Manusia memiliki banyak sekali pertanyaan dalam hidupnya. Adalah hal yang aneh jika manusia tidak pernah menanyakan arti kehadirannya di dunia ini. Mungkin ketika umur anak-anak dan remaja, hal ini tidak pernah terpikirkan karena manusia masih menikmati masa-masa bahagia ibarat honeymoon; manusia muda tidak mendapat banyak tekanan sehingga pertanyaan seperti itu tidak pernah datang mengusik kehidupan mereka.
Masuk fase dewasa, sebagian orang sudah mulai mengalami banyak tekanan yang membuat mereka banyak bertanya; apalagi kalau keinginan mereka belum tercapai sementara jalan masih panjang. Kelelahan menjalankan rutinitas pun dapat menyebabkan orang menjadi bertanya-tanya..untuk apa sih.. aku hidup di dunia ini?
Jika membaca kitab Kejadian pasal 1 dan pasal 2, yang memuat tentang kisah penciptaan dunia; mungkin bagi sebagian orang, kisah ini adalah kisah yang biasa dibacakan setiap tahunnya. Akibat merasa biasa, sering sekali makna terdalam dalam cerita tersebut terlupakan dan terabaikan. Santo Yohanes Paulus kedua yang punya pemikiran mendalam, membantu menjawab pertanyaan dasar manusia tentang arti kehadirannya di dunia ini lewat teologi tubuh yang digagaskan olehnya.
Tuhan Allah merupakan cinta sejati yang mewujudkan cintaNya pada manusia pertama yang diciptakanNya yaitu: Adam. Tuhan Allah mencintai kehidupan sehingga menciptakan sebuah kehidupan untuk makhluk yang dicintaiNya ini. Dan manusia yang adalah gambar dan rupa Allah memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari segala makhluk lainnya yang ada di taman Eden saat itu. (Alasannya dapat dilihat pada pembahasan lainnya). Manusia pertama menerima cinta Tuhan yang telah menjadikanNya, itulah HAKIKAT PERTAMA dan UTAMA kita di dunia ini adalah untuk menerima cinta Tuhan dan membalas cintaNya. (Bdk Kejadian 1:28: Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.")
Masuk fase dewasa, sebagian orang sudah mulai mengalami banyak tekanan yang membuat mereka banyak bertanya; apalagi kalau keinginan mereka belum tercapai sementara jalan masih panjang. Kelelahan menjalankan rutinitas pun dapat menyebabkan orang menjadi bertanya-tanya..untuk apa sih.. aku hidup di dunia ini?
Jika membaca kitab Kejadian pasal 1 dan pasal 2, yang memuat tentang kisah penciptaan dunia; mungkin bagi sebagian orang, kisah ini adalah kisah yang biasa dibacakan setiap tahunnya. Akibat merasa biasa, sering sekali makna terdalam dalam cerita tersebut terlupakan dan terabaikan. Santo Yohanes Paulus kedua yang punya pemikiran mendalam, membantu menjawab pertanyaan dasar manusia tentang arti kehadirannya di dunia ini lewat teologi tubuh yang digagaskan olehnya.
Tuhan Allah merupakan cinta sejati yang mewujudkan cintaNya pada manusia pertama yang diciptakanNya yaitu: Adam. Tuhan Allah mencintai kehidupan sehingga menciptakan sebuah kehidupan untuk makhluk yang dicintaiNya ini. Dan manusia yang adalah gambar dan rupa Allah memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari segala makhluk lainnya yang ada di taman Eden saat itu. (Alasannya dapat dilihat pada pembahasan lainnya). Manusia pertama menerima cinta Tuhan yang telah menjadikanNya, itulah HAKIKAT PERTAMA dan UTAMA kita di dunia ini adalah untuk menerima cinta Tuhan dan membalas cintaNya. (Bdk Kejadian 1:28: Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.")
Menerima Cinta Tuhan artinya: mempercayakan seluruh hidup kita ke dalam tangan Tuhan dan mengikuti kehendakNya untuk memuliakan namaNya sebagai ungkapan balasan cinta terhadapNya (menjadi partner Allah). Mempercayakan seluruh hidup kita bukan berarti doa mulu tanpa berbuat apa-apa. Tuhan tidak menyuruh manusia untuk malas-malasan. (Bdk Kejadian 1:28) ada tertulis perintah untuk memelihara semua hasil ciptaan Tuhan, bukan cuman berkuasa atasnya. Yang dimaksud dalam memelihara adalah ikut menjaga dan melestarikan segala ciptaan Tuhan supaya semua baik adanya seperti pada awal mula terciptanya.
Namun, di zaman sekarang manusia telah kehilangan arti dirinya sendiri sebagai makhluk spesial yang diciptakan Tuhan. Kehilangan arti dirinya membuat manusia bertanya-tanya, merasa bingung dan kosong. Ibarat adonan kue yang dipakai untuk membuat kue, tapi malah dipake untuk membangun sebuah rumah. Jelaslah! Bahwa adonan kue tersebut tidak berfungsi dan malah merusak segalanya. Adonan kue itu ibarat manusia yang tidak mengenal arti dirinya, sehingga merusak dirinya sendiri dan akhirnya malah merusak lingkungan sekitarnya. Contoh nyata: Seorang perempuan yang bertubuh bagus, ideal dan proposional, memiliki bakat modeling dan ramah, malah terjerumus ke dalam kehidupan hedonisme, yang bisa merusak tubuhnya, menjadi seorang anoreksia demi menjaga berat badan ideal, pelacur elit demi mendukung gaya hidup konsumerisme, model di majalah pria dewasa demi popularitas untuk dapat bertahan di dunia modeling yang jelas penuh saingan.
Perempuan dalam contoh di atas kehilangan arti dirinya sebagai penolong/partner Allah dalam dunia nyata saat ini. Seandainya dia sadar akan cinta Allah yang besar dalam dirinya, dia tidak akan kehilangan arah dan tidak akan terjerumus ke dalam hawa nafsu/kedagingan yang sangat mengikat. Menjadi partner Allah artinya melaksanakan kehendak Tuhan, melanjutkan karya agung Tuhan untuk Kemuliaan nama Tuhan. Apakah ini berarti manusia tidak bebas dan malah jadi robot pemuja Allah? Jawabnya: TIDAK! Tuhan tidak pernah membuat manusia menjadi robot. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih apakah mau mencintai Tuhan atau mencintai dunia. Buktinya: Sewaktu di taman Eden manusia bebas untuk menguasai segalanya, bebas untuk makan dan menamai berbagai jenis binatang. Inilah bukti cinta Tuhan yang membebaskan.
Jika, manusia tidak kembali ke hakikat dasar penciptaannya di dunia, maka kekacauan itu akan terus berlanjut; makanya dunia saat ini penuh kekacauan, alasan utama kekacauan itu adalah karena Manusia Tidak Kembali ke Dasar Awal Penciptaanya di dunia ini.
Yang mau damai, yang mau bahagia.. kembalilah ke hakikat dasar sebagai manusia yang sebenarnya.
Namun, di zaman sekarang manusia telah kehilangan arti dirinya sendiri sebagai makhluk spesial yang diciptakan Tuhan. Kehilangan arti dirinya membuat manusia bertanya-tanya, merasa bingung dan kosong. Ibarat adonan kue yang dipakai untuk membuat kue, tapi malah dipake untuk membangun sebuah rumah. Jelaslah! Bahwa adonan kue tersebut tidak berfungsi dan malah merusak segalanya. Adonan kue itu ibarat manusia yang tidak mengenal arti dirinya, sehingga merusak dirinya sendiri dan akhirnya malah merusak lingkungan sekitarnya. Contoh nyata: Seorang perempuan yang bertubuh bagus, ideal dan proposional, memiliki bakat modeling dan ramah, malah terjerumus ke dalam kehidupan hedonisme, yang bisa merusak tubuhnya, menjadi seorang anoreksia demi menjaga berat badan ideal, pelacur elit demi mendukung gaya hidup konsumerisme, model di majalah pria dewasa demi popularitas untuk dapat bertahan di dunia modeling yang jelas penuh saingan.
Perempuan dalam contoh di atas kehilangan arti dirinya sebagai penolong/partner Allah dalam dunia nyata saat ini. Seandainya dia sadar akan cinta Allah yang besar dalam dirinya, dia tidak akan kehilangan arah dan tidak akan terjerumus ke dalam hawa nafsu/kedagingan yang sangat mengikat. Menjadi partner Allah artinya melaksanakan kehendak Tuhan, melanjutkan karya agung Tuhan untuk Kemuliaan nama Tuhan. Apakah ini berarti manusia tidak bebas dan malah jadi robot pemuja Allah? Jawabnya: TIDAK! Tuhan tidak pernah membuat manusia menjadi robot. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih apakah mau mencintai Tuhan atau mencintai dunia. Buktinya: Sewaktu di taman Eden manusia bebas untuk menguasai segalanya, bebas untuk makan dan menamai berbagai jenis binatang. Inilah bukti cinta Tuhan yang membebaskan.
Jika, manusia tidak kembali ke hakikat dasar penciptaannya di dunia, maka kekacauan itu akan terus berlanjut; makanya dunia saat ini penuh kekacauan, alasan utama kekacauan itu adalah karena Manusia Tidak Kembali ke Dasar Awal Penciptaanya di dunia ini.
Yang mau damai, yang mau bahagia.. kembalilah ke hakikat dasar sebagai manusia yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar