Ditulis Oleh: Irse Wilis
Belakangan ini topik yang sangat banyak dipergunjingkan adalah perihal LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Topik ini sangat sensitif dan sangat riskan untuk dibahas, namun melihat argumen yang berkembang luas di dunia maya atau nyata, saya jadi terpacu untuk memberikan komentar dari sudut pandang saya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.
Kebanyakan komentar yang berkembang di dunia maya sangat provokatif, dan berusaha menang sendiri dan jauh dari kasih sebagai manusia yang memang diciptakan untuk saling mengasihi. Banyak hal yang membangun opini sendiri/kelompoknya tanpa dibekali dengan pemahaman dan pengalaman mendalam mengenai kasus tertentu.
Saya sebagai awam pernah bergaul dengan komunitas lesbian di dunia maya. Keingintahuan saya untuk mengenal mereka membawa saya memasuki komunitas mereka, untuk mengenal mereka lebih dalam. Taukah Anda apa yang mereka alami dan rasakan?. Tidak semua lesbian yang saya kenal di grup itu memiliki hidup yang kacau, berantakan, ibarat cahaya yang redup. Banyak diantara mereka yang sukses, dan berhasil membina rumah tangga yang mandiri, bekerja dengan jabatan yang sangat baik dan pastinya sudah hidup mapan dan mandiri.
Kehidupan para lesbian yang saya kenal, tidak seperti yang terlihat di berita kriminal tentang para pasangan LGBT yang kerap berbuat kriminal, seperti kekerasan (kasus seorang perempuan lesbi di IBBI Medan yang menyayat muka temannya), pelecehan seksual (Saiful Jamil yang sedang menjadi Hot News), penipuan (perempuan yang nyamar jadi cowok, menikah, kemudian ketahuan dan ditutut oleh istrinya-Koran Analisa) narkoba (sebagai pengedar, pemakai), prostitusi dan lain-lain.
Jika ditelusuri, kehidupan kaum LGBT penuh dengan hal-hal berbau kriminal karena mereka hidup dalam tekanan diri sendiri dan dari lingkungan sekitarnya. Tidak semua kaum LGBT adalah pure memiliki orientasi seksual yang demikian. Ada yang sekedar ikut-ikutan karena ingin numpang hidup dengan kaum LGBT yang kebanyakan sudah mapan, ada yang masih labil dan berusaha menolak kenyataan akan hasrat seksualnya yang sejenis/dua jenis, ada juga yang pura-pura menjadi kaum LGBT hanya untuk menciptakan kekacauan dari hal yang dianggap kacau ini.
Opini publik yang terbentuk untuk kaum ini sangat buruk, sehingga tidak salah juga sih jika kaum heteroseksual sangat mengecam keberadaan kaum ini. Namun, sebagai sesama manusia mari belajar memahami orang lain dan posisikan diri Anda sebagai mereka. Kehidupan mereka SALAH jika kehidupan mereka HANYA menyangkut dorongan seksual, cinta objektif, dan tindakan jahat lainnya. Jadi, selagi mereka tidak melakukan cinta objektif, mereka tidak layak disebut sebagai kaum hina. Karena mereka juga sama seperti saya dan anda semua yang merupakan makhluk istimewa ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang memiliki hak untuk mencintai dan dicintai.
Jika mempelajari kitab suci masing-masing; dalam hal ini saya akan mengambil kutipan dari kitab suci yang saya percayai, Yohanes 15:12: Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Adakah Yesus berpesan bahwa kasih kita hanya untuk mereka yang kelaminnya berbeda dengan kita? Adakah kasih itu terbatas hanya untuk kaum tertentu? Demikian juga para kaum LGBT, mereka tidak salah dalam hal mengasihi sesamanya (RASA), yang salah adalah PERBUATAN mereka yang tidak mencerminkan kasih. Perbuatan yang menentang kebenaran/kodrat sebagai laki-laki dan perempuan, perbuatan yang mengutamakan hal-hal yang berbau seksualitas. Apakah kasih dengan sesama jenis harus dikaitkan dengan hasrat seksual? Sama seperti laki-laki dan perempuan yang berteman apakah harus dihubungkan dengan hasrat seksual? Kalau iya, maka pelecehan seksual, seks bebas dan aborsi adalah sebagian dari dosa yang siap menanti di ambang pintu kehidupan manusia tersebut.
Jika melihat teori gen yang diagungkan oleh kaum LGBT (klik referensi), emang masuk akal banget sih, apa yang dibahas di teori tersebut. Bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk mencintai laki-laki atau perempuan. Jadi, jika seseorang memiliki kecenderungan untuk menjadi salah satu kaum LGBT, jangan pernah lupa bahwa memiliki gen/kromosom yang menjadikan Anda seperti itu bukan berarti, hal itu merupakan lampu hijau buat Anda untuk hidup menikah dengan pasangan sejenis Anda. Itu merupakan salib yang harus Anda pikul untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Jika Anda mengejar kekudusan maka cinta pada pasangan anda jangan membawa kepada dosa nafsu/lust. Cintailah dengan cinta yang sebenarnya yang tidak hanya menyangkut urusan seksualitas saja. Jika mampu mengendalikan diri terhadap godaan dosa lainnya, maka yakinlah hidup tertekan yang Anda alami tidak akan membawa Anda menjauhi Terang yang sebenarnya.
Saya bisa empati dengan kaum LGBT karena tidak semua dari mereka adalah orang yang jahat. Walau sebagian besar dari mereka sering/pernah berbuat jahat, namun ada beberapa hal yang sama seperti kaum heteroseksual yang hidupnya tenang, damai, religius, mapan dan bahagia. Bagi mereka yang telah menjalani rumah tangga sejenis, saya tidak akan menjadi hakim untuk mereka, karena yang berhak untuk memutuskan benar dan salah adalah Tuhan yang maha Agung, Adil dan Mulia sesuai dengan yang mereka yakini. Jika, mereka tidak merasakan kebahagiaan dan ketenangan, maka dapat dipastikan mereka hidup dalam kepura-puraan yang seolah-olah menghadirkan Tuhan dalam hubungan yang mereka bina dan bangun, ya..hanya merekalah yang tau apakah kehidupan yang telah mereka bina sudah menghadirkan Tuhan atau belum.
Bagi kaum heteroseksual, berhentilah menjudge mereka dengan statement yang diskriminatif seolah-olah Anda tidak menginginkan kehadiran mereka. Ingat kembali, bahwa di dunia ini terdapat berbagai hal yang baik dan buruk, karena kalau yang baik saja itu namanya surga, dan sebaliknya jika yang terjadi adalah hal negatif saja, itu namanya neraka. Dunia tempat kita berpijak ini memiliki banyak hal baik dan buruk. Jadi, hal yang wajar jika keberadaan mereka menjadi nyata di dunia ini. Siapalah saya dan Anda..yang berhak menghakimi mereka sebagai kaum pendosa?
Sekali lagi, Tindakanlah yang salah dalam menilai kaum LGBT. Orientasi seksual mereka tidak salah karena memang secara ilmiah kromosom manusia bisa tercipta seperti itu (kecenderungan untuk mencintai sejenis lebih tinggi dibandingkan dengan yang beda jenis). Saran dan solusi saya bagi kaum LGBT adalah lebih mendalami agama agar makna kehidupan bisa dipahami dan diterapkan. Cukuplah berteman dengan orang yang Anda sukai dan jangan membawa nafsu dalam hubungan sisterhood/broterhood yang telah terbina. Karena kasih tidak melulu soal seksualitas saja dan kasih itu harus lebih luas untuk semua makhluk di dunia; dengan kata lain lebih baik hidup membaktikan diri bagi kerajaan Allah, dibandingkan sibuk untuk menentang kebenaran yang sesuai hakikat penciptaan manusia di dunia ini.
Dan bagi kaum heteroseksual, membenci kejahatan dan dosa itu adalah HARUS tapi itu bukan berarti menebar kebencian, kekerasan, pelecehan terhadap kejahatan tersebut. Karena jika demikian, apalah bedanya Anda dengan mereka yang berbuat jahat tersebut? Jika Engkau adalah anak Allah maka kasih Allah akan memancar dari dirimu, lewat tindakan, perkataan dan kehidupanmu sehari-hari. Tuhan TIDAK pernah tidur dan diam terhadap kelaliman yang terjadi, ingatlah bahwa pembalasan adalah haknya Tuhan bukan hak kita, jadi mengapa kita harus menjadi hakim untuk sesama kita?!
Lebih melihat ke dalam diri sendiri..ke dalam hidup sendiri maka kasih, damai dan sukacita akan terus mengalir di dunia ini.
Mari berusaha menjadi manusia seutuhnya.
Mari berusaha menjadi manusia seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar