Ditulis Oleh: Irse Wilis
Melihat manusia apakah bisa terlepas dari tubuhnya? Apakah manusia dapat dikatakan manusia jika tidak memiliki tubuh? Apakah hewan bisa dikatakan sebagai hewan jika tidak memiliki tubuh? Apakah tumbuhan dikatakan tumbuhan jika tidak memiliki tubuh (batang, ranting, akar dan daunnya)?! TENTU SAJA jawabnya adalah TIDAK. Baik manusia, hewan atau tumbuhan dikatakan sebagai makhluk hidup jika memiliki TUBUH.
Tubuh memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia adalah gambaran rupa Allah, Inilah yang membuat manusia lebih istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Dan yang lebih terpenting adalah manusia memiliki Roh Allah yang membuatnya menjadi sebuah pribadi. Inilah hal unik yang tidak dimiliki oleh makluk hidup lainnya.(Bdk Kejadian 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.", Kejadian 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.)
Menjadi gambar dan rupa Allah serta memiliki Roh Allah dalam dirinya, membuat manusia mampu mengasihi sesama (manusia dan segala ciptaan Tuhan lainnya) karena Allah adalah kasih. (1Yohanes 4:8b). Kasih dalam diri manusia adalah salah satu CIRI KHAS Allah yang tidak dimiliki oleh makluk lainnya. Karena kasih itulah yang membuat manusia memiliki pertimbangan, budi pekerti dan akhlak yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Hal itu pulalah yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang mulia dan berharga.
Tubuh manusia memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Tubuh perempuan pasti berbeda bentuknya dengan tubuh pria. Tubuh manusia merupakan gambaran pribadi seseorang. Kita bisa menilai seseorang dari tubuhnya. Apakah tubuhnya memancarkan apa yang tidak kelihatan (Tuhan)? Apakah tubuhnya menjadi berharga seperti tujuan awal penciptaannya? Tubuh manusia mengalami pengertian yang salah ketika manusia di usir keluar dari taman Eden. Inilah yang membuat manusia sekarang melihat sesamanya sebagai objek, bukan sebagai subjek/sebagai pribadi yang memancarkan keIlahian.
Mungkin sebagai awam biasa seperti saya akan bertanya-tanya: bagaimana bisa melihat Kristus dalam diri seorang pengemis? Bagaimana melihat Kristus dalam diri seorang pezinah? Bagaimana melihat Kristus dalam tubuh penjahat yang tega menghabisi nyawa sesamanya manusia?. Sebelum saya mengerti akan pengertian tubuh yang dipaparkan dalam ajaran teologi tubuh, sangat sulit melihat sosok Kristus dalam diri orang yang jahat. Terdapat gap yang sangat luas yang membuat saya menjauhi mereka yang saya anggap berbeda dengan saya. Pemahaman akan ajaran Yesus yang tertuang dalam kitab suci tidak serta mampu memutar pengertian saya tentang tubuh para penjahat masa kini.
Namun di teologi tubuh ini, saya diingatkan kembali tentang dasar penciptaan manusia itu apa. Dan bagaimana manusia itu pada awalnya. Sekarang, saya bisa mengerti bahwa kebanyakan orang tidak menghargai tubuhnya, adalah karena sudah lupa akan konsep penciptaan awalnya; sebagai makhluk mulia yang memancarkan keIlahian Sang Pencipta. Manusia lupa bahwa tubuhnya berharga, saking berharganya tubuh manusia; tubuh yang lemah tersebut selalu dan akan selalu menjadi target sasaran utama iblis, untuk menjauhkan manusia dari Sang Pencipta. Iblis tidak rela jika manusia mengabdi pada Allah sehingga dia selalu menyerang tubuh kita ini (melalui hasrat kedagingan yang tinggi).
Jadi, setelah kita mengingat kembali betapa berharganya tubuh ini, sudah saatnya kita BERBALIK dari cara pandang yang salah menuju cara pandang yang benar yang sedari awal sudah ditetapkan Tuhan; bahwa kita manusia yang memiliki tubuh HARUS memancarkan Allah, yaitu Roh Allah yang bersemayam dalam diri kita masing-masing, bukan malah pergi menjauh dan mengikuti ajakan iblis. Jika ingin bahagia, dekatilah sumber kebahagiaan sejati BUKAN berlari pada kebahagiaan semu yang ditawarkan iblis.
Sekalipun tubuh kita tidak sempurna seperti cacat, bukan berarti Roh Allah dalam diri kita pun berkurang seperti cacat yang kita alami. Roh itu tidak berbentuk dan pastinya tidak akan separoh-separoh makanya tidak mengherankan banyak orang yang cacat tubuhnya TAPI sungguh sempurna memancarkan kasih Tuhan, lewat semangat untuk berjuang, melayani dalam pujian dan pengajaran, bekerja dengan semangat, dan lain-lain. Sungguh nyata Firman yang tercatat dalam Matius 25:40 “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”, Firman ini menunjukkan bahwa Allah sungguh hadir dalam diri orang yang miskin, cacat atau hina.
Kesimpulannya: sebagai manusia yang memiliki tubuh yang sempurna atau tidak sempurna, setiap manusia terpanggil untuk memancarkan kasih Allah yang sudah mulai redup akibat manusia lebih memilih kebahagiaan semu dibandingkan kebahagiaan sejati. Setiap manusia memiliki tubuh yang sangat berharga sebagai sarana untuk memancarkan kasih Allah bagi dunia ini. Untuk itu, marilah lebih menghargai tubuh sebagai sarana penting untuk mewujudkan Allah yang hidup, BUKAN malah menganggap tubuh ini hanya seonggok daging yang akan mati dan hancur.
Saya dan semua pembaca tulisan ini adalah sangat berharga di mata Tuhan. Sadarilah hal itu.. agar kita bisa bahagia dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar