Cerita Tentang Kain Luntur

 Ditulis Oleh: Irse Wilis
 
Pagi ini aku sebal sekali lantaran melihat kenyataan bahwa aku lupa memisahkan antara kain luntur dan kain lainnya. Hasilnya, kainku yang lain terkena lunturan celana hitam tersebut. Biasanya, sebelum merendam kain, aku memisahkan antara kain luntur dan kain biasa. Mungkin karena semalam lagi ngantuk berat dan otakpun tidak bisa diajak kompromi, jadilah, celana hitam tersebut bercampur dengan kain lainnya.

Sebal sekali melihat kenyataan bahwa karena satu celana hitam, kain lainnya ikut terkena dampaknya. Tiba-tiba terlintas dalam benakku perihal sifat seseorang yang sensitif jika bercampur dengan teman lainnya, yang sering menimbulkan konflik yang dapat merusak persahabatan. Aku ingat seorang teman yang memiliki kelompok pertemanan yang beranggotakan lima orang. Mereka berteman sudah cukup lama, sekitar tiga tahunan. Salah satu diantara mereka memiliki karakter yang sensitif yang sering membawa perasaan segala sesuatunya. Sampai suatu ketika, sifat sensitif tersebut berhasil merusak hubungannya dengan salah satu anggota dan berdampak besar pada kelompok pertemanan mereka tersebut. Akibat permusuhan tersebut, mereka saling tidak cakapan dan sampai hari ini tidak dapat berteman seakrab dulu lagi.

Sifat sensitif mirip seperti celana hitamku yang luntur dan mengotori kain lainnya. Sifat yang merusak dan meninggalkan kesan buruk bagi orang lain. Hal ini, bukan berarti kita harus menjauhkan diri dari mereka yang sensitif; melainkan kita harus memberitahukan mereka perihal sifat buruk mereka tersebut. Harusnya, sebagai sesama teman akan mudah untuk memulai komunikasi ke arah ini, sehingga si sensitif tau menempatkan diri dan memisahkan diri ketika obrolan di grup bisa berdampak ke perasaannya; sama seperti celana hitamku yang harus dipisahkan di tempat tersendiri.

Dalam pertemanan akan banyak sifat-sifat manusia yang kita jumpai, ada yang friendly, ada yang easy going, ada yang ramah, ada yang baik hati dan ada juga yang urakan, jahil, pemarah ataupun sensitif. Sama seperti kain yang bercampur dalam satu tempat yang sama, demikianlah keragaman yang ada bersatu dalam kelompok pertemanan tertentu misalnya komunitas, organisasi, perkumpulan, dll. Beranekaragam sifat bisa bercampur karena manusia itu unik dan bisa saling menyesuaikan diri dengan sifat orang lain. Namun, jika si sensitif bertemu dengan manusia lainnya maka, perasaan sensitifnya mampu menjadi bumerang yang bisa menghancurkan dirinya sendiri.

Sebenarnya, sensitif itu baik adanya jika berada dalam lingkup yang wajar. Namun, akan sangat mengganggu jika kadarnya berlebihan dan menjadikan seseorang over pekah terhadap sifat atau sikap orang lain. Kitapun, harusnya bisa pekah melihat si sensitif ini agar tidak merusak pertemanan yang ada, dengan cara lebih toleran dan sabar dalam berteman dengan si sensitif tersebut.

Bagaimanapun, seperti kain yang beranekaragam bercampur dalam ember yang sama, hendaknya segala sifat dan sikap manusia mampu berbaur dengan komunitas manusia secara universal, karena kalo tidak maka manusia tidak akan dikatakan manusia; karena hakikat manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa sendiri, sama seperti kain; kalo kain dicuci satu per satu maka hanya akan membuang air dan membuat tagihan air meningkat. Sama seperti jika berdiri sendiri tanpa teman-teman lainnya, yang hanya merugikan diri kita sendiri akibat kurang sosialisasi.

Celana hitam yang luntur pagi ini, mengingatkanku betapa pentingnya memilah milah sifat dan sikap ketika berada dalam suatu komunitas pertemanan, jangan sampai sifat dan sikap burukku merusak persahabatan yang sudah terjalin lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar