Ditulis Oleh: Irse Wilis
Pernikahan sangat indah, sangat sakral dan sangat menyenangkan. Dimana dua insan yang berlainan jenis dipersatukan dalam sakramen pernikahan yang kudus; dimana Kristus wajib dihadirkan secara nyata oleh kepala keluarga. Kristus harus dihadirkan dalam keluarga tersebut karena saat pemberkatan pernikahan tersebut, mereka telah mengundang Kristus menjadi pemimpin mereka dan kepala keluarga menjadi wakil Kristus sesuai dengan Kolose 5:23 “karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”
Kitab suci mencatat bahwa seorang pria adalah manusia pertama yang diciptakan Allah segambar dan serupa Dia. Yang berarti bahwa Pria memiliki peran nyata sebagai wakil Allah, sementara istri adalah penolong suami dan merupakan peran pembantu dalam karya Ilahi yang diciptakan Allah dalam keluarga tersebut. Peran pembantu bukan berarti pembantu dan tidak bermaksud untuk merendahkan wanita karena wanitapun memiliki gambaran rupa Allah. Perbedaan kodrat diperlukan untuk menciptakan keseimbangan karena, pihak yang kuat harus berpasangan dengan yang lemah untuk menciptakan keharmonisan. Bayangkan aja jika pihak kuat bertemu dengan pihak yang kuat maka peperanganlah yang akan timbul, sebagai ajang untuk unjuk ego bagi masing-masing pihak.
Pernikahan merupakan hasil akhir dari perjalanan panjang sebuah hubungan cinta; karena pernikahan adalah pengesahan dari Sang Pencipta untuk dipersatukan menjadi wakil Allah yang berperan dalam karya Ilahi yaitu penciptaan kehidupan (kelahiran anak). Dua insan yang bersatu dalam pernikahan hendaknya menjaga kekudusan pernikahan tersebut sehingga karya Ilahi sang Pencipta menjadi nyata dalam keluarga tersebut. Prinsip-prinsip pernikahanpun perlu diterapkan agar pernikahan tersebut semakin nyata sebagai wujud cinta dari Allah sendiri kepada manusia.
Prinsip-prinsip pernikahan yang dimaksud adalah:
1.Bebas; dimana dalam sebuah pernikahan masing-masing pihak akan bebas untuk mengungkapkan kasih kepada pasangannya tanpa dibebani ketakutan-ketakutan tertentu, misalnya takut hamil, takut dikatakan jelek, dan ketakutan lainnya. Bebas yang dimaksud bukan bebas berbuat seenaknya terhadap pasangan; bebas yang dimaksud adalah kebebasan dalam bentuk mencintai bukan kebebasan dalam menggunakan pasangan.
2.Setia; dimana dalam sebuah pernikahan masing-masing pihak akan setia satu sama lainnya. Tidak ada pihak ketiga atau pihak lainnya yang mengambil alih perhatian dan cinta dari salah satu pihak. Pernikahan dalam gereja Katolik adalah monogami yang tidak dapat diceraikan atau dibagi ke pihak lain.
3.Total; dimana dalam sebuah pernikahan masing-masing pihak akan total memberikan dirinya kepada pasangannya tanpa mengurangi atau menutupi sesuatu. Contoh menerapkan kb alamiah sebagai wujud nyata pemberian diri secara total terhadap pasangan.
4.Berbuah; dimana dalam sebuah pernikahan ada pro creation yang merupakan campur tangan Allah dalam pernikahan tersebut; dimana kedua belah pihak akan menerima berkat Tuhan sebagai bentuk ketaatan dalam prinsip pernikahan yang telah diterapkan. Berbuah adalah hal yang sangat penting yang tidak dapat diabaikan karena ini merupakan lanjutan karya Allah bagi dunia; yang diwakilkan oleh Adam dan Hawa yang telah bersatu (union) dalam pernikahan.
Pernikahan dalam gereja Katolik berdasarkan hukum gereja katolik dapat dipelajari dalam artikel di katolisitas -> klik. Pernikahan katolik bukan hanya sebagai sarana untuk menyalurkan hasrat seksual, dan bukan juga suatu beban yang harus dijalankan; karena panggilan hidup berkeluarga adalah sudah kodrat manusia sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan (ingat kembali tentang panggilan hidup setiap orang->klik). Pernikahan itu akan bermakna jika Kristus berhasil menjadi Raja dalam keluarga tersebut yang berarti masing-masing pihak mengutamakan Yesus dalam keseharian mereka. Contohnya: Mengutamakan doa bersama keluarga, makan malam bersama keluarga, misa bareng, aktif dalam kegiatan pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan yang singkatnya: mereka tidak hidup untuk mengejar kenikmatan dunia tapi lebih dari itu, masing-masing pihak hidup untuk mengejar kenikmatan surgawi yang dapat dipenuhi dengan pertumbuhan iman bersama pasangan masing-masing.
Sebagai manusia yang memiliki panggilan hidup untuk berkeluarga sudah seharusnya sadar akan hakikat pernikahan Katolik seperti apa, sehingga ke depan saat membangun rumah tangga setidaknya mengurangi resiko untuk berpisah karena sadar bahwa meninggalkan pasangan berarti meninggalkan Kristus yang hadir di tengah keluarga tersebut.
Semoga setiap keluarga menyadari akan kehadiran Kristus di tengah mereka, sehingga mereka diharapkan semakin memancarkan cinta; sama seperti Kristus Sang Sumber Cinta sejati; sehingga damai dan sejahtera bukan lagi barang langka yang tidak dapat dirasakan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar