Remaja memiliki emosi yang tidak stabil. Terlebih kalo kepribadian seseorang itu adalah moody. Sebentar saja bisa berubah menjadi amarah, ketika segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dikehendakinya.
Dulu, sewaktu zaman SMP, aku sudah terbiasa bergaul dengan cowok atau cewek. Banyak teman membuatku bahagia dan bangga, layaknya artis yang setiap kali lewat di depan kelas teman yang lain, aku pasti akan mendapat sapaan atau teguran.
Pagi itu, anak cowok di kelas tetangga berusaha menggodaku, itu sangat menjengkelkan...! Anak dulu, tidak kalah liar dengan anak sekarang; yang saat itu berusaha menyentuhku walau cuman bahu doang. Aku, yang bertemperamen tinggi dan kasar, mengambil sapu dan berantem dengan mereka. Seketika kelas tetangga jadi riuh seperti kemasukan maling. Aku yang notabene bukan penghuni kelas itu pun lantas tarik diri, ketika telah puas memukuli teman cowokku, yang ku nilai brengsek itu.
Emosiku sangat tidak stabil saat usia remaja. Sering berantem dengan teman, walau hanya dalam lingkup sekolah aja. Aku tidak suka digoda secara verbal atau non verbal. Paling tidak tahan melihat tatapan mesum teman cowokku yang seperti hendak menelanjangiku. Kelakuan teman cowokku masa itu sangat keterlaluan. Aku tidak bisa mengerti mengapa otak mereka penuh dengan hal mesum.
Aku memang sudah mempelajari biologi, sudah tau bahwa cowok dan cewek tuh beda, sudah tau bahwa hormon cowok dan cewek itu berbeda, sudah tau bahwa cowok lebih cepat terangsang secara visual sementara cewek lebih cepat terangsang ke hal-hal non visual contohnya rayuan gombal, puisi melankolis, janji-janji manis,dsb.
Sudah tau secara biologi saja tidak cukup membendung emosiku saat teman-temanku berusaha menggodaku. Aku tidak dapat mentolerir kejahilan mereka.
Dulu, pengajaran TOB belum disampaikan ke kami. Seandainya, TOB sudah ku ketahui sejak dulu, mungkin aku tidak akan berbuat kasar terhadap teman cowokku. Mungkin, aku tidak akan membenci teman-temanku yang genit. Dan mungkin aku berusaha mengajak mereka untuk mengenal TOB sehingga tidak berkelakuan genit lagi. Ya... aku hanya bisa berandai-andai.
Dorongan seksual itu murni dan kudus adanya. Setiap manusia normal pasti merasakan gejolak ini, terlebih sewaktu puber, gejolak ini terasa begitu kuat. Sebagai manusia yang berakhlak, hendaknya mampu mengontrol gejolak ini dengan cara berpikir positif, memiliki kacamata positif ketika melihat sesama, bukan malah memakai kacamata transparan yang seolah-olah menelanjangi manusia yang ada di sekitarnya.
Manusia remaja hendaknya membangun relasi intim dengan Tuhan Yesus agar, mampu mengendalikan diri atas nafsu kedagingan (amarah, gosip, rakus, malas, dll) yang dimilikinya, agar memiliki pemahaman yang benar tentang tubuh manusia yang bukan hanya seonggok daging yang tidak memiliki arti.
Dorongan seksual itu terjadi karena pada dasarnya manusia tercipta untuk MEMBERI DAN MENERIMA. Dalam hal ini, perempuan adalah pihak yang menerima cinta Tuhan, dan laki-laki merupakan pihak yang memberi seperti Kristus yang memberi diriNya bagi mempelaiNya (gerejaNya).
Dorongan seksual itu terjadi karena pada dasarnya manusia tercipta untuk MEMBERI DAN MENERIMA. Dalam hal ini, perempuan adalah pihak yang menerima cinta Tuhan, dan laki-laki merupakan pihak yang memberi seperti Kristus yang memberi diriNya bagi mempelaiNya (gerejaNya).
Jadi, perlu dipahami bahwa dorongan seksual itu adalah BUKAN sesuatu yang najis, jahat, sesat, buruk dan dosa. Dorongan seksual itu murni dan kudus sebagai bentuk nyata cinta Tuhan kepada manusia. Namun, yang terjadi sekarang ini adalah jauh dari hakikatnya, jauh dari tujuan penciptaan oleh sang Pencipta yang mana manusia begitu mendewakan dorongan seksualnya, untuk membuktikan diri bahwa dia dewasa, bahwa dia mengenal cinta, bahwa dia berkuasa atas dirinya.
Orang Muda Katolik yang kebanyakan sudah lupa diri, kini diingatkan kembali oleh St. Yohanes Paulus II lewat teologi tubuh. Bagaimana tubuh kita ini, sangat bernilai dan bukan cuman objek yang harus dipuaskan terus menerus dengan berbagai adiksi, yang mirip seperti karet gelang yang diikatkan di ujung jari; dimana adiksi tersebut mengikat kita dan membuat kita tidak mampu merasakan cinta sejati, yang secara nyata mampu memenuhi tangki cinta kita sebagai manusia.
Jika kamu memiliki kekosongan karena terlalu lama terikat dengan dosa, Atau melanggar kodrat sebagai laki-laki atau perempuan, mendukakan Allah dengan rasa depresi dan membenci kehidupan, jika merasa hebat dan mengagungkan kepandaianmu sebagai manusia yang terbatas, sudah saatnya kamu berbalik dan menyadari hakikatmu berada di dunia ini, kenali dan pelajarilah teologi tubuh/TOB, maka cara pandangmu terhadap tubuh dan kehidupan akan jauh lebih positif.
Ayo berubah jadi lebih baik..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar