Allah Berbelas Kasih Namun Tidak Meniadakan Hukuman

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Pagi ini, satu topik dari sebuah gambar yang dipostkan di sebuah grup dunia maya yang aku ikuti, menggelitik pikiranku. Kejadian nyata yang terjadi di Paroki Santo Antonius, Jl Hayam Wuruk Medan. Dimana beberapa pelaku adalah oknum dalam gereja yang melakukan tindakan yang salah tersebut. Ada beberapa komentar teman yang membela, ada yang menjudge, dan ada yang menceritakan kisah serupa yang terjadi di gereja dan paroki lainnya. 

Satu pendapat yang sungguh menggelitik pikiranku adalah tidak setuju jika pelaku menerima hukuman dari kepolisian setempat. Dari kejadian ini, dalam benakku timbul bayangan Allah yang berbelas kasih; dan hati serta pikiranku bertanya: "apakah kasih Allah tersebut akan meniadakan hukuman atas setiap dosa yang diperbuat manusia?" Menurut Kisah Ananias dan Safira dalam Kitab Suci, pada Kisah Para Rasul 5:1-11, kedua jemaat tersebut adalah bagian dalam persekutuan jemaat pada awal mulanya, tapi mereka melakukan dosa yang melawan kehendak Allah dengan berbohong atas penjualan tanah yang telah mereka lakukan, jika Allah berbelas kasih, mengapa mereka tidak dibiarkan hidup? Dan memulai hidup baru dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama?

Beberapa tokoh di Alkitab juga mengalami hukuman dari Allah namun tidak sampai kehilangan nyawanya, contohnya Raja Daud. Raja Daud adalah orang yang sangat dikasihi Tuhan namun karena dosa mengambil istri saudaranya, Daud mengalami hukuman dari Allah, mulai dari kematian akan anak yang dikandung Batsyeba sampai kepada hidup dalam pelarian karena dikejar oleh musuh-musuhnya. Allah berbelas kasih dengan tidak mengambil nyawa Daud, dan menuntun Daud dan menguatkan Daud sehingga Daud dapat bermazmur bagi Tuhan, sekalipun dalam keadaan takut dan menderita.

Jadi, jangan salah kaprah dengan belas kasih dari Tuhan yang TIDAK berarti bahwa Tuhan meniadakan hukuman atas setiap perbuatan jahat yang telah dilakukan oleh manusia. Hukuman tetap diperlukan sebagai suatu sarana untuk mendewasakan kehidupan rohani manusia karena tanpa hukuman, manusia seperti anak manja yang tidak pernah merasa bersalah dan tidak pernah kapok ketika berbuat hal yang jahat, yang merugikan orang lain dan berdampak tidak baik bagi kesehatan jiwa dan rohaninya. Allah sungguh melimpahi kasihNya bagi manusia namun tidak meniadakan hukuman ketika manusia telah melakukan dosa.

Mungkin saja, hukuman itu terjadi untuk menyadarkan si pendosa untuk kembali ke jalan Allah, seperti hukuman yang dialami oleh Daud yang membuat dia kembali sadar akan dosanya, dan juga hukuman atas Ananias dan Safira yang menjadi pelajaran bagi jemaat yang lainnya untuk tidak melakukan tindakan dosa yang bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah belas kasih Tuhan nampak dalam bentuk hukuman yang mendatangkan keselamatan bagi jiwa-jiwa umat lainnya yang mungkin sedang tergoda untuk melakukan hal yang jahat.

Tuhan maha pengampun dan tak pernah mengingat-ingat kesalahan kita dengan catatan, kehidupan baru telah kita mulai dan telah kita jalani. Jika hari ini tobat, besok kumat (tobat kumat=tomat) maka sesungguhnya hal itu sedang mempermainkan rahmat pengampunan dan belas kasih Tuhan yang pasti akan mendatangkan hukuman dan dosa yang lebih besar lagi.

Demikianlah menurut permenungan saya bahwa belas kasih Tuhan tidak meniadakan hukuman bagi para pendosa; mengenai kapan dan bagaimana bentuk hukumannya, hanya Tuhanlah yang mampu menjawabnya, biarlah yang salah tetap menjalani hukuman yang sudah sepatutnya dia terima, marilah mewujudkan belas kasih Tuhan dengan tidak menghina atau menyebar fitnah dan kebencian pada orang yang bersangkutan (pendosa).

Saya percaya, Tuhan akan mengampuninya dengan catatan kehidupan baru harus dimulai dan dijalani dengan taat dan setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar