidak datang ke sumber cinta aja? Daripada repot berjalan kesana kemari tidak ada tujuan...?

1 Yohanes 4:8: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah itu kasih. Allah itu sumber cinta, jadi..kalau mencari cinta sejati, carilah wajah Allah! Karena cinta yang Dia janjikan nampak jelas dalam ayat ini: Yohanes 6: 35 “Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup ;  barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya  kepada-Ku, ia tidak akan haus  lagi.
Yesus berjanji akan memuaskan kita dengan cintaNya. Kita tidak akan kekurangan cinta, ketika Yesus hadir nyata dalam hati, pikiran dan perbuatan kita setiap harinya. Tangki cinta kita akan penuh bersama dengan Yesus.

Untuk mengenal cinta, tangki cinta, cinta cintaan dan seksualitas manusia dalam balutan teologi, mari mengenal dan memahami serta mempraktekkan ajaran teologi tubuh (TOB) yang digagaskan oleh St. Yohanes Paulus II.

Trend Topic yang kontroversial: LGBT

 Ditulis Oleh: Irse Wilis

Belakangan ini topik yang sangat banyak dipergunjingkan adalah perihal LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Topik ini sangat sensitif dan sangat riskan untuk dibahas, namun melihat argumen yang berkembang luas di dunia maya atau nyata, saya jadi terpacu untuk memberikan komentar dari sudut pandang saya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.

Kebanyakan komentar yang berkembang di dunia maya sangat provokatif, dan berusaha menang sendiri dan jauh dari kasih sebagai manusia yang memang diciptakan untuk saling mengasihi. Banyak hal yang membangun opini sendiri/kelompoknya tanpa dibekali dengan pemahaman dan pengalaman mendalam mengenai kasus tertentu.

Saya sebagai awam pernah bergaul dengan komunitas lesbian di dunia maya. Keingintahuan saya untuk mengenal mereka membawa saya memasuki komunitas mereka, untuk mengenal mereka lebih dalam. Taukah Anda apa yang mereka alami dan rasakan?. Tidak semua lesbian yang saya kenal di grup itu memiliki hidup yang kacau, berantakan, ibarat cahaya yang redup. Banyak diantara mereka yang sukses, dan berhasil membina rumah tangga yang mandiri, bekerja dengan jabatan yang sangat baik dan pastinya sudah hidup mapan dan mandiri.

Kehidupan para lesbian yang saya kenal, tidak seperti yang terlihat di berita kriminal tentang para pasangan LGBT yang kerap berbuat kriminal, seperti kekerasan (kasus seorang perempuan lesbi di IBBI Medan yang menyayat muka temannya), pelecehan seksual (Saiful Jamil yang sedang menjadi Hot News), penipuan (perempuan yang nyamar jadi cowok, menikah, kemudian ketahuan dan ditutut oleh istrinya-Koran Analisa) narkoba (sebagai pengedar, pemakai), prostitusi dan lain-lain.

Jika ditelusuri, kehidupan kaum LGBT penuh dengan hal-hal berbau kriminal karena mereka hidup dalam tekanan diri sendiri dan dari lingkungan sekitarnya. Tidak semua kaum LGBT adalah pure memiliki orientasi seksual yang demikian. Ada yang sekedar ikut-ikutan karena ingin numpang hidup dengan kaum LGBT yang kebanyakan sudah mapan, ada yang masih labil dan berusaha menolak kenyataan akan hasrat seksualnya yang sejenis/dua jenis, ada juga yang pura-pura menjadi kaum LGBT hanya untuk menciptakan kekacauan dari hal yang dianggap kacau ini.

Opini publik yang terbentuk untuk kaum ini sangat buruk, sehingga tidak salah juga sih jika kaum heteroseksual sangat mengecam keberadaan kaum ini. Namun, sebagai sesama manusia mari belajar memahami orang lain dan posisikan diri Anda sebagai mereka. Kehidupan mereka SALAH jika kehidupan mereka HANYA menyangkut dorongan seksual, cinta objektif, dan tindakan jahat lainnya. Jadi, selagi mereka tidak melakukan cinta objektif, mereka tidak layak disebut sebagai kaum hina. Karena mereka juga sama seperti saya dan anda semua yang merupakan makhluk istimewa ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang memiliki hak untuk mencintai dan dicintai.

Jika mempelajari kitab suci masing-masing; dalam hal ini saya akan mengambil kutipan dari kitab suci yang saya percayai, Yohanes 15:12: Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Adakah Yesus berpesan bahwa kasih kita hanya untuk mereka yang kelaminnya berbeda dengan kita? Adakah kasih itu terbatas hanya untuk kaum tertentu? Demikian juga para kaum LGBT, mereka tidak salah dalam hal mengasihi sesamanya (RASA), yang salah adalah PERBUATAN mereka yang tidak mencerminkan kasih. Perbuatan yang menentang kebenaran/kodrat sebagai laki-laki dan perempuan, perbuatan yang mengutamakan hal-hal yang berbau seksualitas. Apakah kasih dengan sesama jenis harus dikaitkan dengan hasrat seksual? Sama seperti laki-laki dan perempuan yang berteman apakah harus dihubungkan dengan hasrat seksual? Kalau iya, maka pelecehan seksual, seks bebas dan aborsi adalah sebagian dari dosa yang siap menanti di ambang pintu kehidupan manusia tersebut.

Jika melihat teori gen yang diagungkan oleh kaum LGBT (klik referensi), emang masuk akal banget sih, apa yang dibahas di teori tersebut. Bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk mencintai laki-laki atau perempuan. Jadi, jika seseorang memiliki kecenderungan untuk menjadi salah satu kaum LGBT, jangan pernah lupa bahwa memiliki gen/kromosom yang menjadikan Anda seperti itu bukan berarti, hal itu merupakan lampu hijau buat Anda untuk hidup menikah dengan pasangan sejenis Anda. Itu merupakan salib yang harus Anda pikul untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Jika Anda mengejar kekudusan maka cinta pada pasangan anda jangan membawa kepada dosa nafsu/lust. Cintailah dengan cinta yang sebenarnya yang tidak hanya menyangkut urusan seksualitas saja. Jika mampu mengendalikan diri terhadap godaan dosa lainnya, maka yakinlah hidup tertekan yang Anda alami tidak akan membawa Anda menjauhi Terang yang sebenarnya.

Saya bisa empati dengan kaum LGBT karena tidak semua dari mereka adalah orang yang jahat. Walau sebagian besar dari mereka sering/pernah berbuat jahat, namun ada beberapa hal yang sama seperti kaum heteroseksual yang hidupnya tenang, damai, religius, mapan dan bahagia. Bagi mereka yang telah  menjalani rumah tangga sejenis, saya tidak akan menjadi hakim untuk mereka, karena yang berhak untuk memutuskan benar dan salah adalah Tuhan yang maha Agung, Adil dan Mulia sesuai dengan yang mereka yakini. Jika, mereka tidak merasakan kebahagiaan dan ketenangan, maka dapat dipastikan mereka hidup dalam kepura-puraan yang seolah-olah menghadirkan Tuhan dalam hubungan yang mereka bina dan bangun, ya..hanya merekalah yang tau apakah kehidupan yang telah mereka bina sudah menghadirkan Tuhan atau belum.

Bagi kaum heteroseksual, berhentilah menjudge mereka dengan statement yang diskriminatif seolah-olah Anda tidak menginginkan kehadiran mereka. Ingat kembali, bahwa di dunia ini terdapat berbagai hal yang baik dan buruk, karena kalau yang baik saja itu namanya surga, dan sebaliknya jika yang terjadi adalah hal negatif saja, itu namanya neraka. Dunia tempat kita berpijak ini memiliki banyak hal baik dan buruk. Jadi, hal yang wajar jika keberadaan mereka menjadi nyata di dunia ini. Siapalah saya dan Anda..yang berhak menghakimi mereka sebagai kaum pendosa?

Sekali lagi, Tindakanlah yang salah dalam menilai kaum LGBT. Orientasi seksual mereka tidak salah karena memang secara ilmiah kromosom manusia bisa tercipta seperti itu (kecenderungan untuk mencintai sejenis lebih tinggi dibandingkan dengan yang beda jenis). Saran dan solusi saya bagi kaum LGBT adalah lebih mendalami agama agar makna kehidupan bisa dipahami dan diterapkan. Cukuplah berteman dengan orang yang Anda sukai dan jangan membawa nafsu dalam hubungan sisterhood/broterhood yang telah terbina. Karena kasih tidak melulu soal seksualitas saja dan kasih itu harus lebih luas untuk semua makhluk di dunia; dengan kata lain lebih baik hidup membaktikan diri bagi kerajaan Allah, dibandingkan sibuk untuk menentang kebenaran yang sesuai hakikat penciptaan manusia di dunia ini.

Dan bagi kaum heteroseksual, membenci kejahatan dan dosa itu adalah HARUS tapi itu bukan berarti menebar kebencian, kekerasan, pelecehan terhadap kejahatan tersebut. Karena jika demikian, apalah bedanya Anda dengan mereka yang berbuat jahat tersebut? Jika Engkau adalah anak Allah maka kasih Allah akan memancar dari dirimu, lewat tindakan, perkataan dan kehidupanmu sehari-hari. Tuhan TIDAK pernah tidur dan diam terhadap kelaliman yang terjadi, ingatlah bahwa pembalasan adalah haknya Tuhan bukan hak kita, jadi mengapa kita harus menjadi hakim untuk sesama kita?!

Lebih melihat ke dalam diri sendiri..ke dalam hidup sendiri maka kasih, damai dan sukacita akan terus mengalir di dunia ini.

Mari berusaha menjadi manusia seutuhnya.

Tetap Percaya

 Ditulis Oleh: Irse Wilis

Memulai segala sesuatu dengan doa
Menutup segala sesuatu dengan doa
Dengan begitu, kita menghadirkan Tuhan dalam segala sesuatu

Ketika memulai sesuatu dengan baik
Akhiri segala sesuatu dengan baik
Sekalipun akhirnya tidak sesuai dengan harapan
Dengan begitu..kita mensyukuri segala pemberian Tuhan.

Tuhan adalah Alfa dan Omega
Yg Awal dan Yg Akhir
DIA tak terbatas dan tak berkesudahan. .
Dengan menyadari hal itu..kita menjadikan Dia tujuan dari hidup kita.
Karena hanya Dialah yang empunya segalanya.

Awal hari kita mesyukuri rahmat kehidupan
Menutup hari jangan lupa mensyukuri penyertaanNya di sepanjang hari ini
Mari berdoa teman..
Sebagai kebiasaan yang menumbuhkan cinta pada Sang cinta sejati


Sekilas Tentang Dorongan Seksual Manusia

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Remaja memiliki emosi yang tidak stabil. Terlebih kalo kepribadian seseorang itu adalah moody. Sebentar saja bisa berubah menjadi amarah, ketika segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dikehendakinya.

Dulu, sewaktu zaman SMP, aku sudah terbiasa bergaul dengan cowok atau cewek. Banyak teman membuatku bahagia dan bangga, layaknya artis yang setiap kali lewat di depan kelas teman yang lain, aku pasti akan mendapat sapaan atau teguran.

Pagi itu, anak cowok di kelas tetangga berusaha menggodaku, itu sangat menjengkelkan...! Anak dulu, tidak kalah liar dengan anak sekarang; yang saat itu berusaha menyentuhku walau cuman bahu doang. Aku, yang bertemperamen tinggi dan kasar, mengambil sapu dan berantem dengan mereka. Seketika kelas tetangga jadi riuh seperti kemasukan maling. Aku yang notabene bukan penghuni kelas itu pun lantas tarik diri, ketika telah puas memukuli teman cowokku, yang ku nilai brengsek itu.

Emosiku sangat tidak stabil saat usia remaja. Sering berantem dengan teman, walau hanya dalam lingkup sekolah aja. Aku tidak suka digoda secara verbal atau non verbal. Paling tidak tahan melihat tatapan mesum teman cowokku yang seperti hendak menelanjangiku. Kelakuan teman cowokku masa itu sangat keterlaluan. Aku tidak bisa mengerti mengapa otak mereka penuh dengan hal mesum.

Aku memang sudah mempelajari biologi, sudah tau bahwa cowok dan cewek tuh beda, sudah tau bahwa hormon cowok dan cewek itu berbeda, sudah tau bahwa cowok lebih cepat terangsang secara visual sementara cewek lebih cepat terangsang ke hal-hal non visual contohnya rayuan gombal, puisi melankolis, janji-janji manis,dsb.

Sudah tau secara biologi saja tidak cukup membendung emosiku saat teman-temanku berusaha menggodaku. Aku tidak dapat mentolerir kejahilan mereka.

Dulu, pengajaran TOB belum disampaikan ke kami. Seandainya, TOB sudah ku ketahui sejak dulu, mungkin aku tidak akan berbuat kasar terhadap teman cowokku. Mungkin, aku tidak akan membenci teman-temanku yang genit. Dan mungkin aku berusaha mengajak mereka untuk mengenal TOB sehingga tidak berkelakuan genit lagi. Ya... aku hanya bisa berandai-andai.

Dorongan seksual itu murni dan kudus adanya. Setiap manusia normal pasti merasakan gejolak ini, terlebih sewaktu puber, gejolak ini terasa begitu kuat. Sebagai manusia yang berakhlak, hendaknya mampu mengontrol gejolak ini dengan cara berpikir positif, memiliki kacamata positif ketika melihat sesama, bukan malah memakai kacamata transparan yang seolah-olah menelanjangi manusia yang ada di sekitarnya.

Manusia remaja hendaknya membangun relasi intim dengan Tuhan Yesus agar, mampu mengendalikan diri atas nafsu kedagingan (amarah, gosip, rakus, malas, dll) yang dimilikinya, agar memiliki pemahaman yang benar tentang tubuh manusia yang bukan hanya seonggok daging yang tidak memiliki arti.

Dorongan seksual itu terjadi karena pada dasarnya manusia tercipta untuk MEMBERI DAN MENERIMA. Dalam hal ini, perempuan adalah pihak yang menerima cinta Tuhan, dan laki-laki merupakan pihak yang memberi seperti Kristus yang memberi diriNya bagi mempelaiNya (gerejaNya).

Jadi, perlu dipahami bahwa dorongan seksual itu adalah BUKAN sesuatu yang najis, jahat, sesat, buruk dan dosa.  Dorongan seksual itu murni dan kudus sebagai bentuk nyata cinta Tuhan kepada manusia. Namun, yang terjadi sekarang ini adalah jauh dari hakikatnya, jauh dari tujuan penciptaan oleh sang Pencipta yang mana manusia begitu mendewakan dorongan seksualnya, untuk membuktikan diri bahwa dia dewasa, bahwa dia mengenal cinta, bahwa dia berkuasa atas dirinya.

Orang Muda Katolik yang kebanyakan sudah lupa diri, kini diingatkan kembali oleh St. Yohanes Paulus II lewat teologi tubuh. Bagaimana tubuh kita ini, sangat bernilai dan bukan cuman objek yang harus dipuaskan terus menerus dengan berbagai adiksi, yang mirip seperti karet gelang yang diikatkan di ujung jari; dimana adiksi tersebut mengikat kita dan membuat kita tidak mampu merasakan cinta sejati, yang secara nyata mampu memenuhi tangki cinta kita sebagai manusia.

Jika kamu memiliki kekosongan karena terlalu lama terikat dengan dosa, Atau melanggar kodrat sebagai laki-laki atau perempuan, mendukakan Allah dengan rasa depresi dan membenci kehidupan, jika merasa hebat dan mengagungkan kepandaianmu sebagai manusia yang terbatas, sudah saatnya kamu berbalik dan menyadari hakikatmu berada di dunia ini, kenali dan pelajarilah teologi tubuh/TOB, maka cara pandangmu terhadap tubuh dan kehidupan akan jauh lebih positif.

Ayo berubah jadi lebih baik..

Menjadi Seorang Katolik Yang Mengenal dan Memahami Katolik

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Mengenal hukum gereja katolik dan kekatolikan secara umum tidak melulu memisahkan saya dan kamu. Kamu yang saya maksud adalah mereka yang suka berpikir dan berpendapat bahwa saya lebih religius dibandingkan dengan mereka, sehingga saya bisa dikategorikan sebagai selibat religius alias suster.

Jika dianalogikakan dengan kewarganegaraan, menjadi seorang Katolik sama seperti menjadi warga negara Indonesia. Menjadi warga negara Indonesia, sudah pasti saya dan kamu semua, mengenal Indonesia tuh apa, hukumnya apa, budayanya seperti apa, orang-orangnya gimana. Apakah itu berarti kita harus mendalami hukum negara Indonesia barulah dikatakan sebagai orang Indonesia? Apakah kita harus menjadi antropolog barulah bisa dikatakan bahwa kita adalah orang Indonesia yang mengenal kebudayaan dan karakter manusia Indonesia? Apakah jika kita belajar PPKN/PMP waktu di sekolah dasar dulu, lantas kita sudah bisa dikategorikan ahli hukum/budaya Indonesia?

Menjadi seorang warga negara Indonesia pastilah sudah tau dasar-dasar negara kita tuh apa. Pancasila itu apa, minimal tau lah kapan Indonesia merdeka dan mengapa ada pemasangan bendera sewaktu tanggal 17 Agustus. Demikian juga menjadi seorang Katolik, minimal bisa menjawab mengapa Katolik itu ada tanda salib, mengapa setiap minggu menyantap Tubuh dan Darah Kristus, apa itu sakramen tobat, dll.

Jika seorang warga negara Indonesia lebih mengetahui sistem perpajakan di Indonesia lantaran pernah dibahas di salah satu mata kuliah sewaktu kuliah di jurusan Akuntansi, apakah seseorang tersebut layak disebut sebagai ahli pajak? Dan apakah keinginannya untuk mengetahui perpajakan itu TIDAK NORMAL lantaran tidak seperti orang Indonesia lainnya yang tidak mengerti pajak (khususnya mereka yang tinggal di perkampungan)?

Pertanyaan di atas jika dikaitkan dalam kehidupan sebagai jemaat di sebuah gereja khususnya Katolik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lebih mengenal gereja Katolik dan hukum Katolik secara umum adalah hal yang WAJAR dan sepatutnya diteladani, karena ada pepatah, tak kenal maka tak sayang, maka setiap orang Katolik harusnya mengenal tempat dimana dia berada, supaya bisa mencintai tempat dimana dia tinggal saat ini, dan kalo kita bayangkan, bagaimana seandainya jika setiap umat Katolik hanya sebagai Katolik KTP, sama seperti orang Indonesia tercatat di KTP tapi sama sekali buta soal Indonesia..? Bisa-bisa saat 17-Agustus tidak akan ada lagi perayaan apa-apa, karena setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, atau setiap orang akan sembarangan dalam bertindak seolah-olah tidak ada hukum yang mengaturnya.

Mengenal dan mengerti kekatolikan bukan berarti menjadi seorang teolog atau filsuf. Inti dari kekatolikanlah yang perlu dipahami agar tidak mudah terseret oleh arus dunia yang sangat menggoda. Menjadi Katolik sejati BUKAN berarti menjadi fanatik dan menjadikan setiap orang menjadi katolik. Tuhan yang diimani oleh gereja Katolik adalah Tuhan yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya (Mazmur 145:8: “TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya”), dimana hal-hal ekstrim yang tidak memancarkan kasih sudah bisa dipastikan adalah TIDAK SESUAI dengan ajaran dan ciri khas katolik.

Tuhan itu akan terpancar dengan sendirinya ketika seseorang mengimani ajaran yang dianutnya. Tidak perlu berdebat sana sini hanya untuk mempromosikan sesuatu, atau menghujat sana sini dengan sistem menghakimi yang subjektif,cintailah manusia dengan kasih yang tulus, murni dan mesra maka semuanya akan jadi persembahan yang berkenan bagi Allah.

Pertanyaan lain dari kamu yang sangat menggelitik pikiranku adalah: Apakah jika mengenal hukum, kenal dan memahami segala sesuatunya lantas menjadi jaminan bahwa aku tidak akan menyimpang dan tersesat?! Jawabku: coba analogikakan, kita berada dalam sebuah perahu dan tidak punya apa-apa, terdampar di laut yang luas dan tak terselami, tanpa kompas apakah kita bisa sampai pada tujuan? Tanpa memahami cara kerja kompas, apakah kompas itu akan berfungsi? Demikian juga dengan katolik dengan ajaran, hukum dan tradisinya sama seperti kompas tersebut.

Jadi, apabila dalam mengarungi samudera kehidupan yang luas ini tidak berpegang pada tuntunan yang ada, dapat dipastikan seseorang tersebut tidak akan sampai kepada tujuan. Mengetahui cara kerja kompas tidak menjadi jaminan keselamatan bagi orang tersebut KARENA keputusan dan tindakannyalah yang menentukan dia bisa sampai ke tujuan atau tidak.

Akhir kata, sebagai seorang manusia yang sama-sama berada dalam lingkungan gereja Katolik hendaknya saling mengingatkan, karena dengan sharing iman akan saling menambah pengetahuan dan iman, tanpa pengenalan akan Tuhan yang kita imani maka semua yang kita wartakan ibarat gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, jadi percuma berbuat baik kalo baik yang kita lakukan tidak berdasarkan hukum tempat kita berada, karena kebaikan menurut pemikiran kita belum tentu baik yang sebenarnya.

Hidup adalah peperangan melawan yang jahat, maka sudah seharusnya kita memperlengkapi diri kita dengan senjata iman/perlengkapan senjata Allah (baca efesus Efesus 6:11-17,klik). Jangan mengandalkan diri sendiri dan kepandaian sebagai manusia karena, sebagai manusia kita adalah makhluk yang sangat terbatas, Allahlah yang memampukan kita mengarungi samudera kehidupan ini dengan dasar iman dan kekuatan dari Nya.

Sekali lagi, tak kenal maka tak sayang, begitu juga dalam kehidupan iman menjadi seorang katolik. Berusahalah untuk menjadi orang Katolik yang benar-benar tau akan Kekatolikan, sehingga kita tidak menjadi abu-abu.

Memahami, Mencari dan Menemukan Panggilan Hidup

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Pertanyaan-pertanyaan seperti, untuk apa kita hidup di dunia? Apa tujuan hidup kita? Mengapa aku tidak bahagia walau punya pacar yang nyaris sempurna? Mengapa aku begitu bergairah ketika melayani Tuhan dalam aktivitas pelayanan di gereja? Mengapa suara Tuhan begitu kuat terdengar ketika aku merasa jenuh dalam menjalani hidup ini?.  Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sebenarnya sudah cukup untuk mengarahkan kita kepada pencarian panggilan hidup kita tuh sebenarnya apa?!
Jika melihat ke Kitab Kejadian pasal 1 dan 2 tentang penciptaan dunia dan segala isinya, kita akan diingatkan kembali akan hakikat manusia itu adalah untuk menerima cinta Tuhan. Apakah menerima cinta Tuhan hanya diperoleh dari sebuah perkawinan? Atau selibat awam? Atau selibat rohaniwan?

Ada sebuah cerita dari seorang teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya, karena beliau berpesan demikian. Ceritanya seperti ini:
Dia adalah seorang pria tulen, hidup dalam keluarga menengah ke atas yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Dalam masa mudanya, pria ini sudah merasakan panggilan Tuhan yang TIDAK disadarinya. Dalam hati kecilnya, dia suka berdoa Bapa Kami seperti yang pernah diajarkan mamanya, yang walaupun bukan aktivis gereja, namun tidak pernah lupa mengajarkan ajaran agama kepada anak-anaknya. Sebut saja, pria ini bernama Rio.
Rio kecil sudah dibekali dengan cerita Alkitab dalam bentuk buku bergambar yang diberikan ayahnya. Rio kecil sama seperti anak seusianya, sangat bandel, di gereja tidak pernah duduk diam, suka berkelahi dan tidak bisa diatur.
Singkat cerita, Rio beranjak remaja dan menjalani pacaran dengan beberapa perempuan. Rio yang tidak menyadari panggilan hidupnya terus menerus terseret ke dalam arus dunia dengan hidup sesuai pola dunia, dimana jika ngak punya cewek tuh katanya ngak gaul, ngak laku, ngak modal, dll; sebagai seorang lelaki kata-kata itu sungguh mengusik hatinya karena menyangkut harga diri.
Pacaran yang telah dijalanipun penuh suka dan duka dan tidak sertamerta mendatangkan bahagia seperti yang dirasakan oleh teman-teman seusianya yang saat itu berumur sekitar 16 tahun. Terkadang Rio sering bingung akan dirinya sendiri, mengapa dia tidak merasakan kepenuhan ketika berpacaran dengan perempuan. Sempat terpikir juga bahwa dia abnormal dan menyukai sesama jenis, tapi syukurlah dia tidak jatuh ke dalam pergaulan menyesatkan itu.
Rio menyukai perempuan, memiliki hasrat seksual pada perempuan, sama seperti laki-laki pada umumnya. Pacar Rio pun tidak sedikit, dia memiliki mantan yang lebih dari 5 orang dan semuanya cantik. Maklumlah, Rio mempunyai paras menawan dan tubuh atletis, sehingga tidak mengherankan jika orang mengira dia sebagai seorang gay.
Titik balik dalam hidup Rio adalah ketika dia bergabung bersama pdkk di sebuah kota besar, dimana sewaktu pdkk tersebut mengadakan sebuah retret dan Rio menjadi salah satu pesertanya. Rio merasakan sensasi luar biasa ketika berkumpul bersama teman-teman seiman dalam memuji dan memuliakan nama Tuhan di retret tersebut. Pembelajaran tentang teologi tubuh yang membahas tentang panggilan hidup sungguh menyentil hati sanubarinya yang paling dalam. Pelan-pelan dia mulai menggali kisah lama hidupnya, yang terasa kosong dan menjenuhkan. Kemudian, dia menyadari bahwa selama ini, dia belum berada di jalan yang pas sehingga kekosongan itu selalu dirasakannya. Padahal mantan ceweknya adalah orang baik semua loh, anak rumahan, aktif di gereja, cantik dan modis, tapi rasa bahagia yang penuh belum bisa dirasakannya.
Di retret itu, Rio mulai mempelajari dirinya dan keinginan tubuhnya. Materi-materi yang disampaikan sewaktu retret menuntun dia untuk memahami panggilan hidupnya dan berusaha terjun langsung ke dalam aktivitas panggilan hidup tersebut. Sekarang, Rio sedang aktif dalam sebuah komunitas dan sedang mempersiapkan diri untuk terjun sebagai selibat awam yang full time melayani Tuhan kemana saja Tuhan butuhkan.

Kisah Rio di atas adalah sebagian dari kisah anak muda yang masih berlangsung sampai sekarang ini. Banyak anak muda yang terseret dalam arus dunia saat ini yang membuat mereka semakin tidak bahagia, semakin tidak penuh dan tidak bebas dan tidak berbuah dalam menjalani hidup ini. Beberapa orang melangkah di jalan yang salah mengikuti arus dunia (seperti cerita Rio diatas), padahal sedari awal setiap orang telah ditetapkan untuk menerima cinta Tuhan dalam jalan yang berbeda.

Jika jalannya adalah dengan hidup berkeluarga, maka jalan untuk menuju perkawinan itu sudah mulai terasa sejak masih muda. Selalu ada hasrat untuk memiliki pasangan hidup, punya anak dan membangun keluarga. Sementara jalan lainnya, adalah sebagai awam yang tidak menikah dan melibatkan diri untuk mewartakan kabar baik Allah di dalam dunia ini. Mereka yang menempuh jalan ini adalah selibat awam yang membaktikan hidupnya untuk Tuhan, yang karyanya nyata dalam kerasulan yang dijalani setiap hari, entah lewat kesaksian hidup, aktif sebagai pengurus organisasi gereja, memiliki komunitas evangelisasi, dan lain-lain. Jalan ketiga lainnya adalah selibat religius yang 100% hidupnya hanya untuk Tuhan. Full time melayani Tuhan sesuai dengan visi dan misi ordo/tarekat tempat dia bergabung, mereka adalah para suster, pastor, frater, bruder, uskup, dll.

Sedari awal, hendaknya setiap manusia harus menyadari jalan yang harus dia tempuh supaya, arah tujuan akhirnya jelas dan tidak menyimpang. Karena jika menempuh jalan yang salah tentu tidak akan sampai kepada tujuan yang tepat. Setiap jalan harus dilalui bersama Yesus sang Guru, agar tidak keluar jalur dan menyimpang dari panggilan hidup yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.
Contoh mereka yang salah jalan adalah: mereka yang terpanggil sebagai awam religius (berkeluarga) tapi memutuskan untuk menjadi pastor atau suster. Di tengah jalan, panggilan imamat mereka bisa saja berakhir karena hasrat untuk hidup berkeluarga semakin tinggi. Kesalahan mengenali diri sendiri adalah awal masalah yang akan membuat manusia keluar dari kebahagiaan yang telah diberikan Tuhan lewat cinta kasihNya yang nyata.

Makanya, sebagai manusia seutuhnya hendaknya mampu mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Mengisi diri sendiri dengan cinta Ilahi agar sepanjang perjalanan hidup ini, tidak kekurangan cinta dan tidak kehilangan arah. Setiap manusia terpanggil untuk mendekatkan diri pada Tuhan, untuk menggali keinginan Tuhan dalam diri manusia tersebut. Karena hanya lewat hubungan yang intim dengan Tuhan, barulah kita mampu mengenali keinginan Tuhan dalam kehidupan kita sebagai manusia.

Tuhan bukannya tidak memberitahukan kita tentang panggilan hidup kita. Dia sudah memberitahukan kepada kita lewat tanda-tanda di sekitar kita, lewat keinginan/hasrat di dalam diri kita atau lewat kejadian di sekitar kita (nasehat, kesempatan, tempat, dll). Kitalah yang kurang pekah dengan suara Tuhan karena terlalu hanyut dalam rutinitas dunia yang membuat semuanya menjadi abu-abu. Untuk itu, sadarilah panggilan hidup kita apakah sebagai awam religius (berkeluarga), selibat awam, atau selibat rohaniwan yang semuanya dapat merasakan cinta Tuhan yang nyata dalam hubungannya dengan sesama ntah itu pasangan hidup, teman sekomunitas, teman seiman, atau manusia lainnya.

Marilah menjalani hidup ini sesuai dengan panggilan hidup yang telah ditetapkan Tuhan untuk setiap manusia.

Note:
Dasar Panggilan hidup berkeluarga Kejadian 1: 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi
Dasar Panggilan hidup selibat: Matius 19:12 : Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti

Analogi Resleting dalam Hubungan antar Manusia

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Jika kita memperhatikan bentuk resleting, sebenarnya bentuknya adalah SATU tetapi terdiri dari dua buah sisi yang berbeda, yang di satukan oleh kepala resleting. Sama seperti dua insan yang berlainan jenis yang dipersatukan dalam satu rel yaitu agama yang sama dalam sakramen perkawinan kudus, dimana Kristuslah yang mengepalai bahtera rumah tangga tersebut.

Tanpa kepala resleting..apakah resleting akan berfungsi? Tanpa Yesus yang menjadi fokus utama dalam sebuah perkawinan;  hubungan tersebut akan sia-sia karena masing-masing insan melupakan Tuhannya dan lebih egois dalam mengapresiasikan cinta, mungkin dalam bentuk pengekangan terhadap pasangan, cinta objektif pada pasangan (menganggap pasangan sebagai pelampiasan nafsu/lust) atau dengan mengutamakan pasangan dibandingkan Tuhannya (pokoknya berdua saja… dan melupakan kebiasaan rohani yang menumbuhkan iman seperti doa bersama,  misa bersama, atau pelayanan bersama)

Begitupula jika resleting tersebut dipandang sebagai sebuah hubungan persahabatan. Dua insan yang dipersatukan dalam hubungan persahabatan, jika tanpa Yesus; maka persahabatan itu akan sia-sia; hanya hura-hura, hanya menikmati kesenangan dunia dan melupakan tangan kasih Tuhan yang telah mempertemukan mereka.

Apakah ini berarti bahwa, kita tidak boleh menjalin persahabatan dengan teman yang beda agama? Menurut saya sah-sah aja kalo kita bersahabat dengan teman yang beragama lain. Tapi hubungan persahabatan tersebut tidak akan menumbuhkan iman kita, persahabatan tersebut tidak akan maksimal; malah semakin membuat kita abu-abu karena minyak dan air tidak akan pernah bersatu.

Jika dalam hidup ini kita mencari Tuhan..maka kita akan berusaha membangun hubungan yang akan menumbuhkan iman kita kepada Allah yang SATU; untuk itu sudah seharusnya pertemanan dimulai dengan teman-teman seiman yang sama-sama saling belajar untuk lebih mencintai Tuhan yang kita kasihi.

Kembali ke resleting.. yang terdiri dari rel yang menyatukan, dengan kepala yang satu, begitu pula hidup kita yang  berbeda ini (ada pelajar, karyawan, guru, mahasiswa, dll) disatukan dalam gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, menjadi sebuah keluarga kerajaan Allah dimana Kristuslah yang menjadi kepalanya.

Sebuah komunitas adalah wujud nyata keluarga kerajaan Allah yang berusaha membangun karakter yang semakin menyerupai Kristus. Lebih fokus kepada mencintai tubuh sendiri dan orang lain sebagai wujud nyata kasih kepada Allah.

Resleting yang berfungsi baik akan mendatangkan manfaat bagi pengguna resleting tersebut, demikian pula sebuah hubungan akan terasa maknanya jika telah berfungsi sesuai dengan hakikatnya. Untuk itu, perlu melihat ke dalam hubungan masing-masing apakah sungguh-sungguh menghadirkan Kristus dalam setiap harinya, ataukah malah berjalan masing-masing tanpa arah yang jelas, ibarat resleting yang memiliki kepala dan berfungsi sebagai resleting atau malah sebagai resleting yang tidak mempunyai kepala dan hanya merupakan hiasan demi kesenangan, gengsi atau topeng untuk menutupi sesuatu hal.

Marilah kita renungkan bersama.

Mengapa Hanya Cinta yang Bisa Memuaskan Manusia?

 Ditulis Oleh: Irse Wilis

Ketika menjalin sebuah hubungan cinta, di awal kisah percintaan akan terasa sangat membahagiakan, sama seperti ketika mendapat sebuah kerjaan baru, dimana suasana kerja yang baru akan sangat membahagiakan. Semua yang diawali dengan kebahagiaan apakah akan berakhir kebahagiaan juga? Jawabanya: IYA! Jika kita sanggup melewati proses pemurnian cinta dalam meraih kebahagiaan.


Jika segala sesuatu dijalani dengan dasar cinta, maka segala sesuatunya akan lebih terasa indah, karena cinta yang murni akan membentuk pribadi yang dewasa dalam iman, dewasa dalam menyikapi persoalan dan dewasa dalam bersikap. Sebaliknya, jika menjalankan segala sesuatu berdasarkan nafsu(lust), maka akan terus menerus merasa kurang, tidak pernah puas, dan berusaha mengambil keuntungan yang lebih..lebih...dan lebih sampai nafsu tersebut berubah menjadi amarah, kebencian, sakit hati karena keinginan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Nafsu itu bagaikan morfin yang membuat kecanduan, yang diawali dengan perasaan bahagia, senang, terikat, ketergantungan dan AKHIRNYA akan sakit, menderita dan mati ketika tidak mengkonsumsi morfin. Berbeda dengan cinta yang seperti air yang membuat kebutuhan akan air terpenuhi, memberikan kelepasan dahaga ketika dehidrasi, memberikan perasaan tenang dan dingin tanpa terikat yang membabi buta seperti keterikatan dengan morfin. Minum air setiap hari tidak akan membuat tubuh kita mati, sekalipun kita mengkonsumsi air tersebut terus menerus sampai tua. Berbeda dengan morfin yang pasti akan membuat mati, apabila dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka panjang.

Melihat perbandingan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia akan hidup jika mengkonsumsi air sebagai suatu kebutuhan dasar untuk dirinya, sementara nafsu tidak akan membuat hidup manusia bertahan lama karena morfin bersifat merusak bagian tubuh manusia. Itulah alasan mengapa manusia hanya bisa dipuaskan dengan cinta bukan oleh nafsu.

Contoh kasus dalam dunia kerja. Ketika mendapat suatu pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, misalnya: gajinya gede, kerjaan gampang, perusahaan bonafit, rekan kerja banyak, pada awal bekerja semangat yang ada akan sangat menggebu-gebu, sangat antusias untuk meraih jenjang karir yang lebih tinggi dan semangat positif lainnya. Jika pekerjaan itu tidak didasarkan cinta, maka pribadi tersebut, bisa dipastikan tidak akan tahan uji, akan gampang mundur teratur ketika menghadapi tekanan kerja yang tinggi dan situasi lingkungan kerja yang penuh persaingan, karena kita tau sendiri, bahwa di perusahaan gede pasti akan banyak tantangan dalam hal kerjaan ataupun relasi dengan rekan kerja yang lain, berbeda halnya jika bekerja di lingkungan kerja pertokoan yang terkesan simpel, kerjaan juga gak seribet kerjaan kantoran di perusahaan bonafit.

Bekerja dengan cinta maksudnya seperti: menaati peraturan perusahaan, mengerjakan kerjaan sesuai job desc, menjalin pertemanan yang sehat dan tidak rasis, tidak gosip, dll yang INTINYA bekerja di jam kerja, bersantai di saat istrahat dan pulang dengan harapan besok akan lebih baik lagi. Jika berdasarkan nafsu maka tidak akan gampang untuk bekerja sesuai peraturan, karena kelicikan dapat diterapkan demi meningkatkan karir, senggol sana sini yang penting disayang atasan, menghalalkan segala cara untuk mencapai target penjualan, dll.

Hasil dari kedua sikap di atas akan terlihat seiring dengan berjalannya waktu. Sama seperti pepatah siapa yang menabur angin pasti akan menuai badai demikian juga setiap perbuatan akan disertai hasil akhir sesuai langkah-langkah yang telah ditempuhnya, dimana jalan nafsu selalu akan menyesatkan dan tidak akan membuat manusia bahagia, sementara cinta akan membuat seseorang bertahan demi membuat perusahaan tempat dia bekerja bisa lebih baik lagi.

Demikianlah kedua hal ini adalah hal yang sangat bertolak belakang. Jadi, lawannya cinta bukan benci, tetapi lawannya cinta adalah nafsu(lust/menggunakan), dan hasil akhir keduanya sangat jelas dan banyak terbukti dalam kisah yang bisa kita lihat di berbagai media sosial.

Hanya cintalah yang bisa membuat manusia bahagia di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.

Taukah Kamu bahwa Tubuhmu Berharga?!


 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Jika ditanya, apakah perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya? Tentunya, semua orang pasti akan menjawab dengan mudah, “ya beda dong, bentuknya aja beda”, mungkin ada yang lain yang akan menjawab: “peran dan fungsinya beda alias kodratnya berbeda”, dan ada juga yang menjawab “manusia itu punya perasaan, tapi yang lainnya tidak punya perasaan singkatnya: manusia berbudi pekerti sementara makhluk lainnya tidak”. Masih banyak jawaban lain dari manusia lainnya yang tidak mungkin saya jabarkan disini. Namun dari semuanya itu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua pendapat tersebut benar adanya.


Melihat manusia apakah bisa terlepas dari tubuhnya? Apakah manusia dapat dikatakan manusia jika tidak memiliki tubuh? Apakah hewan bisa dikatakan sebagai hewan jika tidak memiliki tubuh? Apakah tumbuhan dikatakan tumbuhan jika tidak memiliki tubuh (batang, ranting, akar dan daunnya)?! TENTU SAJA jawabnya adalah TIDAK. Baik manusia, hewan atau tumbuhan dikatakan sebagai makhluk hidup jika memiliki TUBUH.
Tubuh memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia adalah gambaran rupa Allah, Inilah yang membuat manusia lebih istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Dan yang lebih terpenting adalah manusia memiliki Roh Allah yang membuatnya menjadi sebuah pribadi. Inilah hal unik yang tidak dimiliki oleh makluk hidup lainnya.(Bdk Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.", Kejadian 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.)

Menjadi gambar dan rupa Allah serta memiliki Roh Allah dalam dirinya, membuat manusia mampu mengasihi sesama (manusia dan segala ciptaan Tuhan lainnya) karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:8b). Kasih dalam diri manusia adalah salah satu CIRI KHAS Allah yang tidak dimiliki oleh makluk lainnya. Karena kasih itulah yang membuat manusia memiliki pertimbangan, budi pekerti dan akhlak yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Hal itu pulalah yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang mulia dan berharga.

Tubuh manusia memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Tubuh perempuan pasti berbeda bentuknya dengan tubuh pria. Tubuh manusia merupakan gambaran pribadi seseorang. Kita bisa menilai seseorang dari tubuhnya. Apakah tubuhnya memancarkan apa yang tidak kelihatan (Tuhan)? Apakah tubuhnya menjadi berharga seperti tujuan awal penciptaannya? Tubuh manusia mengalami pengertian yang salah ketika manusia di usir keluar dari taman Eden. Inilah yang membuat manusia sekarang melihat sesamanya sebagai objek, bukan sebagai subjek/sebagai pribadi yang memancarkan keIlahian.

Mungkin sebagai awam biasa seperti saya akan bertanya-tanya: bagaimana bisa melihat Kristus dalam diri seorang pengemis? Bagaimana melihat Kristus dalam diri seorang pezinah? Bagaimana melihat Kristus dalam tubuh penjahat yang tega menghabisi nyawa sesamanya manusia?. Sebelum saya mengerti akan pengertian tubuh yang dipaparkan dalam ajaran teologi tubuh, sangat sulit melihat sosok Kristus dalam diri orang yang jahat. Terdapat gap yang sangat luas yang membuat saya menjauhi mereka yang saya anggap berbeda dengan saya. Pemahaman akan ajaran Yesus yang tertuang dalam kitab suci tidak serta mampu memutar pengertian saya tentang tubuh para penjahat masa kini.

Namun di teologi tubuh ini, saya diingatkan kembali tentang dasar penciptaan manusia itu apa. Dan bagaimana manusia itu pada awalnya. Sekarang, saya bisa mengerti bahwa kebanyakan orang tidak menghargai tubuhnya, adalah karena sudah lupa akan konsep penciptaan awalnya; sebagai makhluk mulia yang memancarkan keIlahian Sang Pencipta. Manusia lupa bahwa tubuhnya berharga, saking berharganya tubuh manusia; tubuh yang lemah tersebut selalu dan akan selalu menjadi target sasaran utama iblis, untuk menjauhkan manusia dari Sang Pencipta. Iblis tidak rela jika manusia mengabdi pada Allah sehingga dia selalu menyerang tubuh kita ini (melalui hasrat kedagingan yang tinggi).

Jadi, setelah kita mengingat kembali betapa berharganya tubuh ini, sudah saatnya kita BERBALIK dari cara pandang yang salah menuju cara pandang yang benar yang sedari awal sudah ditetapkan Tuhan; bahwa kita manusia yang memiliki tubuh HARUS memancarkan Allah, yaitu Roh Allah yang bersemayam dalam diri kita masing-masing, bukan malah pergi menjauh dan mengikuti ajakan iblis. Jika ingin bahagia, dekatilah sumber kebahagiaan sejati BUKAN berlari pada kebahagiaan semu yang ditawarkan iblis.

Sekalipun tubuh kita tidak sempurna seperti cacat, bukan berarti Roh Allah dalam diri kita pun berkurang seperti cacat yang kita alami. Roh itu tidak berbentuk dan pastinya tidak akan separoh-separoh makanya tidak mengherankan banyak orang yang cacat tubuhnya TAPI sungguh sempurna memancarkan kasih Tuhan, lewat semangat untuk berjuang, melayani dalam pujian dan pengajaran, bekerja dengan semangat, dan lain-lain. Sungguh nyata Firman yang tercatat dalam Matius 25:40 “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”, Firman ini menunjukkan bahwa Allah sungguh hadir dalam diri orang yang miskin, cacat atau hina.

Kesimpulannya: sebagai manusia yang memiliki tubuh yang sempurna atau tidak sempurna, setiap manusia terpanggil untuk memancarkan kasih Allah yang sudah mulai redup akibat manusia lebih memilih kebahagiaan semu dibandingkan kebahagiaan sejati. Setiap manusia memiliki tubuh yang sangat berharga sebagai sarana untuk memancarkan kasih Allah bagi dunia ini. Untuk itu, marilah lebih menghargai tubuh sebagai sarana penting untuk mewujudkan Allah yang hidup, BUKAN malah menganggap tubuh ini hanya seonggok daging yang akan mati dan hancur.

Saya dan semua pembaca tulisan ini adalah sangat berharga di mata Tuhan. Sadarilah hal itu.. agar kita bisa bahagia dalam hidup ini.