Ditulis Oleh: Irse Wilis
Jika kita memperhatikan bentuk resleting, sebenarnya bentuknya adalah SATU tetapi terdiri dari dua buah sisi yang berbeda, yang di satukan oleh kepala resleting. Sama seperti dua insan yang berlainan jenis yang dipersatukan dalam satu rel yaitu agama yang sama dalam sakramen perkawinan kudus, dimana Kristuslah yang mengepalai bahtera rumah tangga tersebut.
Tanpa kepala resleting..apakah resleting akan berfungsi? Tanpa Yesus yang menjadi fokus utama dalam sebuah perkawinan; hubungan tersebut akan sia-sia karena masing-masing insan melupakan Tuhannya dan lebih egois dalam mengapresiasikan cinta, mungkin dalam bentuk pengekangan terhadap pasangan, cinta objektif pada pasangan (menganggap pasangan sebagai pelampiasan nafsu/lust) atau dengan mengutamakan pasangan dibandingkan Tuhannya (pokoknya berdua saja… dan melupakan kebiasaan rohani yang menumbuhkan iman seperti doa bersama, misa bersama, atau pelayanan bersama)
Begitupula jika resleting tersebut dipandang sebagai sebuah hubungan persahabatan. Dua insan yang dipersatukan dalam hubungan persahabatan, jika tanpa Yesus; maka persahabatan itu akan sia-sia; hanya hura-hura, hanya menikmati kesenangan dunia dan melupakan tangan kasih Tuhan yang telah mempertemukan mereka.
Apakah ini berarti bahwa, kita tidak boleh menjalin persahabatan dengan teman yang beda agama? Menurut saya sah-sah aja kalo kita bersahabat dengan teman yang beragama lain. Tapi hubungan persahabatan tersebut tidak akan menumbuhkan iman kita, persahabatan tersebut tidak akan maksimal; malah semakin membuat kita abu-abu karena minyak dan air tidak akan pernah bersatu.
Jika dalam hidup ini kita mencari Tuhan..maka kita akan berusaha membangun hubungan yang akan menumbuhkan iman kita kepada Allah yang SATU; untuk itu sudah seharusnya pertemanan dimulai dengan teman-teman seiman yang sama-sama saling belajar untuk lebih mencintai Tuhan yang kita kasihi.
Kembali ke resleting.. yang terdiri dari rel yang menyatukan, dengan kepala yang satu, begitu pula hidup kita yang berbeda ini (ada pelajar, karyawan, guru, mahasiswa, dll) disatukan dalam gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, menjadi sebuah keluarga kerajaan Allah dimana Kristuslah yang menjadi kepalanya.
Sebuah komunitas adalah wujud nyata keluarga kerajaan Allah yang berusaha membangun karakter yang semakin menyerupai Kristus. Lebih fokus kepada mencintai tubuh sendiri dan orang lain sebagai wujud nyata kasih kepada Allah.
Resleting yang berfungsi baik akan mendatangkan manfaat bagi pengguna resleting tersebut, demikian pula sebuah hubungan akan terasa maknanya jika telah berfungsi sesuai dengan hakikatnya. Untuk itu, perlu melihat ke dalam hubungan masing-masing apakah sungguh-sungguh menghadirkan Kristus dalam setiap harinya, ataukah malah berjalan masing-masing tanpa arah yang jelas, ibarat resleting yang memiliki kepala dan berfungsi sebagai resleting atau malah sebagai resleting yang tidak mempunyai kepala dan hanya merupakan hiasan demi kesenangan, gengsi atau topeng untuk menutupi sesuatu hal.
Marilah kita renungkan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar