Ditulis Oleh: Irse Wilis
Pada umumnya, setiap manusia memiliki dorongan seksual kepada lawan jenis. Dorongan seksual itu muncul akibat timbulnya rasa ingin memberi dan menerima yang erat kaitannya dengan CINTA. Manusia menginginkan cinta karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang mampu mencintai sama seperti Penciptanya yang Maha Cinta Sejati. Persetubuhan adalah hal yang wajib dalam sebuah pernikahan karena persetubuhan merupakan tanda kebersatuan antara laki-laki dan perempuan. Persatuan ini mengandung unsur memberi dan menerima sehingga persetubuhan itu terasa indah, nikmat dan bahagia. Persetubuhan ini tidak salah, tidak kotor melainkan sebagai kewajiban dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Sama seperti Allah Tri Tunggal yang merupakan 3 pribadi dalam satu kesatuan Ilahi, begitu juga hubungan suami istri yang harus mencapai kesatuan, salah satunya melalui persetubuhan.
Persetubuhan hanya boleh dilakukan oleh mereka yang telah menerima sakramen perkawinan, karena persetubuhan itu suci sehingga sebelum melakukannya harus disahkan dulu oleh Yang Maha Kudus, agar Dia menjadikan persetubuhan itu berbuah manis dalam pernikahan tersebut. Tanpa kehadiran Tuhan, persetubuhan itu hanya merupakan gejolak birahi yang memuaskan badan, yang tidak akan menghasilkan buah manis, dan membawa manusia jatuh ke dalam dosa akibat tidak terkendalinya keinginan daging tersebut.
Persetubuhan yang tidak kudus akan membuka pintu dosa seksual yang siap menjerat manusia tersebut. Terikat akan kenikmatan dunia yang menghanyutkan dan sekaligus membinasakan. Menghanyutkan karena persetubuhan tersebut bisa menimbulkan efek ketagihan akibat tidak terkendalinya dorongan seksual; membinasakan sebagai efek dosa yang mematikan rohani dan jasmani manusia. Tidak bisa dipungkiri kalau persetubuhan yang tidak kudus/seks bebas akan membuka peluang penularan penyakit menular seksual, aborsi, gangguan pskis akibat tertekan, perasaan takut/berdosa/bersalah, gangguan seksual seperti masochist, hypersex, pedophilia, dan efek buruk lainnya.
Dewasa ini, kejahatan seksual sangat marak terjadi akibat dorongan seksual yang disalahgunakan. Banyak manusia lupa atau tidak ingin mencari kekudusan sehingga, mendorong manusia tersebut untuk melakukan kejahatan seksual. Tubuh hilang kuasanya dan tenggelam dalam nafsu sesat untuk memuaskan tubuh yang lemah yang perlahan akan menjauhkan manusia dari Kebenaran yang diimaninya. Manusia terlalu objektif dan lupa untuk melihat manusia lain sebagai seorang pribadi dan bukan hanya seonggok daging yang menggairahkan. Untuk itulah, teologi tubuh perlu dipelajari kembali untuk melihat persetubuhan itu dalam konteks yang berbeda dengan pandangan dunia.
Menurut St.Yohanes Paulus II, persetubuhan adalah pemberian diri secara total. Yang memiliki empat unsur yang berkaitan satu sama lainnya, yaitu: total, setia, bebas dan berbuah. Persetubuhan yang total berarti memberi diri seutuhnya kepada pasangan, tidak ada yang tersembunyi dan semuanya diberikan dengan tulus ikhlas dan tanpa paksaan. Persetubuhan total jauh dari manipulasi bagian tubuh dengan tujuan mencapai kenikmatan sendiri. Persetubuhan total mengandung unsur memberi dan menerima dimana keduanya aktif mengungkapkan cinta yang tak terbatas.
Persetubuhan setia artinya bahwa persetubuhan tersebut dilakukan pada pasangan yang sah, sesuai dengan waktu yang disepakati bersama dengan tujuan kenikmatan bersama. Persetubuhan setia akan sangat menghargai keberadaan dan keadaan pasangan sebagai pihak yang memberi/menerima cinta, tidak ada keinginan liar untuk melakukannya dengan pihak lain karena sadar bahwa pasangannya merupakan pihak yang layak untuk memberi/menerima cintanya.
Persetubuhan bebas artinya persetubuhan yang menginginkan kebaikan bagi pasangannya. Tidak terikat perasaan takut dan bersalah karena melakukannya dengan dasar cinta. Persetubuhan bebas bukan persetubuhan liar yang melakukan kegiatan seksual yang tidak alami seperti sodomi. Persetubuhan bebas membuat masing-masing pihak bebas lepas untuk mengekspresikan cinta dengan cara dan aturan yang benar yang tidak meyakiti pasangan baik secara langsung atau tidak langsung.
Persetubuhan yang berbuah artinya persetubuhan yang menghasilkan buah manis. Tidak mencegah pembuahan akibat dari persetubuhan tersebut, sebagai ungkapan syukur dan bukti kasih dari persetubuhan yang telah terjadi. Persetubuhan yang berbuah akan menghasilkan buah-buah manis dalam kehidupan pernikahan karena merupakan hasil berkat dan rahmat Tuhan yang menguduskan persetubuhan tersebut.
Persetubuhan antara laki-laki dan perempuan adalah sakral karena seperti Yesus yang memberi diriNya secara total, setia, bebas dan berbuah kepada umat pilihanNya. Yesuslah pedoman dalam hidup berkeluarga sehingga manusia dapat lebih mengendalikan dorongan seksualnya dan mengikuti Dia yang diimaninya. Tanpa Yesus dalam diri seseorang dan dalam sebuah keluarga, maka kekacauan akan mewarnai setiap lembaran kehidupan lantaran telah kehilangan berkat dari Tuhan yang memberkatinya.
Untuk itu, hati-hatilah dalam setiap melakukan persetubuhan agar kiranya tetap menjadikannya kudus dan berkenan kepada Allah. Bagi, yang sudah melakukan seks bebas/persetubuhan yang tidak kudus segeralah akhiri keterikatanmu terhadap dosa, agar hidupmu dipulihkan dan kebahagiaan dapat mengisi hari-harimu.
Tetaplah teguh dalam iman agar berkatNya senantiasa tercurah untuk kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar