Terburu-Buru Menjalani Kehidupan - Part 2

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Aktivitas selama masa sekolah selalu ngangenin. Dulu, sewaktu masih duduk di bangku sekolah, rasanya ingin sekali untuk cepat-cepat tamat dan menjadi seorang mahasiswa; karena dalam pikiranku: “menjadi seorang mahasiswa pasti menyenangkan karena sangat santai, tidak harus bangun pagi dan ngak perlu hafal satu buku untuk menjawab soal-soal ujian".

Sesampainya di bangku kuliah, rasanya penelitian ilmiah dan tugas akhir bagaikan batu berat yang harus di pikul untuk menyelesaikan studi di bangku kuliah. Rasanya seperti mayat hidup ketika harus menghadapi dosen penguji sewaktu meja hijau. Grogi yang dirasakan, nyaris bisa membuat lupa tentang tugas akhir yang disusun sendiri.

Dalam benakku, belajar adalah sesuatu yang membosankan, buku itu seperti sesuatu yang memuakkan yang enggan untuk di buka dan dipelajari kembali.

Kemalasan dan budaya terburu-buru pernah aku alami yang membuatku tak pernah sabaran dalam menunggu sebuah proses. Hal ini terus berlangsung bahkan di saat aku sudah dewasa dan memasuki dunia kerja. Aku ingin segala sesuatunya instan dan terjadi seperti kehendakku dan inilah yang menjadi batu sandungan buatku, sehingga aku harus ketinggalan kereta menuju kesuksesan seperti teman-teman seangkatanku.

Mungkin kesuksesan itu relatif tergantung dari cara pandang seseorang terhadap diri sendiri, tapi buatku sendiri sukses itu masih jauh karena aku perlu menyembuhkan diri dari budaya terburu-buru yang turut membentukku menjadi pribadi yang tidak tahan banting. Kemajuan teknologi belakangan ini juga turut mengambil peranan penting dalam menyebarluaskan budaya instan ini. Tanpa disadari, manusia sedang berjalan menuju budaya instan yang dapat merubah kepribadian seseorang menjadi agresif, iri hati, jahat, dan super duper egois.

Kebanyakan manusia enggan menaiki tangga untuk mencapai lantai atas. Maunya naik lift supaya cepat sampai. Kalau di bangunan tersebut ada lift,.. syukurlah! Tapi kalau tidak ada? Masa kita harus pindah rumah dan membuang kesempatan emas yang mungkin tersimpan di lantai atas bangunan tersebut...? Aku menyadari dulu, pernah melakukan banyak kesalahan karena menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam karir, dan saat ini aku hendak mengingatkan mereka yang sedang menuju lantai teratas dalam karir yang sedang dia bangun, untuk terus semangat dan bertahan sekalipun tantangan dan masalah sedang menumpuk.


Sukses itu ngak gampang dan perlu pengorbanan, dibutuhkan juga ketekunan dan keteguhan agar mampu bertahan dalam setiap badai yang dihadapi. Dan salah satu kiat untuk bertahan adalah keseimbangan dalam iman dan intelektual. Mengapa kita perlu iman yang terus bertumbuh? Jawabnya, agar intelektual yang kita miliki tidak menyesatkan kita dan membuat kita jauh dari kebahagiaan dan sukacita di balik kesuksesan. Karena salah satu kunci kebahagiaan adalah bersyukur dan bersyukur itu identik dan erat kaitannya dengan iman yang bertumbuh dan dewasa. Sementara, intelektual yang bertumbuh dan berkembang juga penting, karena tanpa ilmu pengetahuan maka mustahil untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas yang terus berkembang dan maju.

Aku berdoa bagi kamu dan diriku sendiri yang sedang meraih tangga teratas dari sebuah kesempatan yang sedang kita jalani masing-masing; jangan berhenti melangkah, jangan berhenti berjuang dan bertindak, dan barengilah semuanya dengan iman pada Tuhan agar sekalipun tidak sukses dalam hal materi di dunia; setidaknya kita bisa sukses dalam meraih mahkota surgawi.

Mari kita berjuang !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar