Dunia Suka Dibohongi, tapi Saya Tidak!

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Apa sih pentingnya penampilan?
Apa sih pentingnya berpakaian mewah, rapi dan cantik?

Pengalaman hari ini mengajarkanku betapa pentingnya suatu penampilan. Hari ini aku mengalami dua kejadian yang sangat membuatku jengkel. Manusia yang ku jumpai beneran tidak seperti manusia seutuhnya dan cenderung melihat sesamanya secara objektif. Hal ini sungguh membuatku jengkel, karena respon "dia" terhadapku sangat tidak bersahabat, tidak profesional dan tidak manusiawi sekali.

Aku yang terbiasa dengan pakaian casual cenderung sepele dengan penampilan, tidak makeup, tidak pakai sepatu bermerek, dan tidak mengendarai mobil yang mewah. Malah mirip seorang sales dengan kaos oblong, celana jeans dan sandal gunung lengkap dengan jaket gombrong kesukaanku. Sales Counter di toko jam yang ku kunjungi siang ini sungguh tidak profesional dan menganggap sepele kehadiranku. Saat aku bertanya ini dan itu dengan ciri khas para penggila diskon yang suka barang murah, hal itu membuat "dia "semakin menyepelekanku. Jam telah menunjukkan hampir jam 12 siang dan hal itu membuat cacingku berdemo ria sehingga membuat emosiku menjadi tidak stabil.

Adapun percakapan kami di siang tadi, sebagai berikut:
 "Kak, jam yang lagi promo di deal medan, barangnya apa ada di sini?", tanyaku. Dengan sedikit malas kakak itu menuju counter jam POLICE incaranku. "Yang mana kak jam yang kamu maksud?" dia balik bertanya padaku. "Aduh, sebentar ya aku buka hp dulu karena aku lupa-lupa ingat bentuk dan model jamnya" sambil berusaha membuka hp. Tiba-tiba seorang rekannya datang dan mencari sesuatu. "Dia" bertanya ke rekannya tersebut dan kemudian dia paham akan jam yang ku maksud. "Dia" menunjukkan jam tersebut padaku. Lantas aku bilang "keluarin dong, aku kan mau lihat barangnya, kalo aku suka jamnya; hari ini langsung ku beli" seruku masih dengan antusias. Disaat itu, ekspresi wajahnya sudah berubah entah karena lapar atau karena malas atau entah lah.

Aku memperhatikan dengan detail jam tersebut, sepertinya barang pajangan dan aku mau yang lebih baru lagi. Lantas aku bertanya "Apa ada barang lainnya?" tanpa menjelaskan maksud pertanyaanku. "Dia" mulai gusar dan menjawab dengan ketus "barangnya cuman itu kak" jawabnya dengan nada tinggi. "Kalo yang ini, aku gak mau" jawabku. "Masa kalian cuman punya satu stok aja? sementara ini lagi promo loh, dan pasti banyak peminatnya" sambungku. " Tidak ada kak" jawabnya dengan malas dan masih dengan nada tinggi. "Selain jam ini, ada lagi gak? jam police yang promonya mirip dengan jam police yang ada di deal medan?" tanyaku berusaha mencari tau manatau ada jam police tipe lain yang lebih kece dan murah. "Kakak lihat sendiri kan di website deal medan kan hanya satu jenis ini yang promo, yang lain tidak ada" jawabnya ketus. Dalam hitungan detik, tensiku langsung naik dan mengembalikan jam yang hampir ku beli itu sambil berkata "cara ngomongmu gak enak kali, ini lah jamnya, gak jadi ku beli" jawabku dengan suara yang bergetar. Bergetar karena aku menjaga supaya tidak lepas kendali; karena kalau lepas kendali, nanti pasti bisa heboh karena aku bisa ngomong sekasar-kasarnya yang bisa melukai harga dirinya. Makanya, aku coba redam amarahku dan berlalu pergi dan segera menyelesaikan transaksiku di deal medan yang kantornya terletak di  situ juga.

Pembicaraan kami tadi, tidak sesingkat seperti yang ku tuliskan di tulisanku ini. Ada kata-kata dan bahasa tubuhnya yang menganggap aku hanya pembeli bohongan. Mungkin karena penampilanku yang biasa-biasa ini , dia menyepelekan kemampuan daya beliku. Dan sebagai balasannya, aku tidak memaki "dia", aku tidak melaporkan "dia" ke bosnya, cukuplah aku tidak belanja di tempat "dia" yang tidak menghormatiku sebagai calon pembeli.

Dalam dunia bisnis, penampilan selalu nomor satu. Tak peduli, apakah yang wah itu belanja dengan kartu kredit atas namanya sendiri atau dengan kartu kredit atas nama orang lain. Sebenarnya tidak salah jika memperhatikan seseorang dari penampilan; yang salah adalah ketika kita menjudge seseorang dari penampilannya. Karena seseorang yang mampu tidak selalu berpakaian wah dan seseorang yang wah tidak selalu mampu membeli dengan kemampuannya sendiri. Dunia penuh dengan kebohongan dan manusia suka sekali dibohongi terutama di bohongi oleh penampilan. Ini pelajaran berharga buatku, untuk tidak menjadi seperti "dia" agar bisnis apapun yang ku jalani menjadi berkat bagi orang lain, alias berdampak baik bagi sesama dan bukan malah memperburuk keadaan/suasana hati orang lain.

Aku membalas tindakan buruk "dia" dengan belanja di tempat lain yang lebih profesional melayani calon pembeli; sekalipun calon pembelinya bertampang gembel seperti aku. Kalau mereka jeli sedikit memperhatikan barang-barang yang ku pakai; itu tidak semurah pikiran mereka dan aku selalu membeli dengan tunai dan tanpa kredit. Bukan untuk pamer, tapi cukuplah "dia" yang mirip dengan siapapun di dunia maya yang luas ini berhenti untuk menjudge seseorang dari penampilan dan belajarnya menjadi ramah, menjadi manusiawi yang penuh cinta, damai dan toleransi dengan manusia dalam bentuk apapun.

Kejadian kedua adalah Bank yang tidak perlu ku sebutkan namanya, dimana prosedur dalam bank itu terkesan bertele-tele dan tidak masuk akal dan sungguh memancingku untuk berbohong soal identitas, namun dasar orang jujur yang gak pandai nipu, dengan polosnya aku jawab rekening tujuan tempat duit setoranku siang ini adalah bukan milikku; dan dengan tegasnya mereka menyuruh mengisi formulir dan macam-macam deh. Niat baikku untuk membantu temanku untuk setor duit nyaris luntur, namun ku pertahankan demi pencapaian misi di siang ini. Bela-belain deh ngisi formulir, tidak cetak buku tabungan, dan bayar parkir mahal walau duit yang disetor cuman sejuta doang.

Inilah efek pencucian uang yang berimbas ke orang kecil seperti aku, yang dicurigai maksud dan setoran duitnya di siang ini. Kadang peraturan yang dibuat manusia sungguh tidak efektif dan efisien sehingga membuat orang-orang kecil khususnya aku, jadi malas nabung di bank yang punya segudang peraturan yang memusingkan seperti bank yang ku kunjungi di siang ini.

Peraturan ada untuk dilanggar, itu terjadi jika peraturan tersebut tidak tepat sasaran; seperti yang ku rasakan siang ini yang nyaris membuat aku menjadi pembohong, tapi untunglah suara hatiku lebih kuat dibanding logikaku. 

Kejadian hari ini, sungguh merupakan gambaran dunia yang sudah sangat jahat dengan pola perilaku yang menyusahkan orang lain; semoga semakin banyak manusia, jujur, bijak dan pemberani seperti Gubernur DKI Ahok, yang bisa menjadi contoh dan teladan nyata dalam dunia di zaman sekarang ini.

Don't judge by cover &
Buatlah peraturan yang tepat sasaran

Itulah dua pesan yang ku dapat lewat kejadian yang ku alami di siang ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar