Ditulis Oleh: Irse Wilis
Kami yang tidak memiliki mobil, memilih menggunakan dua buah sepeda motor untuk jalan menuju tempat itu. Angin yang berhembus di sore itu, terasa lembut menerpa mukaku. Aku masih ingat kejadiannya sekitar lima belas tahun yang lalu ketika, aku masih remaja yang sangat labil dan butuh kasih sayang penuh dari keluargaku.
Momen seperti ini adalah momen yang paling ku nanti setelah seminggu lebih menjalankan rutinitasku di sekolah dan membantu mama di toko. Kebersamaan di keluarga sangat penting dan turut membentuk karakterku menjadi seorang manusia seutuhnya. Yang memiliki perasaan, pengertian dan pendidikan yang sepatutnya diterima oleh anak remaja seusiaku.
Melihat remaja di kota besar saat ini, terlebih yang sangat minim interaksinya dalam keluarga, sungguh terdapat perbedaan mencolok dalam cara bersosialisasinya. Beberapa teman saya, yang masih remaja cenderung menunjukkan kepribadian yang anti sosial, egois, dan emosional. Contoh: seorang remaja yang suka sekali foto dengan semua anggota di sebuah komunitas dan ketika keinginan tersebut tidak terpenuhi, dia akan marah dan bersikap sedikit kasar. Ada juga yang haus akan perhatian yang cenderung overacting dari bahasa tubuh atau dari perkataannya. Ada juga yang mati rasa seperti tidak merasa bersalah ketika telah menyakiti teman dengan ucapan atau perbuatannya.
Beberapa perilaku dari remaja yang aku kenal kadang sempat membuat emosiku bergejolak, tapi syukur pada Tuhan pengertian tentang manusia dan tubuh manusia yang aku peroleh dari teologi tubuh, dapat mengubah pikiranku tentang manusia dan membuatku lebih toleran terhadap sikap aneh remaja yang ku kenal dan temui.
Keluarga adalah hal terpenting dalam pembentukan karakter seseorang. Karena keluarga adalah tempat pertama yang kita kunjungi setelah kita hadir di dunia yang luas ini. Keluarga yang dimaksud adalah kumpulan orang yang kita jumpai dan bersama dengan kita dalam memulai hidup ini. Keluarga yang baik akan membentuk perilaku yang baik bagi anggota keluarga, sekalipun anggota keluarganya memiliki gen yang menjadikan dia sebagai seorang yang temperamental.
Sama seperti buah mangga yang belum mateng; ketika dibiarkan di tempat biasa, tidak akan mempercepat kematangan buah tersebut. Tapi coba simpan dalam lingkungan yang pas seperti di dalam beras, maka buah mangga tersebut akan lebih cepat mateng. Begitu juga manusia, ketika berada di lingkungan religius, akan membuat karakter si anak >=50% lebih religius dibanding anak seusianya. Lingkungan keluarga tersebut akan membentuk karakter dasar dari anak tersebut. Sekolah dan lingkungan luar mungkin akan mengubah karakter anak tersebut tapi tidak mengubah dasarnya.
Momen seperti ini adalah momen yang paling ku nanti setelah seminggu lebih menjalankan rutinitasku di sekolah dan membantu mama di toko. Kebersamaan di keluarga sangat penting dan turut membentuk karakterku menjadi seorang manusia seutuhnya. Yang memiliki perasaan, pengertian dan pendidikan yang sepatutnya diterima oleh anak remaja seusiaku.
Melihat remaja di kota besar saat ini, terlebih yang sangat minim interaksinya dalam keluarga, sungguh terdapat perbedaan mencolok dalam cara bersosialisasinya. Beberapa teman saya, yang masih remaja cenderung menunjukkan kepribadian yang anti sosial, egois, dan emosional. Contoh: seorang remaja yang suka sekali foto dengan semua anggota di sebuah komunitas dan ketika keinginan tersebut tidak terpenuhi, dia akan marah dan bersikap sedikit kasar. Ada juga yang haus akan perhatian yang cenderung overacting dari bahasa tubuh atau dari perkataannya. Ada juga yang mati rasa seperti tidak merasa bersalah ketika telah menyakiti teman dengan ucapan atau perbuatannya.
Beberapa perilaku dari remaja yang aku kenal kadang sempat membuat emosiku bergejolak, tapi syukur pada Tuhan pengertian tentang manusia dan tubuh manusia yang aku peroleh dari teologi tubuh, dapat mengubah pikiranku tentang manusia dan membuatku lebih toleran terhadap sikap aneh remaja yang ku kenal dan temui.
Keluarga adalah hal terpenting dalam pembentukan karakter seseorang. Karena keluarga adalah tempat pertama yang kita kunjungi setelah kita hadir di dunia yang luas ini. Keluarga yang dimaksud adalah kumpulan orang yang kita jumpai dan bersama dengan kita dalam memulai hidup ini. Keluarga yang baik akan membentuk perilaku yang baik bagi anggota keluarga, sekalipun anggota keluarganya memiliki gen yang menjadikan dia sebagai seorang yang temperamental.
Sama seperti buah mangga yang belum mateng; ketika dibiarkan di tempat biasa, tidak akan mempercepat kematangan buah tersebut. Tapi coba simpan dalam lingkungan yang pas seperti di dalam beras, maka buah mangga tersebut akan lebih cepat mateng. Begitu juga manusia, ketika berada di lingkungan religius, akan membuat karakter si anak >=50% lebih religius dibanding anak seusianya. Lingkungan keluarga tersebut akan membentuk karakter dasar dari anak tersebut. Sekolah dan lingkungan luar mungkin akan mengubah karakter anak tersebut tapi tidak mengubah dasarnya.
Contohnya: saya yang dibesarkan dalam keluarga pedagang. Rata-rata keluarga besar saya adalah para pedagang yang kesehariannya sangat identik dengan jual beli. Dari kecil saya sudah berkenalan dengan uang. Sewaktu SD saya terbiasa membantu mama berjualan di toko. Kedekatan saya dengan uang membuat saya lebih bijak dalam mengelola keuangan saya. Karena sudah terbiasa dengan masalah-masalah keuangan seperti hutang dagang yang harus ditutupi dengan hasil penjualan. Jadi, kalau hasil penjualan jelek maka harus antisipasi misalkan mengundur waktu jatuh tempo giro, menambah kredit, atau penjualan dengan diskon agar uang penjualan cepat cair guna menutupi hutang yang sudah jatuh tempo. Karena sering bergelut dengan hal seperti ini, maka sewaktu saya hidup sebatang kara dan tidak punya penghasilan memadai, tidak serta merta membuat saya menjadi jatuh miskin dan kelaparan sampai berhari-hari. Dan ketika saya mempunyai lingkungan kerja yang baik yang lebih sejahtera tidak serta merta membuat saya menjadi pribadi yang boros dan tidak teratur. Dasar dari keluarga 80% membentuk karakter saya yang lebih bijak mengelola keuangan. Ini sharingan dari pengalaman saya tentang pengaruh keluarga dalam pembentukan karakter anak.
Melihat zaman ini, dimana masing-masing keluarga sangat sibuk mencari duit dan lupa mengasuh anak, maka tidak mengherankan jika anak-anak bertumbuh menjadi manusia yang setengah manusiawi. Ada kekosongan dalam diri anak-anak. Mungkin akibat cinta berlebihan dari orangtua (manja,pingitan,dll) atau kekurangan cinta dari orangtua (broken home,yatim piatu,dll). Anak-anak terbentuk dengan pola didik yang salah. Masing-masing orang tua atau yang berperan sebagai orang tua tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai orangtua. Orangtua tidak hanya menghasilkan harta (anak) tapi harus menjaga dan memelihara harta tersebut. Sama seperti Tuhan, menciptakan bumi dan segala isinya untuk dijaga dan dipelihara dan bukan untuk dimanfaatkan doang. Orang tua yang baik akan seperti Kristus yang mencintai gereja. Mengapa harus seperti Kristus? Karena dalam pernikahan orangtua telah dipersatukan dan harus menjadi Kristus bagi dunia (termasuk keluarga yang dibentuknya). Menjadi seperti Kristus adalah meneruskan tugas penciptaan dan pemeliharaan kehidupan, karena Tuhan membentuk bumi dan segala isinya untuk kelangsungan hidup manusia dan bukan untuk kebinasaan. Jadi, sebagai orang tua yang baik bukan berarti harus menyibukkan diri dengan mencari materi sehingga lupa untuk mengasihi anggota keluarga akibat kesibukan dunia.
Apabila kasih yang dicurahkan terlalu berlebihan maka kasih itu tidak akan menjadi murni karena telah bercampur dengan ego (keinginan pribadi) orang tua. Sekalipun orang tua adalah wakil Kristus, hal tersebut tidak berarti bahwa orangtua harus mensetting masa depan anggota keluarganya. Karena sama seperti Tuhan tidak pernah mengekang manusia, maka kasih yang murni adalah kasih yang membebaskan. Bebas bukan berarti menjadi cuek, bebas yang dimaksud adalah kebebasan dalam melakukan kehendak baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Orangtua wajib mengasihi dengan murni, dan melakukan pengendalian yang mengarahkan anggota keluarga ke hal-hal yang baik yang mengarah kepada kasih dan kehidupan. Sama seperti Allah yang mengasihi manusia, dengan cinta yang murni dan membebaskan dan tetap memantau manusia, dimana Tuhan tidak akan diam ketika kelaliman terjadi dan tidak menutup telinga ketika jeritan penderitaan terdengar, begitu pula harapan pada orang tua untuk tetap memantau tumbuh kembang anggota keluarga sampai anggota keluarga tersebut dewasa dan menjadi manusia seutuhnya.
Saya pribadi merasa keluarga adalah hal yang terpenting dalam hidup ini karena keluarga adalah tempat pertama saya ketika berada di dunia ini. Jadi, bisa dibayangkan bukan?! Jika keluarga yang tidak murni dalam kasih kepada sesama anggota keluarga, akan dibawa kemana bahtera rumah tangga tersebut?!
Marilah kita refleksikan sendiri ...
like..
BalasHapusSemoga banyak jiwa tersentuh akan hal ini..
God bless u..
Semoga masing-masing orang berperan sesuai dengan kodratnya ya.. supaya dunia kembali teratur dan penuh kasih.. thx uda mampir ya Ivone Gunawan
Hapus