Ketelanjangan Asali (Original Nakedness)

Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Selain aspek kesendirian asali dan kebersatuan asali; manusia masih memiliki aspek ketiga sebagai akhir dari kisah penciptaan dalam kitab kejadian 2; dimana manusia memiliki aspek ketelanjangan asali. Kejadian 2:25: …Mereka, keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tapi tidak merasa malu”.
Santo Yohanes Paulus 2 merefleksikan kata telanjang dan tidak merasa malu dan menemukan suatu pengertian baru tentang tubuh manusia yang sungguh agung dan ilahi. Tubuh manusia sangat indah dan berharga dimana manusia pada awalnya melihat sesamanya sebagai subjek, lebih melihat ke pribadi seorang manusia sehingga menjadikan keduanya tidak merasa malu.

Berbeda halnya jika manusia memandang sesamanya sebagai objek maka, pasti akan tersirat rasa malu karena salah satu pihak akan merasa dimanfaatkan dan dijadikan sebagai objek/alat pemuas nafsu bagi manusia lainnya. Manusia awalnya diciptakan tidak seperti itu, manusia awalnya diciptakan dengan sempurna dan mampu melihat manusia lainnya sebagai subjek; sehingga tidak ada perasaan malu karena keduanya sungguh memiliki pesona yang indah yang patut untuk disyukuri dan dihargai.

Namun, karena dosa yang dilakukan oleh manusia pertama; manusia pada zaman sekarang ini tidak mampu bersikap dan bertindak seperti aspek ketelanjangan asali ini. Setiap manusia selalu melihat objektif terhadap sesamanya, sehingga hal ini menimbulkan kejahatan serius dan membuat manusia gagal untuk menampilkan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Dosa membuat manusia melupakan aspek ketelanjangan asali, sehingga lewat teologi tubuh yang digagaskan oleh Santo Yohanes Paulus 2; manusia diharapkan kembali sadar akan hakikatnya sebagai manusia yang secitra dengan Allah, dan berusaha untuk memandang seseorang sebagai subjek dan bukan sebagai objek/barang. Sehingga diharapkan agar tubuh sesama dipandang sebagai sesuatu yang agung dan ilahi karena; merupakan cerminan kehadiran Allah di dunia ini.

Aspek ketelanjangan asali ini tidak membenarkan nudisme yang suka bertelanjang bulat di depan umum. Karena manusia zaman ini sudah tercemar dosa sehingga cenderung memandang sesama manusia sebagai objek, sehingga dengan budaya nudisme malah membuat dosa semakin bertambah banyak; karena tubuh tidak dihargai dan dicemarkan dengan dipertontonkan di hadapan publik seperti sesuatu yang tidak berharga.

Manusia awalnya adalah telanjang karena tidak tercemar dosa, berbeda dengan manusia setelah pengusiran dari taman Eden, dimana manusia sudah tercemar dosa, sehingga ketelanjangan setelah keberdosaan ini akan membuka pintu dosa lainnya (jika manusia tidak kembali ke aspek ketelanjangan asali). Kita yang hidup di zaman sekarang ini perlu menyadari akan aspek ketelanjangan asali untuk mencegah dan mengurangi dosa akibat penyalahgunaan tubuh manusia; sehingga setiap kita diharapkan mampu untuk melihat manusia lainnya sebagai pribadi yang memiliki Allah dalam dirinya masing-masing (memandang manusia sebagai subjek).

Demikianlah ketiga aspek dasar penciptaan manusia di dunia ini oleh Sang Pencipta (Allah) yang menjadikan manusia sungguh unik, berharga, agung dan ilahi sehingga, sudah sepantasnya untuk dicintai bukan untuk digunakan demi kepentingan diri sendiri.

Marilah menjadi manusia seutuhnya seperti rancangan yang telah ditetapkan Allah bagi diri kita masing-masing sebagai manusia yang memiliki tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar